Selasa, 23 April 2013




Galeria Opening Resto


            “Teman-teman, ayo cepat berkumpul!” kata Yadi dengan nada tegas dan tergesa-gesa.
            Seperti dikomando, keluarga besar komunitas Atsuki bergegas mendekat ke arah Yadi dan bersiap-siap menata ruangan.
            “Kalian sudah datang rupanya. Silakan kalian letakkan barang-barang di sana saja” kata Pak Arifin, pemilik kedai sushi story mendatangi kami dan bersalaman.
            “Baik, Pak” balas Yadi ramah.
            Usai meletakkan dan menata beberapa hasil origami di atas meja, Kak Lens, Kak Marwan, Cahyo dan Tintin mulai membuka stan. Enam orang diantaranya memilih ikut costplay dengan berperan menjadi tokoh anime, dorama dan tokusatsu sambil berkeliling ruangan dan menyebarkan brosur untuk mempromosikan Atsuki. Mereka bergegas mengenakan kostum pilihan masing-masing Seminggu yang lalu, kami diminta mengisi acara di Galeria oleh Pak Arifin.
            “Hei!. Kalau jalan hati-hati!” bentak seorang pria setengah baya.
            Keramaian itu membuat seluruh pengunjung di ruangan bergegas mendekat dengan langkah lebar dan terlihat panik.
            “Maaf Pak, saya tadi sedang terburu-buru” sahut Tintin menyesal dengan membungkukkan badan beberapa kali sambil mengambil barang yang berjatuhan.
            “Apa kamu tidak melihat jalan?!. Hari ini saya harus menghadiri rapat” balas Pak Anwar dengan nada tinggi.
            Yadi yang melihat pertengkaran itu segera menengahi, “Kami mewakili Tintin meminta maaf. Dia tidak sengaja menabrak Bapak. Apa ada kerusakan, Pak?.”
            Pak Anwar meneliti masing-masing barangnya. Awalnya Yadi dan Tintin serta teman-teman komunitas Atsuki yang sudah berkumpul sejak tadi menarik napas lega begitu tidak ada komentar, namun wajah Pak Anwar seketika berubah pucat, sehingga membuat mereka khawatir.
            “Ada apa, Pak?” tanya Tintin panik.
            “Saya terlambat!. Rapat ini penting buat saya tapi kalian telah mengacaukan semuanya!” balas Pak Anwar tajam.
            “Maaf Pak, teman saya juga terluka. Mohon Bapak mengerti dengan keadaannya. Bukankah tadi kami sudah meminta maaf?” lanjut Yadi berusaha menahan emosi sambil melirik Tintin yang sedang merintih pelan memegangi kakinya.
            “Sebenarnya kalian ini siapa?.”
            “Kami dari komunitas Atsuki, pecinta Jepang dari semua genre. Kami disini diminta oleh Pak Arifin, pemilik kedai sushi story mengisi acara stan origami dan costplay.”
            “Saya mewakili Atsuki meminta maaf atas ketidaknyamanan ini. Saya mohon Bapak mau memaafkan mereka” kata Pak Arifin, pemilik kedai sushi story di Galeria angkat bicara.
            “Sudahlah. Lupakan saja. Masalah ini tidak perlu diperpanjang. Lagipula, saya sudah ketinggalan rapat” sahut Pak Anwar mengalah, lalu berbalik pergi menuju Pak Arifin.
            “Bagaimana dengan lukamu?” tanya Yadi berjongkok melihat seberapa parah luka yang dialami Tintin.
            “Sebaiknya kita bawa Tintin ke rumah sakit” usul Bima cepat.
            Buru-buru, Tintin mengibaskan tangan begitu melihat wajah teman-teman komunitas Atsuki yang terlihat panik sambil berkata, “Hanya luka ringan. Sebentar lagi pasti sembuh. Jangan khawatir.”
            “Jangan biarkan mereka membuka stan. Batalkan semua kesepakatan kalian.”
            “Tapi, Pak. Mereka…” sahut Pak Arifin menimpali.
            Belum sempat Pak Arifin menyelesaikan kalimatnya, Pak Anwar menukas dengan nada mengancam, “Apa konsekuensinya jika kamu menentang saya?.”
            “Maaf, Pak. Saya akan mengusir mereka” sahut Pak Arifin cepat.
            “Maafkan saya. Saya terpaksa harus mengusir kalian. Sebaiknya kalian segera pergi sebelum Pak Anwar berubah pikiran” kata Pak Arifin menyesal kepada teman-teman komunitas Atsuki sambil berbisik.
            Tanpa mengindahkan perkataan Pak Arifin, Kak Kira segera menghampiri Pak Anwar, “Pak, tolong jangan usir kami. Tolong berikan kami kesempatan untuk membuka stan origami dan costplay di sini.”
            “Apa kalian tidak mendengar perkataanku?” balas Pak Anwar tajam.
            “Maaf Pak, tapi kami harus membuka stan. Kami sudah mempersiapkan semua ini dari awal” sahut Yadi tegas berusaha meletakkan dan mulai menata barang-barang diikuti teman-teman yang lain.
            “Cepat, panggilkan satpam” teriak Pak Anwar kepada Pak Arifin.
            Tapi, terlambat. Teman-teman komunitas Atsuki sudah lebih dulu selesai membuka stan, tanpa mempedulikan Pak Anwar yang masih menggerutu.
            Melihat hal ini, Pak Arifin terpaksa turun tangan sambil mendekati Pak Anwar dan berkata, “Pak, saya mohon berikan mereka kesempatan untuk membuka stan di sini. Saya yakin mereka tidak akan mengecewakan Bapak dan memberikan kesan baik karena saya sudah mengenal reputasi mereka selama ini.”
            Dan, benar saja. Dalam waktu setengah jam, sebagian besar pengunjung mulai berkerumun dan terhanyut oleh suasana yang dibuat Atsuki. Pak Anwar akhirnya membiarkan kami membuka stan begitu melihat usaha Atsuki yang membara dan banyak pengunjung yang antusias ikut menyaksikan kegiatan mereka.
            “Kamu benar. Atsuki berhasil menarik perhatian pengunjung. Kamu tidak salah bekerja sama dengan mereka” kata Pak Anwar kepada Pak Arifin senang sambil tersenyum.
            Sekitar pukul empat sore, teman-teman Atsuki mulai berkemas dan membersihkan tempat stan bertepatan dengan waktu jam buka Galeria telah berakhir. Namun, sebelum berpamitan, tiba-tiba Yadi mendekati Pak Anwar dan Pak Arifin dengan menarik tangan mereka menuju kami yang sedang bersiap-siap berfoto bersama dengan pengunjung. “Ayo, Pak. Kita berfoto bersama untuk kenang-kenangan” kata Yadi tersenyum, tanpa mempedulikan tatapan bingung Pak Anwar dan Pak Arifin. Meskipun enggan, Pak Anwar dan Pak Arifin akhirnya menampilkan beberapa gaya ketika lampu kamera menyala.
            “Sebelumnya, saya minta maaf mengenai sikap Bapak kepada kalian tadi. Bapak sungguh menyesal. Ternyata benar apa yang dikatakan Pak Arifin, kalian bisa menunjukkan usaha dan hasil yang maksimal dan tidak mengecewakan. Terima kasih telah meramaikan suasana di Galeria. Lain waktu, datanglah lagi kemari” kata Pak Anwar tersenyum sambil mengulurkan tangannya.
            Yadi yang menjadi penanggung jawab dalam acara itu, membalas uluran tangan Pak Anwar sambil berkata, “Tentu saja, Pak. Kami akan datang kemari lagi. Seharusnya kami yang berterima kasih karena Bapak telah memberikan kesempatan dan kepercayaan bagi kami untuk membuka stan origami dan costplay di sini. Saya mewakili komunitas Atsuki juga meminta maaf mengenai sikap kami yang kurang sopan tadi.” Lalu, diikuti oleh teman-teman yang lain bersalaman dengan Pak Anwar.
            “Bagaimana dengan keadaan teman kalian yang tadi terluka?” tanya Pak Anwar khawatir.
            Buru-buru, Tintin menjawab sambil menyunggingkan senyum untuk meyakinkan Pak Anwar, “Tidak apa-apa, Pak. Hanya luka kecil. Sebentar lagi pasti sembuh.”
            “Bagaimana pun juga lukamu harus diobati. Sebentar, saya akan ambilkan obat dulu” sahut Pak Anwar.
            “Tidak perlu repot-repot, Pak. Lagipula, saya tadi juga salah, kurang fokus melihat jalan dan menyebabkan Bapak ketinggalan rapat” lanjut Tintin lagi sebelum Pak Anwar pergi.
            “Kamu tidak perlu meminta maaf. Tunggu sebentar di situ” balas Pak Anwar, lalu berlari-lari kecil mengambil obat.
            Tergesa-gesa, Pak Anwar menghampiri Tintin dengan obat di tangannya beberapa menit kemudian dan mengoleskan di siku kaki Tintin perlahan. Meskipun terasa perih, ia tidak mengeluh.
            “Terima kasih, Pak” kata Tintin begitu Pak Anwar selesai mengoleskan obat di siku kakinya.
            Pak Anwar membalasnya dengan anggukan kepala.
            “Baiklah, Pak. Kalau begitu, kami permisi dulu. Hari sudah sore” kata Yadi kembali menjabat tangan Pak Anwar dan Pak Toni, diikuti oleh teman-teman yang lain.
            “Terima kasih atas partisipasi kalian di Galeria.”



Tidak ada komentar: