Hadiah Terindah
Masa lalu adalah sebuah kenangan yang
akan tetap ada, tanpa bisa dipungkiri bahwa dia pernah ada dan terjadi. Tetapi,
masa lalu harus dijadikan sebuah pengalaman agar masa kini dan masa depan nanti
bisa lebih baik. Paling tidak kejadian buruk dimasa lalu, jangan sampai terjadi
dimasa yang akan datang. Tapi, kadang-kadang kita tak bisa menghilangkan sebuah
kenangan, meski sampai mati. Kenangan bisa membuat orang memiliki kekuatan
untuk tetap hidup ^jejak hujan, Hary B Kori’un^
Masa
lalu. Apakah salah jika dia ingin melestarikannya dan sebagai bagian dari
kehidupan? Baiklah, jawabannya adalah tidak! Ditempat kelahiranku itulah, aku bisa
merasa bebas dan bisa menjadi diriku seutuhnya, tanpa memedulikan ucapan orang.
***
Inikah suasana tempat Serui?
Sepasang mata seorang bayi berputar melihat sekeliling. Terasa asing. Tampak
beberapa orang tersenyum bahagia menatapnya, tanpa mengerti apa yang sedang
terjadi. Begitu polos.
***
Delapan tahun telah berlalu begitu
cepat. Hanya demi menikmati kesenangan, beberapa anak tengah berlarian dengan gembira
ditengah-tengah panasnya matahari, termasuk Sakura Hana. Ide-ide di kepala akan
bermain apa lagi masih tetap berlanjut di sore harinya. Setelah setahun
meninggalkan Serui, Hana menempati rumah dinas di daerah Padang Bulan, Jayapura
sekaligus mengikuti pekerjaan Ayahnya yang dipindahtugaskan di kota tersebut.
Cukup
berjalan kaki saja selama setengah jam, sudah tiba di kantor Poltekes, tempat
Ayahnya bertugas. Lain hal untuk menuju ke sekolah. Jika tidak naik motor,
harus rela menunggu taksi datang mendekat di persimpangan jalan. Tapi, Hana
selalu betah berjalan kaki sepulang sekolah jika tidak ada tukang ojek yang dia
percaya untuk mengantarnya ke rumah. Begitu santai dan menyenangkan naik turun
gunung, melemaskan otot agar tidak tegang. Apalagi disuguhi pemandangan indah
yang dapat dilihat dari atas.
Bila
tiba musim penghujan, tak dapat dielakkan lagi kantor Poltekes hingga
persimpangan jalan selalu banjir, yang memaksa kita semua harus berlayar
bersama perahu yang selalu stand by
di sana.
“Pokoknya
aku tidak mau! Ayah harus mengantarku sampai sekolah!” pekik Hana histeris
begitu tahu Ayahnya tidak bisa mengantarnya sampai sekolah.
“Maaf
Hana, lain kali saja, ya?” balas Ayahnya menyesal, lantas pandangannya beralih
ke beberapa anak yang tengah menyimak pembicaraan mereka. “Lagipula, kamu bisa
berangkat sekolah bersama teman-temanmu, kan?”
“Ayo
Hana, sebelum terlambat,” ujar Ayumi mengingatkan.
“Kita
akan menjagamu kok. Kalau perlu, aku akan memasang perisai di sekujur tubuhmu
agar tidak ada orang yang menyakitimu.” Sasuke melanjutkan dengan nada tenang,
yang membuat Hana terdiam dan mengiyakan. Setiap kali Sasuke berhasil
membujuknya, wajah gadis tersebut langsung menjadi cerah. Ada pesona inner beauty dan seolah-olah ada sihir
yang begitu memikat hatinya. “Jadi, bagaimana?” Sebelah tangannya terulur.
Hana
menyambut ajakan Sasuke lantas menoleh sekilas ke arah Ayahnya seraya berujar, “baiklah.
Kali ini, Ayah menang.”
Beramai-ramai,
kami naik perahu mesin. Namun, sebelum naik, Hana sempat menangkap kalimat yang
diucapkan Sasuke sambil berbisik, “setelah bel berbunyi, jangan pulang dulu,
ya? Ada yang ingin kuberikan padamu. Aku tunggu di swalayan depan sekolah,
sendirian.”
Seketika,
mataku membelalak. Bahkan, sebelum Hana mengatakan sesuatu, Sasuke sudah naik
ke perahu dengan kembali tangannya terulur, yang membuat Hana antusias
menyambutnya.
***
“Pelan-pelan
saja….” Dengan mata tertutup, Hana mencoba mengikuti langkah kecil Sasuke di
depan.
“Memangnya,
apa yang ingin kamu berikan kepadaku?”
“Sebentar.
Aku pasangkan saja, ya?” Lantas, Sasuke menghampiri punggung Hana dan
memakaikan kalung dengan inisial tahun 21 di lehernya.
“Kamu
boleh buka matamu, dan lihatlah apa yang kuberikan untukmu.” Sasuke melanjutkan
sambil tersenyum.
“Kalung?
Atas dasar apa nih kamu memberikanku kalung?” Hana berhenti sebentar sambil
memegang benda berkilauan di lehernya, lantas melanjutkan, “hei, hari ulang
tahunku bukan sekarang.”
“Aku
tahu itu. Hanya saja, aku ingin memberi sesuatu untukmu. Dan, kurasa kalung itu
cocok untukmu. Kebetulan, penjualnya salah seorang temanku. Dan, ia menawarkan
benda itu. Aku ingin kamu selalu melihatku. Juga sebagai pengingat kalau ada
tidaknya aku disisimu. Aku merasa pertemuan kita sudah ditakdirkan Allah dan
Dia ingin kita bersatu.” Sadar kalau Sasuke terlalu banyak bicara, ia berhenti
dan berujar, “begitulah….”
‘Ditakdirkan?
Bersatu? Apa maksudnya?’ Namun, Hana hanya bisa menyimpan rasa penasarannya
saja. Jika ia ungkapkan, pasti Sasuke bisa betah menjelaskan satu halaman kertas folio.
Sejak
saat itu, Sasuke selalu hadir di hati Sakura. Segalanya terasa indah dan
nyaman. Yah, setidaknya kehidupannya menjadi berwarna sejak saat itu dan ketulusan
terpancar di sepasang mata teman-temannya, yang selalu mengelilinginya.