“Teman-teman, ayo
cepat berkumpul!” kata Yadi dengan nada tegas dan tergesa-gesa.
Seperti
dikomando, keluarga besar komunitas Atsuki bergegas mendekat ke arah Yadi dan
bersiap-siap menata ruangan.
“Kalian
sudah datang rupanya. Silakan kalian letakkan barang-barang di sana saja” kata
Pak Arifin, pemilik kedai sushi story mendatangi kami dan bersalaman.
“Baik,
Pak” balas Yadi ramah.
Usai
meletakkan dan menata beberapa hasil origami di atas meja, Kak Lens, Kak
Marwan, Cahyo dan Tintin mulai membuka stan. Enam orang diantaranya memilih
ikut costplay dengan berperan menjadi
tokoh anime, dorama dan tokusatsu sambil berkeliling ruangan dan menyebarkan
brosur untuk mempromosikan Atsuki. Mereka bergegas mengenakan kostum pilihan
masing-masing Seminggu yang lalu, kami diminta mengisi acara di Galeria oleh
Pak Arifin.
“Hei!.
Kalau jalan hati-hati!” bentak seorang pria setengah baya.
Keramaian
itu membuat seluruh pengunjung di ruangan bergegas mendekat dengan langkah
lebar dan terlihat panik.
“Maaf
Pak, saya tadi sedang terburu-buru” sahut Tintin menyesal dengan membungkukkan
badan beberapa kali sambil mengambil barang yang berjatuhan.
“Apa
kamu tidak melihat jalan?!. Hari ini saya harus menghadiri rapat” balas Pak
Anwar dengan nada tinggi.
Yadi
yang melihat pertengkaran itu segera menengahi, “Kami mewakili Tintin meminta
maaf. Dia tidak sengaja menabrak Bapak. Apa ada kerusakan, Pak?.”
Pak
Anwar meneliti masing-masing barangnya. Awalnya Yadi dan Tintin serta
teman-teman komunitas Atsuki yang sudah berkumpul sejak tadi menarik napas lega
begitu tidak ada komentar, namun wajah Pak Anwar seketika berubah pucat,
sehingga membuat mereka khawatir.
“Ada
apa, Pak?” tanya Tintin panik.
“Saya
terlambat!. Rapat ini penting buat saya tapi kalian telah mengacaukan
semuanya!” balas Pak Anwar tajam.
“Maaf
Pak, teman saya juga terluka. Mohon Bapak mengerti dengan keadaannya. Bukankah
tadi kami sudah meminta maaf?” lanjut Yadi berusaha menahan emosi sambil
melirik Tintin yang sedang merintih pelan memegangi kakinya.
“Sebenarnya
kalian ini siapa?.”
“Kami
dari komunitas Atsuki, pecinta Jepang dari semua genre. Kami disini diminta
oleh Pak Arifin, pemilik kedai sushi story mengisi acara stan origami dan costplay.”
“Saya
mewakili Atsuki meminta maaf atas ketidaknyamanan ini. Saya mohon Bapak mau
memaafkan mereka” kata Pak Arifin, pemilik kedai sushi story di Galeria angkat
bicara.
“Sudahlah.
Lupakan saja. Masalah ini tidak perlu diperpanjang. Lagipula, saya sudah
ketinggalan rapat” sahut Pak Anwar mengalah, lalu berbalik pergi menuju Pak
Arifin.
“Bagaimana
dengan lukamu?” tanya Yadi berjongkok melihat seberapa parah luka yang dialami
Tintin.
“Sebaiknya
kita bawa Tintin ke rumah sakit” usul Bima cepat.
Buru-buru,
Tintin mengibaskan tangan begitu melihat wajah teman-teman komunitas Atsuki
yang terlihat panik sambil berkata, “Hanya luka ringan. Sebentar lagi pasti
sembuh. Jangan khawatir.”
“Jangan
biarkan mereka membuka stan. Batalkan semua kesepakatan kalian.”
“Tapi,
Pak. Mereka…” sahut Pak Arifin menimpali.
Belum
sempat Pak Arifin menyelesaikan kalimatnya, Pak Anwar menukas dengan nada
mengancam, “Apa konsekuensinya jika kamu menentang saya?.”
“Maaf,
Pak. Saya akan mengusir mereka” sahut Pak Arifin cepat.
“Maafkan
saya. Saya terpaksa harus mengusir kalian. Sebaiknya kalian segera pergi
sebelum Pak Anwar berubah pikiran” kata Pak Arifin menyesal kepada teman-teman
komunitas Atsuki sambil berbisik.
Tanpa
mengindahkan perkataan Pak Arifin, Kak Kira segera menghampiri Pak Anwar, “Pak,
tolong jangan usir kami. Tolong berikan kami kesempatan untuk membuka stan origami dan costplay di sini.”
“Apa
kalian tidak mendengar perkataanku?” balas Pak Anwar tajam.
“Maaf
Pak, tapi kami harus membuka stan. Kami sudah mempersiapkan semua ini dari
awal” sahut Yadi tegas berusaha meletakkan dan mulai menata barang-barang
diikuti teman-teman yang lain.
“Cepat,
panggilkan satpam” teriak Pak Anwar kepada Pak Arifin.
Tapi,
terlambat. Teman-teman komunitas Atsuki sudah lebih dulu selesai membuka stan,
tanpa mempedulikan Pak Anwar yang masih menggerutu.
Melihat
hal ini, Pak Arifin terpaksa turun tangan sambil mendekati Pak Anwar dan
berkata, “Pak, saya mohon berikan mereka kesempatan untuk membuka stan di sini.
Saya yakin mereka tidak akan mengecewakan Bapak dan memberikan kesan baik karena
saya sudah mengenal reputasi mereka selama ini.”
Dan,
benar saja. Dalam waktu setengah jam, sebagian besar pengunjung mulai
berkerumun dan terhanyut oleh suasana yang dibuat Atsuki. Pak Anwar akhirnya
membiarkan kami membuka stan begitu melihat usaha Atsuki yang membara dan
banyak pengunjung yang antusias ikut menyaksikan kegiatan mereka.
“Kamu
benar. Atsuki berhasil menarik perhatian pengunjung. Kamu tidak salah bekerja
sama dengan mereka” kata Pak Anwar kepada Pak Arifin senang sambil tersenyum.
Sekitar
pukul empat sore, teman-teman Atsuki mulai berkemas dan membersihkan tempat
stan bertepatan dengan waktu jam buka Galeria telah berakhir. Namun, sebelum
berpamitan, tiba-tiba Yadi mendekati Pak Anwar dan Pak Arifin dengan menarik
tangan mereka menuju kami yang sedang bersiap-siap berfoto bersama dengan
pengunjung. “Ayo, Pak. Kita berfoto bersama untuk kenang-kenangan” kata Yadi
tersenyum, tanpa mempedulikan tatapan bingung Pak Anwar dan Pak Arifin. Meskipun
enggan, Pak Anwar dan Pak Arifin akhirnya menampilkan beberapa gaya ketika
lampu kamera menyala.
“Sebelumnya,
saya minta maaf mengenai sikap Bapak kepada kalian tadi. Bapak sungguh
menyesal. Ternyata benar apa yang dikatakan Pak Arifin, kalian bisa menunjukkan
usaha dan hasil yang maksimal dan tidak mengecewakan. Terima kasih telah
meramaikan suasana di Galeria. Lain waktu, datanglah lagi kemari” kata Pak
Anwar tersenyum sambil mengulurkan tangannya.
Yadi
yang menjadi penanggung jawab dalam acara itu, membalas uluran tangan Pak Anwar
sambil berkata, “Tentu saja, Pak. Kami akan datang kemari lagi. Seharusnya kami
yang berterima kasih karena Bapak telah memberikan kesempatan dan kepercayaan
bagi kami untuk membuka stan origami
dan costplay di sini. Saya mewakili
komunitas Atsuki juga meminta maaf mengenai sikap kami yang kurang sopan tadi.”
Lalu, diikuti oleh teman-teman yang lain bersalaman dengan Pak Anwar.
“Bagaimana
dengan keadaan teman kalian yang tadi terluka?” tanya Pak Anwar khawatir.
Buru-buru,
Tintin menjawab sambil menyunggingkan senyum untuk meyakinkan Pak Anwar, “Tidak
apa-apa, Pak. Hanya luka kecil. Sebentar lagi pasti sembuh.”
“Bagaimana
pun juga lukamu harus diobati. Sebentar, saya akan ambilkan obat dulu” sahut
Pak Anwar.
“Tidak
perlu repot-repot, Pak. Lagipula, saya tadi juga salah, kurang fokus melihat
jalan dan menyebabkan Bapak ketinggalan rapat” lanjut Tintin lagi sebelum Pak
Anwar pergi.
“Kamu
tidak perlu meminta maaf. Tunggu sebentar di situ” balas Pak Anwar, lalu berlari-lari
kecil mengambil obat.
Tergesa-gesa,
Pak Anwar menghampiri Tintin dengan obat di tangannya beberapa menit kemudian dan
mengoleskan di siku kaki Tintin perlahan. Meskipun terasa perih, ia tidak
mengeluh.
“Terima
kasih, Pak” kata Tintin begitu Pak Anwar selesai mengoleskan obat di siku kakinya.
Pak
Anwar membalasnya dengan anggukan kepala.
“Baiklah,
Pak. Kalau begitu, kami permisi dulu. Hari sudah sore” kata Yadi kembali
menjabat tangan Pak Anwar dan Pak Toni, diikuti oleh teman-teman yang lain.
“Terima
kasih atas partisipasi kalian di Galeria.”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar