Pasar
Tsukiji (築地市場 Tsukiji shijō)
atau populer sebagai pasar ikan Tsukiji adalah pasar induk yang
berada di Tsukiji, distrik kota Chūō, Tokyo. Pasar ini
merupakan pusat grosir hasil laut dan hasil pertanian. Buka setiap pagi,
kecuali hari Minggu,
hari libur,
dan hari libur pasar di Jepang (biasanya Rabu).[1]
Pasar Tsukiji mulai beroperasi secara resmi pada 2 Februari
1935, dan merupakan
pasar yang tertua di antara 11 Pasar
Pusat Grosir Metropolitan Tokyo. Setiap harinya dilelang hasil laut
sebanyak 2.080 ton dan
sayuran/buah sebanyak 1.180 ton, dan membuatnya sebagai pasar ikan terbesar di
Jepang.[2]
Kawasan sekitar Pasar Tsukiji disebut Pusat
Perbelanjaan Luar Pasar Tsukiji (築地場外市場商店街 Tsukiji jōgai shijō shōtengai)
atau populer sebagai jōgai shijō (pasar bagian luar). Selain ramai
dengan toko hasil laut, di pusat
perbelanjaan terdapat banyak rumah makan, terutama sushi, dan toko
eceran berbagai jenis barang. Kawasan bagian luar pasar adalah obyek wisata
yang ramai dengan wisatawan.
Kegiatan lelang
Peningkatan dalam jumlah kunjungan wisatawan
(terutama wisatawan mancanegara) menyebabkan masalah sanitasi di
Tsukiji. Pihak pasar mendapat kesulitan dalam mengatur suhu ruang akibat keluar
masuknya banyak orang. Wisatawan juga sering mengganggu kegiatan lelang dan
transaksi di pasar, terutama lelang tuna di pagi hari. Berdasarkan alasan tersebut, wisatawan tidak
lagi diizinkan untuk memasuki tempat pelelangan tuna.[3]
Hasil tangkapan dari seluruh dunia tiba di Pasar
Tsukiji mulai pukul 17.00 petang hari sebelumnya. Ikan tuna mulai dipamerkan
kepada pialang peserta lelang yang memeriksa kualitas barang dan menaksir harga
sejak pukul 03.00 dini hari. Lelang ikan tuna dimulai pukul 05.30 yang diikuti
pialang dan pembeli terdaftar. Pukul 07.00 pagi, pialang mulai membawa hasil
tangkapan dari tempat lelang ke toko masing-masing di kompleks pasar.
Barang-barang yang dibeli dari lelang atau dari pialang mulai dimuat ke dalam
truk oleh pedagang pengecer untuk dibawa ke pasar atau toko masing-masing di kota. Antara pukul 08.00
hingga pukul 10.00, pasar sangat ramai dengan orang dan truk yang keluar masuk.
Pada pukul 11.00, toko milik pialang mulai tutup, dan petugas kebersihan mulai
menjalankan tugasnya mulai pukul 13.00.
Sejarah
Pasar Tsukiji bermula dari pasar ikan dekat
jembatan Nihonbashi yang melayani
kebutuhan penduduk Tokyo sejak zaman Edo.
Ketika terjadi gempa bumi besar Kanto September 1923,
semua pasar ikan dan pasar basah di Tokyo
habis terbakar. Dewan kota memutuskan untuk
mendirikan pasar grosir di Tokyo.
Salah satunya adalah Pasar Tsukiji. Pemerintah kota membeli lahan tanah negara (bekas lokasi
Akademi
Angkatan Laut, Pusat Riset Teknologi Angkatan Laut) untuk dijadikan lokasi
pasar. Setelah membeli bagian laut yang boleh diuruk, pembangunan pasar dimulai
dari menguruk laut selama 3 tahun 3 bulan sejak Maret 1928. Dari total luas
lahan 196.729 m², 16.631,4 m² adalah lahan hasil pengurukan. Pembangunan gedung
dan fasilitas penunjang berlangsung dari Desember 1930 hingga April 1933, mulai
dari lemari
es, pabrik es, tempat lelang, ruang penyimpanan pisang, hingga
ekspansi jalur kereta api sepanjang 2,710 meter dari Stasiun Kargo Shiodome.
Pembangunan semua fasilitas penunjang selesai bulan Agustus 1934.[4]
Pedagang yang mulai berjualan di Pasar Tsukiji
sejak tahun 1934 adalah pedagang asal pasar ikan air tawar Nihonbashi, dan
pedagang ayam/telur. Pedagang sayuran dan buah mulai berjualan sejak Februari
1935, pedagang ikan laut sejak Juni dan November 1935, diikuti pedagang grosir,
pedagang sayuran/buah, pedagang tsukemono, dan pedagang lainnya.[4]
Pada tahun 1937, terjadi Perang Sino-Jepang Kedua, pemerintah
menerapkan kebijakan ekonomi terpusat yang menghapus sistem pialang. Setiap
keluarga diberi jatah kupon pangan untuk ditukar
makanan, dan jumlah barang dagangan yang masuk ke pasar amat sedikit.[4]
Setelah Perang
Dunia II berakhir, pemerintah kembali membebaskan kegiatan perdagangan.
Barang-barang yang diperdagangkan di pasar semakin banyak. Pedagang grosir
semakin banyak sehingga timbul persaingan tidak sehat. Pada tahun 1955, sembilan belas
pedagang grosir hasil laut dipaksa untuk merger menjadi 7 pedagang grosir yang
ada hingga sekarang. Pedagang grosir sayuran dan buah atas inisiatif sendiri
merger menjadi 4 pedagang grosir.
Pada tahun 1954,
kapal penangkap ikan Daigo Fukuryū Maru
sedang berada di luar daerah bahaya ketika Amerika Serikat mengadakan
eksperimen desain Teller-Ulam (Operasi Castle Bravo)
di atol Bikini. Setelah kembali
ke Jepang, ikan tuna
dan cucut selendang yang
ditangkap kapal Daigo Fukuryū Maru dilelang di Pasar Tsukiji pada 13
Maret. Hasil tangkapan tersebut ternyata terkontaminasi radioaktif.
Lelang dihentikan, dan hasil tangkapan nelayan lain ikut tidak bisa dijual.
Hasil tangkapan dikubur di dalam kompleks pasar. Di atasnya didirikan monumen
peringatan "tuna bom atom". Sehubungan dengan pekerjaan proyek
renovasi pasar yang berlangsung sejak 2006, monumen dipindahkan sementara ke Gedung
Pameran Daigo Fukuryu Maru di Yumenoshima, Tokyo. Sebagai penggantinya, di bagian luar
dinding pasar ditempel plakat peringatan Daigo Fukuryu Maru.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar