Selasa, 08 November 2011


Janjimu Hilang di Tanggal 8

            Ketika harapan itu telah tiada dalam hati, dia beri harapan lagi ke dalamnya. Ketika harapan itu perlahan-lahan tumbuh, dia pergi seakan tak peduli dengan apa yang dia beri. Janji manis yang dulu terucap, tak terbukti akhirnya kini. Hati yang terus menanti akan janji-janji manis itu, kini sakit seakan terbelah menjadi kepingan-kepingan kecil yang tak terbekas.
            Senja itu kita duduk di kursi kecil di taman kota, menyaksikan sang matahari senja tenggelam di ufuk barat. Langit keemasan muncul tepat saat kau berjanji kepadaku. Akan membuat hari spesialku menjadi hari yang paling spesial dalam hidupku.
            “Say, aku janji, aku akan membuat hari ulang tahunmu yang ke-17 menjadi hari yang paling spesial dalam hidupmu”, katanya manis kepadaku.
            Aku yang tak pernah merayakan hari ulang tahunku, mendengar kata-kata itu hati seakan ditumbuhi bunga-bunga indah yang mewangi. Meluluhkan segala prasangka buruk tentang dirinya diikuti dengan rasa sayang yang semakin mendalam terhadapnya.
            Sambil tersenyum simpul, aku berkata kepadanya,”Makasih say, aku harap itu bukan hanya sekadar janjimu kepadaku”.
            Matahari sudah tidak terlihat lagi, digantikan oleh rembulan dan bintang-bintang yang melambai-lambai seakan menyapaku dan dirinya di taman malam itu. Waktu telah berkata aku harus pulang. Dengan perasaan tak ingin mengakhiri hari ini, aku pulang dengan hati tak sabar menanti janjinya kepadaku.
            Malam sehari sebelum hari ulang tahunku dia berkata kepadaku. “Besok kutunggu Kau di taman kota”.
            Hari ini, tanggal 8 tepat dihari ulang tahunku, aku menunggu janji yang telah dia ucapkan. Di taman kota pagi itu, aku menunggu dirinya. Hingga panas membakar kepalaku, dan sore menutupi bayanganku, dia yang kutunggu tak kunjung datang.
            “Apa dia tak menepati janjinya,”gumamku dalam hati.
            Tiba-tiba HPku berbunyi. Sebuah pesan pendek membuatku menarik napas panjang. “Say, maaf aku gak bisa datang karena aku lagi banyak urusan dan tugas”.
            Awalnya aku tak mempunyai prasangka buruk. Tapi angin membawa kabar itu padaku. Bukan dari dirinya tetapi dari orang lain. Aku merasa lebih sakit ketika aku tahu bahwa dia membatalkan pertemuan itu hanya untuk pergi dengan kekasihnya yang lain. Aku tak pernah tahu dan tak pernah menyangka dia tega kepadaku.
            Janji manis itu tak terbukti. Janji itu hanya terucap di mulut saja. Janjimu manis di bibir tak kau buktikan di kenyataan. Setelah berjam-jam, berhari-hari aku menghayalkan dan menunggu tapi dia tak kunjung datang. Sampai petir itu menyambarku, janjimu tidak juga datang. Janji itu tak akan pernah aku lupakan karena itu adalah hutang. Janji itu akan mendatangimu. Janjimu hilang ditanggal 8.

Tidak ada komentar: