Janjimu Hilang di Tanggal 8
Ketika harapan itu telah tiada dalam hati, dia beri
harapan lagi ke dalamnya. Ketika harapan itu perlahan-lahan tumbuh, dia pergi
seakan tak peduli dengan apa yang dia beri. Janji manis yang dulu terucap, tak
terbukti akhirnya kini. Hati yang terus menanti akan janji-janji manis itu,
kini sakit seakan terbelah menjadi kepingan-kepingan kecil yang tak terbekas.
Senja itu kita duduk di kursi kecil di taman kota, menyaksikan
sang matahari senja tenggelam di ufuk barat. Langit keemasan muncul tepat saat
kau berjanji kepadaku. Akan membuat hari spesialku menjadi hari yang paling
spesial dalam hidupku.
“Say, aku janji, aku akan membuat hari ulang tahunmu yang
ke-17 menjadi hari yang paling spesial dalam hidupmu”, katanya manis kepadaku.
Aku yang tak pernah merayakan hari ulang tahunku,
mendengar kata-kata itu hati seakan ditumbuhi bunga-bunga indah yang mewangi.
Meluluhkan segala prasangka buruk tentang dirinya diikuti dengan rasa sayang
yang semakin mendalam terhadapnya.
Sambil tersenyum simpul, aku berkata kepadanya,”Makasih
say, aku harap itu bukan hanya sekadar janjimu kepadaku”.
Matahari sudah tidak terlihat lagi, digantikan oleh
rembulan dan bintang-bintang yang melambai-lambai seakan menyapaku dan dirinya
di taman malam itu. Waktu telah berkata aku harus pulang. Dengan perasaan tak
ingin mengakhiri hari ini, aku pulang dengan hati tak sabar menanti janjinya
kepadaku.
Malam sehari sebelum hari ulang tahunku dia berkata
kepadaku. “Besok kutunggu Kau di taman kota”.
Hari ini, tanggal 8 tepat dihari ulang tahunku, aku
menunggu janji yang telah dia ucapkan. Di taman kota pagi itu, aku menunggu
dirinya. Hingga panas membakar kepalaku, dan sore menutupi bayanganku, dia yang
kutunggu tak kunjung datang.
“Apa dia tak menepati janjinya,”gumamku dalam hati.
Tiba-tiba HPku berbunyi. Sebuah pesan pendek membuatku
menarik napas panjang. “Say, maaf aku gak bisa datang karena aku lagi banyak
urusan dan tugas”.
Awalnya aku tak mempunyai prasangka buruk. Tapi angin
membawa kabar itu padaku. Bukan dari dirinya tetapi dari orang lain. Aku merasa
lebih sakit ketika aku tahu bahwa dia membatalkan pertemuan itu hanya untuk
pergi dengan kekasihnya yang lain. Aku tak pernah tahu dan tak pernah menyangka
dia tega kepadaku.
Janji manis itu tak terbukti. Janji itu hanya terucap di
mulut saja. Janjimu manis di bibir tak kau buktikan di kenyataan. Setelah
berjam-jam, berhari-hari aku menghayalkan dan menunggu tapi dia tak kunjung
datang. Sampai petir itu menyambarku, janjimu tidak juga datang. Janji itu tak
akan pernah aku lupakan karena itu adalah hutang. Janji itu akan mendatangimu.
Janjimu hilang ditanggal 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar