Minggu, 22 Juli 2012


Istana Jepang

Istana Jepang (, 城郭 shiro atau jōkaku?) adalah bangunan besar yang dibangun menggunakan kayu dan batu sebagai bahan bangunan yang utama, dan dirancang sebagai pusat pertahanan sewaktu musuh datang menyerang. Di masa perang dijadikan markas besar, tempat menyimpan dana keperluan perang, serta pusat penyimpanan perbekalan seperti makanan dan amunisi. Istana yang dianggap penting dijadikan tempat kediaman panglima perang, pusat pemerintahan dan tempat pengumpulan informasi tentang situasi perang. Sama halnya seperti kastil di Eropa, istana di Jepang umumnya dibangun di dekat jalan utama atau di pinggir sungai untuk kemudahan transportasi dan menjaga wilayah yang dianggap strategis.
Aksara kanji untuk istana adalah shiro (?) yang dibaca sebagai jika didahului oleh nama istana, misalnya dalam bahasa Jepang, Istana Osaka dibaca sebagai osaka-jō.

Konstruksi

Pada zaman dulu, istana dibangun seluruhnya dari kayu, tapi kemudian di abad ke-16 berkembang penggunaan batu-batu besar untuk memperkuat konstruksi. Istana di Jepang sebetulnya dirancang agar tahan lama, tapi sebagian besar istana justru hancur akibat perang di zaman Sengoku karena bangunan istana dibuat dari kayu yang cepat habis bila dibakar. Istana yang terbakar sebagian besar langsung dibangun kembali atau dibangun kemudian di zaman Edo atau di zaman modern. Istana Matsue dibangun tahun 1611 setelah berakhirnya perang di zaman Sengoku, sehingga bangunan asli istana tetap utuh tidak pernah menderita kerusakan akibat serangan musuh. Istana Hiroshima hancur akibat bom atom dan sekarang digunakan sebagai museum setelah dibangun kembali pada tahun 1958.
Di Jepang, istana merupakan perkembangan dari kankōshūraku (環濠集落?) yakni permukiman penduduk yang dikelilingi oleh parit berisi air atau parit kering yang tidak berisi air. Pada awal abad modern, istana mulai menggunakan tembok batu dan menara pengawas. Di akhir zaman Edo, istilah istana juga digunakan untuk pertahanan militer berupa tempat meletakkan meriam dibangun di sepanjang garis pantai untuk menangkal kedatangan kapal-kapal dari Eropa.
Konstruksi istana dimulai dengan tahap fushin (普請 teknik sipil?) berupa penggalian parit dan pembangunan tembok dari tanah yang dikeraskan, yang dilanjutkan dengan tahap sakuji (作事 arsitektur?) berupa pembangunan gerbang, tembok yang memagari istana, bangunan istana, menara pengawas (yagura), dan menara utama.
Di dalam kompleks istana dikenal pembagian wilayah berdasarkan zona (曲輪 kuruwa?) yang di antaranya digunakan sebagai tempat pemusatan pasukan.
Di Jepang abad pertengahan, bangunan istana dijadikan tempat kediaman resmi daimyo bersama keluarganya, sejumlah besar pelayan wanita, dan para bushi yang menjadi pengikut. Di sekeliling istana yang besar biasanya dibangun kota permukiman penduduk. Istana terbesar di Jepang adalah Istana Edo yang dikelilingi kota yang sekarang dikenal sebagai Tokyo.
Sebelum pemerintah Keshogunan Tokugawa mengeluarkan dekrit "satu negara satu istana" (Ikkoku-ichijo-rei) di tahun 1615, di berbagai daerah di Jepang terdapat banyak sekali istana yang jumlahnya mungkin mencapai puluhan ribu kalau benteng yang kecil-kecil juga ikut dihitung.

Sejarah

Pada zaman Yayoi, tempat permukiman penduduk terdiri dari dua golongan besar:
  • Permukiman penduduk dengan perlindungan parit di sekelilingnya (kangōshūraku)
  • Permukiman penduduk di atas gunung dengan perlindungan benteng (kōchisei shūraku).
Kedua model permukiman penduduk ini hilang secara perlahan-lahan sejalan dengan munculnya pemimpin lokal yang mempersatukan penduduk.
Menurut catatan tertua yang pernah ditemukan, istana pertama di Jepang adalah istana Mizuki (sekarang terletak di Prefektur Fukuoka) yang dibangun pada tahun 664 atas perintah kaisar Tenji. Selain istana Mizuki, pada saat itu masih terdapat banyak istana lain yang tidak tercatat di Kyushu dan daerah Laut Pedalaman Seto. Di abad ke-7 hingga abad ke-9, di daerah Tohoku banyak dibangun istana, seperti Istana Taga, Istana Dewanoki, dan Istana Akita akibat perang berkepanjangan dengan suku Emishi yang merupakan penduduk asli pulau Honshu bagian timur.
Di abad pertengahan, istana dibangun sebagai tempat tinggal bushi pada masa damai, dan melindungi prajurit yang ditempatkan di daerah pegunungan pada masa perang. Pada awal zaman Sengoku, istana sebagian besar menggunakan model Yamajiro (istana yang dibangun di atas gunung). Pada pertengahan zaman Sengoku, pembangunan istana umumnya menggunakan model Hirayamajiro (istana dibangun di bukit yang terletak di tengah dataran), sedangkan model Yamajiro sedikit demi sedikit mulai tidak digunakan.
Istana Tamonyama dan Istana Shigisan di Nara yang dibangun oleh Mastunaga Hisahide merupakan pelopor model istana dengan menara utama dan menara pengawas (yagura) seperti berbagai istana Jepang yang bisa dilihat sekarang ini.
Puncak pembangunan istana di Jepang terjadi sewaktu Oda Nobunaga membangun Istana Azuchi dan Toyotomi Hideyoshi membangun Istana Osaka dan Istana Fushimi.
Di zaman Edo, pemerintah mengeluarkan dekrit "satu negara satu istana," sehingga istana banyak yang dihancurkan karena dianggap sudah tidak berguna. Pada masa itu, jumlah istana juga makin berkurang akibat kebakaran. Istana yang sudah terbakar dibiarkan begitu saja karena pembangunan kembali istana dilarang oleh pemerintah Keshogunan Edo.
Pemerintah mengeluarkan dekrit "penghancuran istana" (haijōrei) di zaman Meiji. Bangunan istana dipreteli untuk digunakan sebagai bahan bangunan oleh angkatan bersenjata Jepang. Di kota-kota yang mempunyai istana, pemerintah juga menggunakan bekas istana sebagai pangkalan militer karena lokasinya yang strategis di tengah kota.
Pada Perang Dunia II, istana di Jepang sebagian besar merupakan sasaran serangan udara, sehingga istana seperti Istana Nagoya, Istana Wakayama, dan Istana Hiroshima habis terbakar.
Pada saat ini hanya ada 12 istana yang masih memiliki menara utama yang dibangun sebelum zaman Edo:
Di zaman Showa, pemerintah banyak memugar dan membangun kembali istana di berbagai daerah di Jepang sebagai tujuan pariwisata. Sebagian istana semata-mata dibangun berdasarkan imajinasi dan tanpa dasar catatan sejarah. Berdasarkan alasan keindahan, ada istana yang dilengkapi dengan menara utama, padahal istana yang asli tidak pernah memiliki menara utama. Menara utama juga ada yang dibangun cuma tampak luarnya saja.
Istana yang dibangun kembali di zaman modern umumnya dibangun dengan bahan beton agar tahan terhadap api dan bisa dimanfaatkan sebagai museum atau perpustakaan.

Istana Hirosaki

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Istana Hirosaki
弘前城

Istana Hirosaki
Informasi umum
Lokasi
Ketinggian
5 tingkat (data tidak jelas, dibangun 1610) sudah musnah terbakar; hasil pembangunan kembali pada tahun 1810: menara pengawas (yagura) 3 tingkat
Istana Hirosaki (弘前城 Hirosaki-jō?) adalah istana di Kota Hirosaki, Prefektur Aomori, Jepang. Istana ini dibangun pertama kali pada tahun 1611, dan merupakan istana tempat tinggal klan Tsugaru sekaligus kantor pemerintahan Domain Hirosaki. Nama lain istana ini adalah Istana Takaoka (鷹岡城 atau 高岡城 Takaoka-jō?). Istana Hirosaki masih menyisakan menara utama dan menara pengawas yang dibangun pada zaman Edo. Di Istana Hirosaki terdapat lebih dari 2.600 batang pohon sakura, dan terkenal di seluruh Jepang sebagai tempat melakukan hanami.[1]
Semasa zaman Edo, Istana Hirosaki merupakan pusat pemerintahan wilayah Tsugaru. Penguasa istana adalah klan Tsugaru yang menguasai Domain Hirosaki yang bernilai 47.000 koku. Dari tata letak bangunan istana, Istana Hirosaki tergolong hirayamajiro (dibangun di atas bukit yang berada di tengah dataran). Dilihat dari tipe istana, istana ini dibangun dengan gaya teikaku-shiki (kubu pertahanan bertingkat) yang mengandalkan rintangan alam di bagian belakang istana sebagai bagian dari pertahanan.[2] Kompleks istana terdiri dari 6 kubu pertahanan, benteng bagian dalam (honmaru) dilindungi oleh lingkaran pertahanan 2, 3, dan 4, kubu pertahanan utara, dan kubu pertahanan barat.
Ketika dibangun untuk pertama kalinya, kompleks istana menempati lokasi yang panjangnya 612 m dari barat ke timur dan 947 m dari utara ke selatan. Luas keseluruhan kompleks istana adalah 385.200 m². Istana Hirosaki sekarang ini masih menyisakan bentuk aslinya seperti keadaan istana sebelum dihapusnya feodalisme dan peran istana daerah di Jepang. Semua kubu pertahanan istana seperti benteng tanah, dinding batu, parit-parit masih dalam keadaan utuh. Bangunan yang ada di Istana Hirosaki sekarang ini terdiri dari 1 bangunan menara utama, 3 bangunan menara pengawas, dan 5 bangunan pintu gerbang. Menara utama di Istana Hirosaki termasuk salah satu dari 12 menara utama istana Jepang yang tersisa hingga saat ini, dan ditetapkan sebagai Aset Budaya Penting. Penulis Ryōtarō Shiba memuji Istana Hirosaki sebagai "salah satu dari 7 istana ternama di Jepang" dalam buku Kita no Mahoroba yang merupakan salah satu dari seri Kaidō o Yuku.

Sejarah

Zaman Azuchi-Momoyama

Berkat jasanya dalam Pertempuran Odawara 1590, mantan pengikut klan Nanbu bernama Ōura Tamenobu menerima hadiah wilayah kekuasaan senilai 45.000 koku dari Toyotomi Hideyoshi. Klan Ōura kemudian berganti nama menjadi klan Tsugaru.
Pada tahun 1594, Tsugaru Tamenobu membangun istana yang disebutnya Istana Horikoshi. Kedudukan klan Tsugaru dipindahkan dari Istana Ōura ke Istana Horikoshi. Namun, Istana Horikoshi ternyata lemah untuk digunakan sebagai markas militer sehingga perlu dibangun istana baru. Istana Tsuruoka di lokasi Istana Hirosaki yang sekarang ini merupakan pilihan Tamenobu sebagai markas klan Tsugaru.
Dalam Pertempuran Sekigahara tahun 1600, Tamenobu berpihak kepada Pasukan Timur yang menang. Sebagai hadiah, Tokugawa Ieyasu membentuk Domain Hirosaki sebagai wilayah kekuasaan klan Tsugaru. Nilai wilayah kekuasaan klan Tsugaru juga ditingkatkan sebesar 2.000 koku menjadi 47.000 koku.

Zaman Edo

Pembangunan Istana Tsuruoka dimulai pada tahun 1603. Namun pembangunan terpaksa dihentikan setelah Tamenobu meninggal di Kyoto pada tahun berikutnya (1604). Pembangunan istana dimulai kembali tahun 1609 oleh daimyo kedua Domain Hirosaki yang bernama Tsugaru Nobuhira (putra sulung Tamenobu). Istana dibangun dengan tergesa-gesa dengan mengambil bahan bangunan dari Istana Horikoshi dan Istana Ōura. Pembangunan hanya memakan waktu 1 tahun 1 bulan, dan Istana Hirosaki selesai pada tahun 1611. Menara utama beratap lima berlantai lima, musnah terbakar pada 1627 akibat tersambar petir. Selama kira-kira 200 tahun berikutnya, menara utama Istana Hirosaki tidak pernah dibangun kembali. Daimyo ke-9, Tsugaru Yasuchika mengajukan permohonan kepada keshogunan agar diizinkan membangun "menara pengawas" baru yang tingginya tiga tingkat. Menara utama sekarang di Istana Hirosaki adalah menara pengawas berlantai tiga yang dibangun oleh Tsugaru Yasuchika.

Zaman Meiji

Dari tahun 1871, Istana Hirosaki dijadikan pos terdepan Garnisun Tohoku hingga pos dibubarkan pada tahun 1873. Masih pada tahun 1873, Istana Hirosaki terkena kebijakan pemerintah mengenai penghancuran istana dan benteng. Kediaman resmi di Honmaru dan bangunan-bangunan fasilitas militer di Istana Hirosaki dihancurkan.
Klan Tsugaru mantan pemilik istana menawarkan kepada pemerintah kota agar lokasi bekas Istana Hirosaki dimanfaatkan sebagai taman umum pada tahun 1894. Permintaan tersebut disetujui, dan Taman Hirosaki dibuka untuk umum pada tahun berikutnya. Pada 1898, kawasan Sannomaru dijadikan gudang senjata oleh Divisi 8 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Pohon-pohon sakura mulai ditanam pada tahun 1903, dan Istana Hirosaki mulai dikenal sebagai tempat melihat bunga sakura. Dua bangunan menara pengawas habis terbakar pada tahun 1906.
Pada tahun 1909 dalam rangka peringatan 300 tahun Tsugaru Tamenobu, patung perunggu setinggi 4 meter didirikan di taman Istana Hirosaki. Delapan bangunan dalam kompleks istana mendapat perlindungan dari Pemerintah Jepang sebagai "harta nasional". Di tengah berlangsungnya Perang Dunia II, patung perunggu Tsugaru Tamenobu dilebur untuk keperluan perang.
Di bawah sistem baru perlindungan aset budaya, Pemerintah Jepang pada tahun 1950 melindungi semua bangunan yang tersisa di Istana Hirosaki, kecuali pintu gerbang timur Sannomaru. Kompleks istana menerima perlindungan lebih lanjut pada tahun 1952 dengan penetapannya sebagai Situs Bersejarah Nasional. Pada tahun berikutnya, termasuk pintu gerbang timur Sannomaru, kesembilan bangunan di dalam kompleks Istana Hirosaki ditetapkan sebagai Aset Budaya Penting.


KEBUN BINATANG DI JEPANG



Kebun Binatang Ueno dibuka tahun 1882. Merupakan kebun binatang tertua di Jepang. Sejak mulai berdirinya, Kebun Binatang Ueno terus menalami perkembangan, dan keberadaannya menjadi salah satu wakil kebun binatang se-Jepang. Berlokasi di pusat kota, di dalamnya hidup berbagai hewan liar yang dapat dilihat dari jarak dekat. Juga sangat aktif dalam berbagai kegiatan pemeliharaan hewan-hewan yang dilindungi yang terancam punah.


Kebun Binatang Tama terletak di daerah perbukitan Kota Hino yang dikelilingi daerah yang hijau dan memiliki luas 52 hektar. Dapat dicapai dari pusat kota dengan kereta kira-kira 1 jam. Di sini dipelihara tidak hanya hewan Jepang, namun juga berbagai hewan dari seluruh dunia seperti gajah Afrika, badak India, orang utan dll. Anda juga dapat bertualang ke daerah tempat singa-singa dilepaskan dengan menaiki bus.

Di Tokyo Sea Life Park, diperlihatkan berbagai hewan laut tidak hanya dari laut Tokyo saja, namun juga dari seluruh dunia termasuk kutub selatan. Pada aquarium raksasa seberat 2.200 ton, anda dapat melihat ikan tuna yang berenang dengan kecepatan tinggi. Lalu, unggas laut seperti pinguin dll, serta rumput laut raksasa dari California juga diperlihatkan. Tokyo Sea Life Park berlokasi di pinggir Teluk Tokyo, dan dapat dicapai dari Tokyo Station dengan kereta selama 30 menit.


Kebun Binatang Inokashira berlokasi di pinggiran kota Tokyo dan berada di dalam lingkungan yang tenang dan asri. Di sini hewan-hewan khas Jepang seperti tupai Jepang, bebek mandarin dll dipelihara serta dikembangbiakkan. Di dalam kebun binatang, terdapat kolam, kebun tanaman, serta museum pemahat terkenal (Seibou Kitamura). Di sini, di dalam kebun binatang yang sangat menghijau asri , anda dapat mengetahui lebih banyak mengenai hewan serta budaya Jepang.

Tidak ada komentar: