Jepang (bahasa
Jepang: 日本
Nippon/Nihon, nama resmi: Nipponkoku/Nihonkoku adalah
sebuah negara kepulauan di Asia Timur.
Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang,
dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau
paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok
pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang
bertetangga dengan Taiwan.
Jepang
terdiri dari 6.852 pulau[9] yang
membuatnya merupakan suatu kepulauan. Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu (pulau
terbesar), Shikoku,
dan Kyushu.
Sekitar 97% wilayah daratan Jepang berada di keempat pulau terbesarnya.
Sebagian besar pulau di Jepang bergunung-gunung, dan sebagian di antaranya
merupakan gunung berapi. Gunung tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji
yang merupakan sebuah gunung berapi. Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang,
dan berada di peringkat ke-10 negara berpenduduk terbanyak di
dunia. Tokyo
secara de
facto adalah ibu kota Jepang, dan berkedudukan sebagai sebuah prefektur. Tokyo Raya
adalah sebutan untuk Tokyo dan beberapa kota yang berada di prefektur sekelilingnya. Sebagai daerah
metropolitan terluas di dunia, Tokyo Raya berpenduduk lebih dari 30 juta orang.
Menurut
mitologi
tradisional, Jepang didirikan oleh Kaisar
Jimmu pada abad ke-7 SM. Kaisar Jimmu memulai mata rantai monarki
Jepang yang tidak terputus hingga kini. Meskipun begitu, sepanjang
sejarahnya, untuk kebanyakan masa kekuatan sebenarnya berada di tangan
anggota-anggota istana, shogun, pihak militer, dan memasuki zaman modern, di tangan perdana
menteri. Menurut Konstitusi Jepang tahun 1947, Jepang adalah negara
monarki konstitusional di bawah pimpinan Kaisar
Jepang dan Parlemen Jepang.
Sebagai
negara
maju di bidang ekonomi,[10]
Jepang memiliki produk domestik bruto terbesar
nomor dua setelah Amerika Serikat, dan masuk dalam urutan tiga besar dalam keseimbangan kemampuan berbelanja.
Jepang adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, G8, OECD, dan APEC. Jepang memiliki kekuatan
militer yang memadai lengkap dengan sistem pertahanan moderen seperti AEGIS
serta suat armada besar kapal perusak. Dalam perdagangan luar negeri, Jepang
berada di peringkat ke-4 negara pengekspor terbesar dan
peringkat ke-6 negara pengimpor terbesar di dunia.
Sebagai negara
maju, penduduk Jepang memiliki standar
hidup yang tinggi (peringkat ke-8 dalam Indeks Pembangunan
Manusia) dan angka harapan hidup tertinggi di dunia menurut perkiraan PBB.[11] Dalam bidang
teknologi, Jepang adalah negara maju di bidang telekomunikasi, permesinan, dan
robotika.
Nama Jepang
Jepang
disebut Nippon atau Nihon dalam bahasa
Jepang. Kedua kata ini ditulis dengan huruf kanji
yang sama, yaitu 日本 (secara harfiah:
asal-muasal matahari).
Sebutan Nippon sering digunakan dalam urusan resmi, termasuk nama negara
dalam uang Jepang, prangko, dan
pertandingan olahraga
internasional. Sementara itu, sebutan Nihon digunakan dalam urusan tidak
resmi seperti pembicaraan sehari-hari.
Kata
Nippon dan Nihon berarti "negara/negeri matahari
terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi Kekaisaran Jepang
dengan Dinasti
Sui di Cina, dan merujuk kepada letak Jepang yang berada di sebelah timur
daratan Cina. Sebelum Jepang memiliki hubungan dengan Cina, negara ini dikenal
sebagai Yamato (大和).[12] Di Cina
pada zaman Tiga Negara, sebutan untuk Jepang adalah
negara Wa (倭).
Dalam
bahasa
Cina dialek Shanghai
yang termasuk salah satu dialek Wu, aksara Cina 日本 dibaca sebagai Zeppen ([zəʔpən]).
Dalam dialek Wu, aksara 日
secara tidak resmi dibaca sebagai [niʔ] sementara secara resmi dibaca
sebagai [zəʔ]. Dalam beberapa dialek Wu Selatan, 日本 dibaca sebagai [niʔpən]
yang mirip dengan nama dalam bahasa Jepang.
Kata
Jepang dalam bahasa Indonesia kemungkinan berasal dari bahasa
Cina, tepatnya bahasa Cina dialek Wu tersebut. Bahasa Melayu kuno juga menyebut
negara ini sebagai Jepang (namun ejaan bahasa
Malaysia sekarang: Jepun). Kata Jepang dalam bahasa Melayu ini
kemudian dibawa ke Dunia Barat oleh pedagang Portugis, yang
mengenal sebutan ini ketika berada di Malaka pada abad
ke-16. Mereka lah yang pertama kali memperkenalkan nama bahasa Melayu tersebut
ke Eropa. Dokumen tertua dalam bahasa Inggris yang menyebut tentang Jepang
adalah sepucuk surat
dari tahun 1565, yang di dalamnya bertuliskan kata Giapan.[13]
Sejarah

Prasejarah
Penelitian
arkeologi
menunjukkan bahwa Jepang telah dihuni manusia
purba setidaknya 600.000 tahun yang lalu, pada masa Paleolitik
Bawah. Setelah beberapa zaman es yang terjadi pada masa jutaan tahun yang lalu,
Jepang beberapa kali terhubung dengan daratan Asia melalui jembatan darat
(dengan Sakhalin
di utara, dan kemungkinan Kyushu di selatan), sehingga memungkinkan perpindahan manusia,
hewan, dan tanaman ke kepulauan Jepang dari wilayah yang kini merupakan Republik Rakyat Cina dan Korea. Zaman
Paleolitik Jepang menghasilkan peralatan bebatuan yang telah dipoles yang
pertama di dunia, sekitar tahun 30.000 SM.
Dengan
berakhirnya zaman es terakhir dan datangnya periode yang lebih hangat,
kebudayaan Jomon
muncul pada sekitar 11.000 SM, yang bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul
semi-sedenter Mesolitik
hingga Neolitik
dan pembuatan kerajinan
tembikar terawal di dunia. Diperkirakan bahwa penduduk Jomon merupakan
nenek moyang suku Proto-Jepang dan suku Ainu masa kini.
Dimulainya
periode Yayoi pada
sekitar 300 SM
menandai kehadiran teknologi-teknologi baru seperti bercocok tanam padi di sawah yang berpengairan
dan teknik pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang dibawa serta migran-migran dari Cina atau
Korea.
Dalam
sejarah Cina, orang Jepang pertama kali disebut dalam naskah sejarah klasik, Buku Han
yang ditulis tahun 111.
Setelah periode Yayoi disebut periode Kofun pada sekitar
tahun 250, yang
bercirikan didirikannya negeri-negeri militer yang kuat. Menurut Catatan Sejarah Tiga Negara, negara
paling berjaya di kepulauan Jepang waktu itu adalah Yamataikoku.
Zaman Klasik
Bagian
sejarah Jepang meninggalkan dokumen tertulis dimulai pada abad ke-5
dan abad
ke-6 Masehi, saat sistem tulisan Cina, agama
Buddha, dan kebudayaan Cina lainnya dibawa masuk ke Jepang dari Kerajaan Baekje di Semenanjung
Korea.
Jepang dapat mengusir dua kali invasi Mongol ke Jepang (1274 dan 1281)
Perkembangan
selanjutnya Buddhisme di Jepang dan seni ukir rupang
sebagian besar dipengaruhi oleh Buddhisme Cina.[14] Walaupun
awalnya kedatangan agama Buddha ditentang penguasa yang menganut Shinto, kalangan
yang berkuasa akhirnya ikut memajukan agama Buddha di Jepang, dan menjadi agama yang
populer di Jepang sejak zaman Asuka.[15]
Melalui
perintah Reformasi Taika pada tahun 645, Jepang menyusun
ulang sistem pemerintahannya dengan mencontoh dari Cina. Hal ini membuka jalan
bagi filsafat Konfusianisme Cina untuk menjadi dominan di Jepang
hingga abad
ke-19.
Periode
Nara pada abad
ke-8 menandai sebuah negeri Jepang dengan kekuasaan yang tersentralisasi.
Ibu kota dan istana kekaisaran berada di Heijo-kyo
(kini Nara). Pada
zaman Nara,
Jepang secara terus menerus mengadopsi praktik administrasi pemerintahan dari
Cina. Salah satu pencapaian terbesar sastra Jepang pada zaman Nara adalah selesainya buku sejarah Jepang
yang disebut Kojiki
(712) dan Nihon Shoki (720).[16]
Pada
tahun 784, Kaisar Kammu memindahkan ibu kota
ke Nagaoka-kyō,
dan berada di sana
hanya selama 10 tahun. Setelah itu, ibu kota
dipindahkan kembali ke Heian-kyō (kini Kyoto). Kepindahan ibu kota ke Heian-kyō mengawali periode
Heian yang merupakan masa keemasan kebudayaan klasik asli Jepang, terutama
di bidang seni, puisi dan sastra
Jepang. Hikayat Genji karya Murasaki
Shikibu dan lirik lagu kebangsaan Jepang Kimi ga Yo
berasal dari periode Heian.[17]
Zaman Pertengahan
Sekelompok orang-orang Portugis dari
periode Nanban, abad ke-17.
Abad
pertengahan di Jepang merupakan zaman feodalisme
yang ditandai oleh perebutan kekuasaan antarkelompok penguasa yang terdiri dari
ksatria yang
disebut samurai.
Pada tahun 1185,
setelah menghancurkan klan Taira yang merupakan klan saingan klan
Minamoto, Minamoto no Yoritomo diangkat sebagai shogun, dan
menjadikannya pemimpin militer yang berbagi kekuasaan dengan Kaisar.
Pemerintahan militer yang didirikan Minamoto no Yoritomo disebut Keshogunan Kamakura karena pusat pemerintahan
berada di Kamakura (di sebelah selatan Yokohama masa
kini). Setelah wafatnya Yoritomo, klan
Hōjō membantu keshogunan sebagai shikken,
yakni semacam adipati
bagi para shogun. Keshogunan Kamakura berhasil menahan serangan Mongol dari wilayah
Cina kekuasaan Mongol pada tahun 1274 dan 1281. Meskipun secara politik
terbilang stabil, Keshogunan Kamakura akhirnya digulingkan
oleh Kaisar Go-Daigo yang memulihkan kekuasaan di tangan
kaisar. Kaisar Go-Daigo akhirnya digulingkan Ashikaga
Takauji pada 1336.[18]
Keshogunan Ashikaga gagal membendung kekuatan penguasa militer dan tuan tanah
feodal (daimyo)
dan pecah perang saudara pada tahun 1467 (Perang
Ōnin) yang mengawali masa satu abad yang diwarnai peperangan antarfaksi
yang disebut masa negeri-negeri saling berperang atau periode
Sengoku.[19]
Pada
abad ke-16,
para pedagang dan misionaris Serikat
Yesuit dari Portugal tiba untuk pertama kalinya di Jepang, dan mengawali
pertukaran perniagaan dan kebudayaan yang aktif antara Jepang dan Dunia Barat
(Perdagangan dengan Nanban). Orang Jepang
menyebut orang asing dari Dunia Barat sebagai namban yang berarti orang
barbar dari selatan.
Salah satu kapal
segel merah Jepang (1634) yang dipakai berdagang di Asia.
Oda
Nobunaga menaklukkan daimyo-daimyo pesaingnya dengan memakai teknologi
Eropa dan senjata
api. Nobunaga hampir berhasil menyatukan Jepang sebelum tewas terbunuh
dalam Peristiwa Honnōji 1582. Toyotomi Hideyoshi menggantikan Nobunaga, dan
mencatatkan dirinya sebagai pemersatu Jepang pada tahun 1590. Hideyoshi
berusaha menguasai Korea,
dan dua kali melakukan invasi ke Korea, namun gagal
setelah kalah dalam pertempuran melawan pasukan Korea yang dibantu
kekuatan Dinasti Ming. Setelah Hideyoshi wafat, pasukan
Hideyoshi ditarik dari Semenanjung Korea pada tahun 1598.[20]
Sepeninggal
Hideyoshi, putra Hideyoshi yang bernama Toyotomi
Hideyori mewarisi kekuasaan sang ayah. Tokugawa
Ieyasu memanfaatkan posisinya sebagai adipati bagi Hideyori untuk
mengumpulkan dukungan politik dan militer dari daimyo-daimyo lain. Setelah
mengalahkan klan-klan pendukung Hideyori dalam Pertempuran Sekigahara tahun 1600, Ieyasu
diangkat sebagai shogun pada tahun 1603. Pemerintahan militer yang didirikan
Ieyasu di Edo (kini Tokyo) disebut Keshogunan Tokugawa. Keshogunan Tokugawa curiga
terhadap kegiatan misionaris Katolik, dan melarang segala hubungan dengan orang-orang
Eropa. Hubungan perdagangan dibatasi hanya dengan pedagang Belanda di Pulau Dejima, Nagasaki.
Pemerintah Tokugawa juga menjalankan berbagai kebijakan seperti undang-undang buke
shohatto untuk mengendalikan daimyo di daerah. Pada tahun 1639,
Keshogunan Tokugawa mulai menjalankan kebijakan sakoku
("negara tertutup") yang berlangsung selama dua setengah abad yang
disebut periode
Edo. Walaupun menjalani periode isolasi, orang Jepang terus mempelajari
ilmu-ilmu dari Dunia Barat. Di Jepang, ilmu dari buku-buku Barat disebut rangaku (ilmu
belanda) karena berasal dari kontak orang Jepang dengan enklave orang Belanda
di Dejima, Nagasaki.
Pada periode Edo, orang Jepang juga memulai
studi tentang Jepang, dan menamakan "studi nasional" tentang Jepang
sebagai kokugaku.[21]
Zaman Modern
Kekaisaran Jepang terdiri dari
sebagian besar Asia Timur dan Tenggara pada tahun 1942.
Pada
31 Maret 1854, kedatangan Komodor Matthew
Perry dan "Kapal Hitam" Angkatan Laut Amerika Serikat memaksa
Jepang untuk membuka diri terhadap Dunia Barat melalui Persetujuan Kanagawa. Persetujuan-persetujuan
selanjutnya dengan negara-negara Barat pada masa Bakumatsu
membawa Jepang ke dalam krisis ekonomi dan politik. Kalangan samurai menganggap
Keshogunan Tokugawa sudah melemah, dan mengadakan pemberontakan hingga pecah Perang
Boshin tahun 1867-1868. Setelah
Keshogunan Tokugawa ditumbangkan, kekuasaan dikembalikan ke tangan kaisar (Restorasi
Meiji) dan sistem domain dihapus. Semasa Restorasi
Meiji, Jepang mengadopsi sistem politik, hukum, dan militer dari Dunia Barat. Kabinet
Jepang mengatur Dewan Penasihat Kaisar, menyusun Konstitusi
Meiji, dan membentuk Parlemen Kekaisaran. Restorasi Meiji mengubah Kekaisaran
Jepang menjadi negara industri modern dan sekaligus kekuatan militer dunia
yang menimbulkan konflik militer ketika berusaha memperluas pengaruh teritorial
di Asia. Setelah mengalahkan Cina dalam Perang Sino-Jepang dan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang, Jepang menguasai Taiwan, separuh
dari Sakhalin,
dan Korea.[22]
Pada
awal abad
ke-20, Jepang mengalami "demokrasi
Taisho" yang dibayang-bayangi bangkitnya ekspansionisme
dan militerisme Jepang.
Semasa Perang Dunia I, Jepang berada di pihak Sekutu yang menang, sehingga Jepang
dapat memperluas pengaruh dan wilayah kekuasaan. Jepang terus menjalankan
politik ekspansionis dengan menduduki Manchuria
pada tahun 1931. Dua tahun kemudian, Jepang keluar dari Liga Bangsa-Bangsa setelah mendapat kecaman
internasional atas pendudukan Manchuria.
Pada tahun 1936,
Jepang menandatangani Pakta Anti-Komintern dengan Jerman Nazi,
dan bergabung bergabung bersama Jerman dan Italia membentuk Blok Poros
pada tahun 1941[23]
Pada
tahun 1937, invasi Jepang ke Manchuria memicu terjadinya Perang Sino-Jepang Kedua (1937-1945) yang
membuat Jepang dikenakan embargo minyak oleh Amerika
Serikat[24]
Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat
di Pearl
Harbor, dan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat, Inggris,
dan Belanda.
Serangan Pearl Harbor menyeret AS ke dalam Perang
Dunia II. Setelah kampanye militer yang panjang di Samudra
Pasifik, Jepang kehilangan wilayah-wilayah yang dimilikinya pada awal
perang. Amerika Serikat melakukan pengeboman strategis terhadap Tokyo, Osaka dan kota-kota
besar lainnya. Setelah AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki,
Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Sekutu
pada 15
Agustus 1945 (Hari Kemenangan atas Jepang).[25]
Perang
membawa penderitaan bagi rakyat Jepang dan rakyat di wilayah jajahan Jepang.
Berjuta-juta orang tewas di negara-negara Asia
yang diduduki Jepang di bawah slogan Kemakmuran Bersama Asia. Hampir semua
industri dan infrastruktur di Jepang hancur akibat perang. Pihak Sekutu
melakukan repatriasi besar-besaran etnik
Jepang dari negara-negara Asia yang pernah
diduduki Jepang.[26]
Pengadilan Militer
Internasional untuk Timur Jauh yang diselenggarakan pihak Sekutu mulai 3
Mei 1946 berakhir dengan dijatuhkannya hukuman bagi sejumlah pemimpin Jepang
yang terbukti bersalah melakukan kejahatan perang.
Pada
tahun 1947, Jepang memberlakukan Konstitusi
Jepang yang baru. Berdasarkan konstitusi baru, Jepang ditetapkan sebagai
negara yang menganut paham pasifisme dan mengutamakan praktik demokrasi
liberal. Pendudukan AS terhadap Jepang secara resmi berakhir
pada tahun 1952
dengan ditandatanganinya Perjanjian San Francisco.[27] Walaupun
demikian, pasukan AS tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan penting di
Jepang, khususnya di Okinawa. Perserikatan Bangsa-Bangsa secara secara
resmi menerima Jepang sebagai anggota pada tahun 1956.
Seusai
Perang Dunia II, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang
pesat, dan menempatkan Jepang sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor dua di
dunia, dengan rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 10% per tahun
selama empat dekade. Pesatnya pertumbuhan ekonomi Jepang berakhir pada awal
tahun 1990-an
setelah jatuhnya ekonomi gelembung.[28]
Politik

Parlemen
Jepang
menganut sistem negara monarki konstitusional yang sangat membatasi
kekuasaan Kaisar Jepang. Sebagai kepala negara seremonial,
kedudukan Kaisar Jepang diatur dalam konstitusi
sebagai "simbol negara dan pemersatu rakyat". Kekuasaan pemerintah
berada di tangan Perdana Menteri Jepang dan anggota terpilih Parlemen
Jepang, sementara kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat
Jepang.[29]
Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala
negara dalam urusan diplomatik.
Parlemen
Jepang adalah parlemen dua kamar yang dibentuk mengikuti sistem Inggris.
Parlemen Jepang terdiri dari Majelis Rendah dan Majelis Tinggi. Majelis Rendah Jepang terdiri
dari 480 anggota dewan. Anggota majelis rendah dipilih secara langsung oleh
rakyat setiap 4 tahun sekali atau setelah majelis rendah dibubarkan. Majelis
Tinggi Jepang terdiri dari 242 anggota dewan yang memiliki masa jabatan 6
tahun, dan dipilih langsung oleh rakyat. Warganegara Jepang berusia 20 tahun ke
atas memiliki hak untuk memilih.[10]
Kabinet
Jepang beranggotakan Perdana Menteri dan para menteri. Perdana
Menteri adalah salah seorang anggota parlemen dari partai mayoritas di Majelis
Rendah. Partai Demokrat Liberal (LDP)
berkuasa di Jepang sejak 1955, kecuali pada tahun 1993. Pada tahun itu
terbentuk pemerintahan koalisi yang hanya berumur
singkat dengan partai oposisi. Partai oposisi terbesar di Jepang adalah Partai Demokratik Jepang.[30]
Perdana
Menteri Jepang adalah kepala pemerintahan. Perdana Menteri diangkat
melalui pemilihan di antara anggota Parlemen.[31]
Bila Majelis Rendah dan Majelis Tinggi masing-masing memiliki calon perdana
menteri, maka calon dari Majelis Rendah yang diutamakan. Pada praktiknya,
perdana menteri berasal dari partai mayoritas di parlemen. Menteri-menteri
kabinet diangkat oleh Perdana Menteri. Kaisar Jepang mengangkat Perdana Menteri
berdasarkan keputusan Parlemen Jepang[32], dan
memberi persetujuan atas pengangkatan menteri-menteri kabinet.[33] Perdana
Menteri memerlukan dukungan dan kepercayaan dari anggota Majelis Rendah untuk
bertahan sebagai Perdana Menteri.
Keluarga kekaisaran
Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko
(tampak tengah), serta Pangeran Naruhito dan istri (di sebelah kanan).

Kaisar
Akihito adalah
Kaisar Jepang yang sekarang. Kaisar Akihito naik takhta sebagai kaisar ke-125
setelah ayahandanya, Kaisar Hirohito mangkat pada 7 Januari 1989. Upacara kenaikan tahta
Kaisar Akihito dilangsungkan pada 12 November 1990.[34] Putra
Mahkota Naruhito,
menikah dengan Putri Mahkota Masako yang berasal dari kalangan rakyat biasa, dan
dikaruniai anak perempuan bernama Aiko (Putri
Toshi). Adik dari Putra Mahkota Naruhito bernama Pangeran Akishino,
menikah dengan Kiko Kawashima yang juga berasal dari rakyat biasa.
Pangeran Akishino memiliki dua anak perempuan (Putri Mako dan Putri Kako), serta anak
laki-laki bernama Pangeran Hisahito.
Geografi

Jepang
memiliki lebih dari 3.000 pulau yang terletak di pesisir Lautan
Pasifik di timur benua Asia. Istilah Kepulauan
Jepang merujuk kepada empat pulau besar, dari utara ke selatan, Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu, serta Kepulauan
Ryukyu yang berada di selatan Kyushu. Sekitar 70% hingga 80% dari wilayah
Jepang terdiri dari pegunungan yang berhutan-hutan,[35][36] dan
cocok untuk pertanian, industri, serta permukiman. Daerah yang curam berbahaya
untuk dihuni karena risiko tanah longsor akibat gempa bumi, kondisi tanah yang
lunak, dan hujan lebat. Oleh karena itu, permukiman penduduk terpusat di
kawasan pesisir. Jepang termasuk salah satu negara berpenduduk terpadat di
dunia.[37]
Gempa
bumi berkekuatan rendah dan sesekali letusan gunung berapi sering dialami
Jepang karena letaknya di atas Lingkaran Api Pasifik di pertemuan tiga lempeng
tektonik. Gempa bumi yang merusak sering menyebabkan tsunami. Setiap
abadnya, di Jepang terjadi beberapa kali tsunami.[38] Gempa
bumi besar yang terjadi akhir-akhir ini di Jepang adalah Gempa bumi Chūetsu 2004 dan Gempa bumi besar Hanshin tahun 1995.
Keadaan geografi menyebabkan Jepang memiliki banyak sumber mata air panas,
dan sebagian besar di antaranya telah dibangun sebagai daerah tujuan wisata.[39]
Jepang
berada di kawasan beriklim sedang dengan dengan pembagian empat musim yang
jelas. Walaupun demikian, terdapat perbedaan iklim yang mencolok antara wilayah
bagian utara dan wilayah bagian selatan.[40]
Pada musim
dingin, Jepang bagian utara seperti Hokkaido
mengalami musim salju, namun sebaliknya wilayah Jepang bagian selatan beriklim
subtropis. Iklim juga dipengaruhi tiupan angin musim yang bertiup dari benua Asia ke Lautan
Pasifik pada musim dingin, dan sebaliknya pada musim panas.
Iklim
Jepang terbagi atas enam zona iklim:
- Hokkaido: Kawasan paling utara beriklim sedang dengan musim dingin yang panjang dan membekukan, serta musim panas yang sejuk. Presipitasi tidak besar, namun salju banyak turun ketika musim dingin.
- Laut Jepang: Di pantai barat Pulau Honshu, tiupan angin dari barat laut membawa salju yang sangat lebat. Pada musim panas, kawasan ini lebih sejuk dibandingkan kawasan Pasifik. Walaupun demikian, suhu di kawasan ini kadangkala dapat menjadi sangat tinggi akibat fenomena angin fohn.
- Dataran Tinggi Tengah: Wilayah ini beriklim pedalaman dengan perbedaan suhu rata-rata musim panas-musim dingin yang sangat mencolok. Perbedaan suhu antara malam hari dan siang hari juga sangat mencolok.
- Laut Pedalaman Seto: Barisan pegunungan di wilayah Chugoku dan Shikoku menghalangi jalur tiupan angin musim, sehingga kawasan ini sepanjang tahun beriklim sedang.
- Samudra Pasifik: Kawasan pesisir bagian timur Jepang mengalami musim dingin yang sangat dingin, namun tidak banyak turun salju. Sebaliknya, musim panas menjadi begitu lembap akibat tiupan angin musim dari tenggara.
- Kepulauan Ryukyu: Kepulauan di barat daya Jepang termasuk Kepulauan Ryukyu beriklim subtropis, hangat sewaktu musim dingin dan suhu yang tinggi sepanjang musim panas. Presipitasi sangat tinggi, terutama selama musim hujan. Taifun sangat sering terjadi.
Suhu
tertinggi yang pernah tercatat di Jepang adalah 40,9 °C (105,6 °F)
pada 16 Agustus 2007.[41]
Musim hujan dimulai lebih awal di
Okinawa, yakni sejak awal Mei. Garis depan musim hujan bergerak ke utara, namun
berakhir di Jepang utara sebelum mencapai Hokkaido. Di sebagian besar wilayah Honshu, awal musim hujan dimulai pertengahan Juni dan
berlangsung selama enam minggu. Taifun sering terjadi sepanjang September dan
Oktober. Penyebabnya adalah tekanan tropis di garis khatulistiwa yang bergerak
dari barat daya ke timur laut, dan sering membawa hujan yang sangat lebat.[40]
Hubungan luar negeri dan militer

Kapal pengangkut helikopter kelas Hyuga
milik Angkatan Laut Bela Diri Jepang
Jepang
memiliki hubungan ekonomi dan militer yang erat dengan Amerika
Serikat, dan menjalankan kebijakan luar negeri berdasarkan pakta
keamanan Jepang-AS.[42] Sejak
diterima menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun
1956, Jepang telah sepuluh kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, termasuk tahun 2009-2010.[43] Jepang
adalah salah satu negara G4
yang sedang mengusulkan perluasan anggota tetap Dewan Keamanan PBB.[44] Sebagai
negara anggota G8, APEC, ASEAN Plus 3, dan peserta Konferensi Tingkat Tinggi Asia
Timur, Jepang aktif dalam hubungan internasional dan mempererat
persahabatan Jepang dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Pakta
pertahanan dengan Australia ditandatangani pada Maret 2007,[45] dan
dengan India pada
Oktober 2008.[46]
Pada tahun 2007, Jepang adalah negara donor Bantuan Pembangunan Resmi (ODA) terbesar
kelima di dunia.[47]
Negara penerima bantuan ODA terbesar dari Jepang adalah Indonesia,
dengan total bantuan lebih dari AS$29,5 miliar dari tahun 1960 hingga 2006.[48]
Jepang
bersengketa dengan Rusia
mengenai Kepulauan Kuril[49] dan
dengan Korea Selatan mengenai Batu
Liancourt[50].
Kepulauan Senkaku yang di bawah pemerintahan
Jepang dipermasalahkan oleh Republik Rakyat Cina dan Taiwan.[51]
Pasal 9 Konstitusi Jepang berisi
penolakan terhadap perang dan penggunaan kekuatan bersenjata untuk
menyelesaikan persengketaan internasional. Pasal 9 Ayat 2 berisi pelarangan
kepemilikan angkatan bersenjata dan penolakan atas hak keterlibatan dalam
perang.[52][53] Jepang
memiliki Pasukan Bela Diri yang berada di bawah Kementerian Pertahanan, dan terdiri
dari Angkatan Darat Bela Diri Jepang
(JGSDF), Angkatan Laut Bela Diri Jepang
(JMSDF), dan Angkatan Udara Bela Diri Jepang
(JASDF). Pada tahun 1991, kapal penyapu ranjau Angkatan Laut Bela Diri
Jepang ikut membersihkan ranjau laut di Teluk
Persia (lepas pantai Kuwait) bersama kapal penyapu ranjau dari delapan negara.[54][55] Atas
permintaan Pemerintahan Transisi PBB di
Kamboja (1992-1993), Jepang mengirimkan pengamat gencatan senjata, pemantau
pemilihan umum, polisi sipil, dan dukungan logistik seperti perbaikan jalan dan
jembatan.[56]
Di Irak, pasukan
nontempur Jepang membantu misi kemanusiaan dan kegiatan rekonstruksi
infrastruktur mulai Desember 2003 hingga Februari 2009.[57][58][59]
Prefektur dan daerah

Peta prefektur di Jepang berikut
kode ISO 3166-2:JP
Jepang terdiri dari 47 prefektur
yang masing-masing diperintah oleh gubernur bersama dewan legislatif daerah.
Dari utara ke selatan, prefektur-prefektur ini adalah:
- Hokkaido
- Aomori
- Iwate
- Miyagi
- Akita
- Yamagata
- Fukushima
- Ibaraki
- Tochigi
- Gunma
- Saitama
- Chiba
- Tokyo
- Kanagawa
- Niigata
- Toyama
- Ishikawa
- Fukui
- Yamanashi
- Nagano
- Gifu
- Shizuoka
- Aichi
- Mie
- Shiga
- Kyoto
- Osaka
- Hyogo
- Nara
- Wakayama
- Tottori
- Shimane
- Okayama
- Hiroshima
- Yamaguchi
- Tokushima
- Kagawa
- Ehime
- Kochi
- Fukuoka
- Saga
- Nagasaki
- Kumamoto
- Oita
- Miyazaki
- Kagoshima
- Okinawa
Dalam
pembagian wilayah menurut letak geografis, Jepang dibagi menjadi 10 wilayah,
yakni: Hokkaido,
Tohoku, Hokuriku,
Kanto, Chubu, Kansai (Kinki), Chugoku, Shikoku, Kyushu, dan Kepulauan
Ryukyu.
Ekonomi

Bursa
Saham Tokyo, bursa efek terbesar nomor dua di dunia.
Sejak
periode
Meiji (1868-1912), Jepang mulai menganut ekonomi pasar bebas
dan mengadopsi kapitalisme model Inggris dan Amerika Serikat. Sistem
pendidikan Barat diterapkan di Jepang, dan ribuan orang Jepang dikirim ke
Amerika Serikat dan Eropa untuk belajar. Lebih dari 3.000 orang Eropa dan
Amerika didatangkan sebagai tenaga pengajar di Jepang.[60]
Pada awal periode Meiji, pemerintah membangun jalan kereta api, jalan raya, dan
memulai reformasi kepemilikan tanah. Pemerintah membangun pabrik dan galangan
kapal untuk dijual kepada swasta dengan harga murah. Sebagian dari perusahaan
yang didirikan pada periode Meiji berkembang menjadi zaibatsu,
dan beberapa di antaranya masih beroperasi hingga kini.[60]
Pertumbuhan
ekonomi riil dari tahun 1960-an hingga 1980-an sering disebut "keajaiban ekonomi
Jepang", yakni rata-rata 10% pada tahun 1960-an, 5% pada tahun
1970-an, dan 4% pada tahun 1980-an.[60]
Dekade 1980-an merupakan masa keemasan ekspor otomotif dan barang elektronik ke
Eropa dan Amerika Serikat sehingga terjadi surplus neraca perdagangan yang
mengakibatkan konflik perdagangan. Setelah ditandatanganinya Perjanjian
Plaza 1985, dolar AS mengalami depresiasi terhadap yen. Pada Februari 1987,
tingkat diskonto resmi diturunkan hingga 2,5% agar produk manufaktur Jepang
bisa kembali kompetitif setelah terjadi kemerosotan volume ekspor akibat
menguatnya yen. Akibatnya, terjadi surplus likuiditas
dan penciptaan uang dalam jumlah besar. Spekulasi
menyebabkan harga saham
dan realestat
terus meningkat, dan berakibat pada penggelembungan harga aset.
Harga tanah terutama menjadi sangat tinggi akibat adanya "mitos
tanah" bahwa harga tanah tidak akan jatuh.[28]
Ekonomi gelembung Jepang jatuh pada awal tahun 1990-an akibat kebijakan
uang ketat yang dikeluarkan Bank of
Japan pada 1989, dan kenaikan tingkat diskonto resmi menjadi 6%.[28]
Pada 1990, pemerintah mengeluarkan sistem baru pajak penguasaan tanah dan bank
diminta untuk membatasi pendanaan aset properti. Indeks rata-rata Nikkei dan harga tanah
jatuh pada Desember 1989 dan musim gugur 1990.[28]
Pertumbuhan ekonomi mengalami stagnasi pada 1990-an, dengan angka rata-rata
pertumbuhan ekonomi riil hanya 1,7% sebagai akibat penanaman modal yang tidak
efisien dan penggelembungan harga aset pada 1980-an. Institusi keuangan
menanggung kredit bermasalah karena telah mengeluarkan
pinjaman uang dengan jaminan tanah atau saham. Usaha pemerintah mengembalikan
pertumbuhan ekonomi hanya sedikit yang berhasil dan selanjutnya terhambat oleh kelesuan
ekonomi global pada tahun 2000.[61]
Jepang
adalah perekonomian terbesar nomor dua di dunia
setelah Amerika Serikat,[62]
dengan PDB nominal sekitar AS$4,5 triliun.[62], dan
perekonomian terbesar ke-3 di dunia setelah AS dan Republik Rakyat Cina dalam keseimbangan kemampuan berbelanja.[63] Industri
utama Jepang adalah sektor perbankan, asuransi, realestat, bisnis
eceran, transportasi, telekomunikasi,
dan konstruksi.[64] Jepang
memiliki industri berteknologi tinggi di bidang otomotif, elektronik,
mesin
perkakas, baja
dan logam
non-besi, perkapalan,
industri
kimia, tekstil,
dan pengolahan makanan.[61]
Sebesar tiga perempat dari produk domestik bruto Jepang berasal dari sektor
jasa.
Distrik Minato
Mirai 21 di Yokohama.
Ekonomi Jepang sangat mengandalkan sektor jasa.
Hingga
tahun 2001, jumlah angkatan kerja Jepang mencapai 67 juta orang.[65] Tingkat pengangguran di
Jepang sekitar 4%. Pada tahun 2007, Jepang menempati urutan ke-19 dalam produktivitas
tenaga kerja.[66]
Menurut indeks Big Mac, tenaga kerja di Jepang mendapat upah
per jam terbesar di dunia. Toyota Motor, Mitsubishi UFJ Financial, Nintendo, NTT DoCoMo,
Nippon Telegraph & Telephone, Canon, Matsushita Electric Industrial, Honda, Mitsubishi Corporation, dan Sumitomo Mitsui Financial adalah 10 besar
perusahaan Jepang pada tahun 2008.[67] Sejumlah
326 perusahaan Jepang masuk ke dalam daftar Forbes Global 2000 atau 16,3% dari 2000
perusahaan publik terbesar di dunia (data tahun 2006).[68] Bursa
Saham Tokyo memiliki total kapitalisasi pasar terbesar nomor dua di dunia.
Indeks dari 225 saham perusahaan besar yang diperdagangkan di Bursa Saham Tokyo
disebut Nikkei
225.[69]
Dalam
Indeks Kemudahan Berbisnis, Jepang
menempati peringkat ke-12, dan termasuk salah satu negara maju dengan birokrasi
paling sederhana. Kapitalisme model Jepang memiliki sejumlah ciri khas. Keiretsu adalah
grup usaha yang beranggotakan perusahaan yang saling memiliki kerja sama bisnis
dan kepemilikan saham. Negosiasi upah (shuntō)
berikut perbaikan kondisi kerja antara manajemen dan serikat buruh dilakukan
setiap awal musim
semi. Budaya bisnis Jepang mengenal konsep-konsep lokal, seperti Sistem
Nenkō, nemawashi, salaryman,
dan office
lady. Perusahaan di Jepang mengenal kenaikan pangkat berdasarkan
senioritas dan jaminan pekerjaan seumur hidup.[70][71]
Kejatuhan ekonomi gelembung yang diikuti kebangkrutan besar-besaran dan
pemutusan hubungan kerja menyebabkan jaminan pekerjaan seumur hidup mulai
ditinggalkan.[72][73]
Perusahaan Jepang dikenal dengan metode manajemen seperti The
Toyota Way. Aktivisme pemegang saham sangat jarang.[74] Dalam Indeks Kebebasan Ekonomi, Jepang menempati
urutan ke-5 negara paling laissez-faire di antara 41 negara Asia Pasifik.[75]
Mobil hibrida
Toyota
Prius. Produk otomotif dan elektronik
adalah komoditas ekspor unggulan Jepang.
Total
ekspor Jepang pada tahun 2005 adalah 4.210
dolar AS per kapita. Pasar ekspor terbesar Jepang tahun 2006 adalah Amerika
Serikat 22,8%, Uni Eropa 14,5%, Cina 14,3%, Korea
Selatan 7,8%, Taiwan 6,8%, dan Hong Kong
5,6%. Produk ekspor unggulan Jepang adalah alat transportasi, kendaraan bermotor, elektronik,
mesin-mesin listrik, dan bahan kimia.[61]
Negara sumber impor terbesar bagi Jepang pada tahun 2006 adalah Cina 20,5%, AS
12,0%, Uni
Eropa 10,3%, Arab Saudi 6,4%, Uni
Emirat Arab 5,5%, Australia 4,8%, Korea
Selatan 4,7%, dan Indonesia 4,2%. Impor utama Jepang adalah mesin-mesin dan
perkakas, minyak
bumi, bahan makanan,
tekstil, dan
bahan mentah untuk industri.[61]
Jepang
adalah negara pengimpor hasil laut terbesar di dunia (senilai AS$ 14 miliar).[76] Jepang
berada di peringkat ke-6 setelah RRC, Peru, Amerika
Serikat, Indonesia,
dan Chili, dengan
total tangkapan ikan yang terus menurun sejak 1996.[77][78]
Pertanian
adalah sektor industri andalan hingga beberapa tahun seusai Perang
Dunia II. Menurut sensus tahun 1950, sekitar 50% angkatan kerja berada di
bidang pertanian. Sepanjang "masa keajaiban ekonomi Jepang", angkatan
kerja di bidang pertanian terus menyusut hingga sekitar 4,1% pada tahun 2008.[79] Pada
Februari 2007 terdapat 1.813.000 keluarga petani komersial, namun di antaranya
hanya kurang dari 21,2% atau 387.000 keluarga petani pengusaha.[80]
Sebagian besar angkatan kerja pertanian sudah berusia lanjut, sementara
angkatan kerja usia muda hanya sedikit yang bekerja di bidang pertanian.[81][82]
Demografi

Pemandangan perempatan
Shibuya pada malam hari. Perempatan Shibuya dikenal sangat ramai dengan
penyeberang jalan.
Populasi
Jepang diperkirakan sekitar 127,614 juta orang (perkiraan 1 Februari 2009).[83]
Masyarakat Jepang homogen dalam etnis, budaya dan bahasa, dengan sedikit populasi pekerja asing. Di antara
sedikit penduduk minoritas di Jepang terdapat orang Korea Zainichi,[84] Cina Zainichi, orang Filipina, orang Brazil-Jepang[85], dan orang Peru-Jepang.[86] Pada
2003, ada sekitar 136.000 orang Barat yang menjadi ekspatriat di Jepang.[87]
Kewarganegaraan
Jepang diberikan kepada bayi yang dilahirkan dari ayah atau ibu
berkewarganegaraan Jepang, ayah berkewarganegaraan Jepang yang wafat sebelum
bayi lahir, atau bayi yang lahir di Jepang dengan ayah/ibu tidak
diketahui/tidak memiliki kewarganegaraan.[88] Suku bangsa
yang paling dominan adalah penduduk asli yang disebut suku Yamato
dan kelompok minoritas utama yang terdiri dari
penduduk asli suku
Ainu[89]
dan Ryukyu, ditambah kelompok
minoritas secara sosial yang disebut burakumin.[90]
Pada
tahun 2006, tingkat harapan hidup di Jepang adalah 81,25 tahun, dan
merupakan salah satu tingkat harapan hidup tertinggi di dunia.[91] Namun
populasi Jepang dengan cepat menua sebagai dampak dari ledakan kelahiran pascaperang
diikuti dengan penurunan tingkat kelahiran. Pada tahun 2004, sekitar 19,5% dari
populasi Jepang sudah berusia di atas 65 tahun.[92]
Perubahan
dalam struktur demografi menyebabkan sejumlah masalah sosial, terutama
kecenderungan menurunnya populasi angkatan kerja dan meningkatnya biaya jaminan
sosial seperti uang
pensiun. Masalah lain termasuk meningkatkan generasi muda yang memilih
untuk tidak menikah
atau memiliki keluarga ketika dewasa.[93]
Populasi Jepang dikhawatirkan akan merosot menjadi 100 juta pada tahun 2050 dan
makin menurun hingga 64 juta pada tahun 2100.[92]
Pakar demografi dan pejabat pemerintah kini dalam perdebatan hangat mengenai
cara menangani masalah penurunan jumlah penduduk.[93] Imigrasi dan
insentif uang untuk kelahiran bayi sering disarankan sebagai pemecahan masalah
penduduk Jepang yang semakin menua.[94][95]
Perkiraan
tertinggi jumlah penganut agama Buddha sekaligus Shinto adalah
84-96% yang menunjukkan besarnya jumlah penganut sinkretisme dari kedua agama
tersebut.[10][96] Walaupun
demikian, perkiraan tersebut hanya didasarkan pada jumlah orang yang
diperkirakan ada hubungan dengan kuil, dan bukan jumlah penduduk yang
sungguh-sungguh menganut kedua agama tersebut.[97]
Professor Robert Kisala (dari Universitas Nanzan) memperkirakan hanya 30% dari
penduduk Jepang yang mengaku menganut suatu agama.[97]
Taoisme dan Konfusianisme
dari Cina juga mempengaruhi kepercayaan dan tradisi Jepang. Agama di Jepang
cenderung bersifat sinkretisme dengan hasil berupa berbagai macam tradisi,
seperti orang tua membawa anak-anak ke upacara Shinto, pelajar
berdoa di kuil
Shinto meminta lulus ujian, pernikahan ala Barat di kapel atau gereja Kristen,
sementara pemakaman diurus oleh kuil Buddha.
Penduduk beragama Kristen
hanya minoritas sejumlah (2.595.397 juta atau 2,04%).[98]
Kebanyakan orang Jepang mengambil sikap tidak peduli terhadap agama dan melihat agama sebagai budaya dan tradisi. Bila
ditanya mengenai agama, mereka akan mengatakan bahwa mereka beragama Buddha hanya karena
nenek moyang mereka menganut salah satu sekte agama Buddha. Selain itu, di
Jepang sejak pertengahan abad ke-19 bermunculan berbagai sekte agama baru (Shinshūkyō) seperti Tenrikyo dan Aum
Shinrikyo (atau Aleph).
Lebih
dari 99% penduduk Jepang berbicara bahasa
Jepang sebagai bahasa ibu.[83]
Bahasa Jepang adalah bahasa aglutinatif dengan tuturan
hormat (kata honorifik) yang mencerminkan hirarki dalam masyarakat Jepang.
Pemilihan kata kerja dan kosa kata menunjukkan status pembicara dan pendengar.
Menurut kamus bahasa Jepang Shinsen-kokugojiten,
kosa kata dari Cina berjumlah sekitar 49,1% dari kosa kata keseluruhan,
kata-kata asli Jepang hanya 33,8% dan kata
serapan sekitar 8,8%.[99] Bahasa Jepang ditulis memakai aksara
kanji, hiragana, dan katakana,
ditambah huruf
Latin dan penulisan angka Arab. Bahasa
Ryukyu yang juga termasuk salah satu keluarga bahasa
Japonik dipakai orang Okinawa, tapi hanya sedikit dipelajari
anak-anak.[100]
Bahasa
Ainu adalah bahasa mati dengan hanya sedikit penutur asli
yang sudah berusia lanjut di Hokkaido.[101] Murid
sekolah negeri dan swasta di Jepang hanya diharuskan belajar bahasa Jepang dan
bahasa Inggris.[102]
|
Kota-kota besar di Jepang
|
|||||||
|
Kota
|
Prefektur
|
Populasi
|
|
|
Kota
|
Prefektur
|
Populasi
|
1
|
8.483.050
|
7
|
1.474.764
|
|||||
2
|
3.579.133
|
8
|
1.400.621
|
|||||
3
|
2.628.776
|
9
|
1.327.009
|
|||||
4
|
2.215.031
|
10
|
1.176.269
|
|||||
5
|
1.880.875
|
11
|
1.159.391
|
|||||
6
|
1.525.389
|
12
|
1.028.214
|
|||||
Sumber: Sensus 2005
|
Pendidikan

Auditorium Yasuda di Universitas
Tokyo
Pendidikan
dasar dan menengah, serta pendidikan tinggi diperkenalkan di Jepang pada 1872
sebagai hasil Restorasi Meiji.[103] Sejak
1947, program wajib belajar di Jepang mewajibkan setiap warga negara untuk
untuk bersekolah selama 9 tahun di Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (dari usia 6
hingga 15 tahun). Di kalangan penduduk berusia 15 tahun ke atas, tingkat melek
huruf sebesar 99%, laki-laki: 99%; perempuan: 99% (2002).[104]
Hampir
semua murid meneruskan ke Sekolah Menengah Atas, dan menurut MEXT
sekitar 75,9% lulusan sekolah menengah atas pada tahun 2005 melanjutkan ke universitas,
akademi,
sekolah keterampilan, atau lembaga pendidikan tinggi lainnya.[105]
Pendidikan di Jepang sangat kompetitif,[106]
khususnya dalam ujian masuk perguruan tinggi. Dua peringkat teratas universitas
di Jepang ditempati oleh Universitas
Tokyo dan Universitas Keio.[107] Dalam
peringkat yang disusun Program Penilaian Pelajar
Internasional dari OECD,
pengetahuan dan keterampilan anak Jepang berusia 15 tahun berada di peringkat
nomor enam terbaik di dunia.[108]
Budaya

Budaya
Jepang mencakup interaksi antara budaya asli Jomon yang kokoh
dengan pengaruh dari luar negeri yang menyusul. Mula-mula Cina dan Korea banyak membawa
pengaruh, bermula dengan perkembangan budaya Yayoi sekitar 300 SM. Gabungan
tradisi budaya Yunani
dan India,
mempengaruhi seni dan keagamaan Jepang sejak abad ke-6
Masehi, dilengkapi dengan pengenalan agama
Buddha sekte Mahayana. Sejak abad ke-16, pengaruh Eropa menonjol,
disusul dengan pengaruh Amerika Serikat yang mendominasi Jepang setelah
berakhirnya Perang Dunia II. Jepang turut mengembangkan budaya
yang original dan unik, dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar,
persembahan (boneka bunraku, tarian tradisional, kabuki, noh, rakugo), dan
tradisi (permainan Jepang, onsen, sento, upacara
minum teh, taman Jepang), serta makanan
Jepang.
Kini,
Jepang merupakan salah sebuah pengekspor budaya pop yang terbesar. Anime, manga, mode, film, kesusastraan,
permainan
video, dan musik
Jepang menerima sambutan hangat di seluruh dunia, terutama di negara-negara Asia yang lain. Pemuda
Jepang gemar menciptakan trend baru dan kegemaran mengikut gaya mereka mempengaruhi
mode dan trend seluruh dunia. Pasar muda-mudi yang amat baik merupakan ujian
untuk produk-produk elektronik konsumen yang baru, di mana gaya dan fungsinya ditentukan oleh pengguna
Jepang, sebelum dipertimbangkan untuk diedarkan ke seluruh dunia.
Chakinzushi, sushi yang dibungkus
telur dadar tipis.
Baru-baru
ini Jepang mula mengekspor satu lagi komoditas budaya yang bernilai:
olahragawan. Popularitas pemain bisbol Jepang di Amerika
Serikat meningkatkan kesadaran warga negara Barat tersebut terhadap
segalanya mengenai Jepang.
Orang
Jepang biasanya gemar memakan makanan tradisi mereka. Sebagian besar acara TV
pada waktu petang dikhususkan pada penemuan dan penghasilan makanan tradisional
yang bermutu. Makanan Jepang mencetak nama di seluruh dunia dengan sushi, yang biasanya
dibuat dari pelbagai jenis ikan mentah yang digabungkan dengan nasi dan wasabi. Sushi
memiliki banyak penggemar di seluruh dunia. Makanan Jepang bertumpu pada
peralihan musim, dengan menghidangkan mi dingin dan sashimi pada musim panas,
sedangkan ramen
panas dan shabu-shabu
pada musim
dingin.
Peringkat internasional
- Indeks Pembangunan Manusia - peringkat ke-8
- Reporters Without Borders/Kebebasan Pers - peringkat ke-37
- PDB per kapita - peringkat ke-22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar