Kebiasaan Aneh Orang Jepang Yang Perlu Diketahui !
saya kok lebih senang menyebutnya sesuatu yang khas Jepang mungkin bagi kita bisa kelihatan baik/buruk, dari pengamatan saya :toko-toko/ depato menampilkan display yang sangat menarik, mereka bukan hanya memajang produknya tetapi juga menampilkan contoh barang dalam kemasan itu seperti apa bentuknya, potongannya, isi dalamnya seperti apa kemudian dikemas ulang dalam kotak acrylic yang tembus pandang, saya jumpai di hampir tiap produk makanan dalam kemasan, permen, biskuit, teh, bahkan sampai di adult shop!
orang jepang sangat suka mengajak jalan anjing mereka tiap pagi atau sore dijalanan bahkan di mal-mal tertentu, yang juga menyedikan pet shop yang luar biasa. Jika hewan mereka buang kotoran maka pemiliknya akan mengambil kotoran itu, menyiramnya dengan air bahkan (maaf) mereka membersihkan pantat piaraan mereka itu dengan air dan mungkin tisu
orang jepang dalam membangun suatu bangunan pasti diberi celah mungkin 20-30 cm, jadi tiap bangunan berdiri sendiri, katanya sih biar kalo gempa struktur bangunan yang rapuh tidak menyebabkan yang lain ikut roboh
orang jepang walau dikata sangat modern, mereka sangat suka membeli semacam jimat di jinja/otera terutama ketika ia ingin mengikuti ujian dan sesuatu yang penting
saya pernah lihat beberapa film behind the scene-nya biasanya orang jepang mengadakan selamatan, mereka mengundang semua crew dan pendeta untuk berdoa agar sukses
yang paling aneh bagi saya adalah bagaimana mungkin orang jepang dapat mandi bersama-sama di onsen tanpa sehelai busanapun walaupun dipisah pria dan wanita ( tapi katanya di beberapa tempat ada yang campur)
saya pernah diceritai sensei saya, orang jepang menganggap agama sebagai hal yang praktis dan fleksibel jika lahir mereka pakai upacara budha, jika menikah mereka pakai cara kristen di gereja, dan jika ia meninggal mereka menggunakan upacara shinto
saya juga diceritai sensei saya, katanya orang jepang kalo pacaran mereka biasanya ketemuan di suatu tempat dan kemudian baru jalan bersama kemana..., tidak seperti di sini yang biasanya kita jemput/minta di jemput (mungkin mereka jarang yang punya kendaraan pribadi kali yah??)
dan supaya tidak ada balas budi yang berlebih katanya mereka BDD (bayar Dewe-dewe) atau mungkin gantian membayar belanjaanmereka, ( entah benar/tidak)
saya pernah makan di restoran jepang di sebuah ruko, walau ruko banyak pilihan makanannya, nihon-jin milih tempat makan karena yang punya katanya orang jepang jadi rasanya paling mendekati, yang menarik ketika mereka selesai makan, kebetulan mereka berlima, kelimanya sama-sama mengeluarkan dompet dan membayar tagihan mereka ( betsu betsu ni....) sendiri-sendiri bahkan saya lihat sampai uang seribuan! saya lihat mereka ada yang berseragam jadi pasti pegawai suatu kantor/pabrik yang sama. Bagi saya sih aneh kok tidak ada 1 orang yang inisiatif membayari baru dibelakang hitung-hitungan.
Mungkin dari satu kejadian saya tidak dapat mengeneralisir sebagai
suatu kebiasaan, mohon koreksinya
Sekilas Tentang Kebiasaan kebiasaan di Jepang yang bikin Kagum
On June - 28 - 2011
Tanggal 18 Juni 2011 adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke negeri
sakura ini. Suami yang sudah berada di Jepang, sudah menunggu di Bandara
Narita. Ia langsung mengajak makan dan setelah itu kita pun menuju ke stasiun
kereta api yang letaknya berada di bagian bawah bandara. Kami membeli tiket
tujuan Tokyo dan lanjut dari Tokyo menuju ke Nagano, kota tempat suami tinggal. Oke .. sebelum sampai pada cerita tentang kebiasaan di Jepang yang bikin kagum … saya ingin cerita sedikit tentang stasiun Tokyo yang luar biasa!!! Um,.. bukan luar biasa dalam arti keren … tapi luar biasa pada jualan yang ada disana hehehe … sepanjang mata memandang, anda akan menjumpai aneka macam makanan dengan bentuk dan aroma yang menggugah selera. Yaaa … stasiun Tokyo yang besar itu, sebagaian besar penjualnya adalah penjual makanan, mulai dari makanan berat sampai ringan dan minuman. Maaf, dikarenakan sangat terburu buru, saya nggak sempet motret motret kecuali sebuah kios kecil tempat kami membeli beberapa tusuk sate untuk dimakan di kereta nanti. Tapi saya akan mencoba menceritakan pada pembaca wisataseru, betapa indahnya stasiun ini bagi penggemar kuliner seperti saya hehehee …
Jepang yang perhatian dengan detail kemasan barang
Ada puluhan bahkan ratusan kios kios kecil yang nyaris semuanya memberikan penampilan terhebatnya. Contohnya, ada beberapa etalase yang saya kira adalah toko parfum dan toko emas. Oaaalaaah ternyata dia juga hanyalah kios penjual permen dan kue. Luar biasa bukan??? Saking elegant nya mereka menata kios mereka, sampai pada pandangan pertama, saya kira itu adalah toko emas dan parfum. Gimana tidak??? Kue kuenya dikemas dalam box yang mirip dengan box parfum. Sedangkan si toko permennya, juga mengemas permennya seperti kemasan emas dan berlian.
Ya … di Jepang, tampaknya kemasan memang jadi nomor 1. Lihatlah, tiap makanan dibungkus bak kado, yang mana ketika kita buka, di dalamnya juga sangat rapi dengan bungkus satu persatu yang sedap dipandang mata. Oya, soal kemasan ini, di Jepang tak hanya makanan yang dibungkus rapi, bahkan ketika anda berbelanja pernak pernik, barang belanjaan anda akan dikemas cantik rapi sekali. Sudah siap untuk diberikan sebagai oleh oleh tanpa harus pusing untuk membungkusnya lagi.
Ehem … tapi tentunya tak hanya soal kemasan … roti roti dan permen yang tampil pun, sungguh luar biasa mulus. Misalnya Cheese cake, cheese cake yang disajikan tampak memiliki tekstur sangat lembut, selembut marsmallow. Cara mereka memotong pun sangat halus … seperti kue tersebut tak tersentuh oleh pisau saking rapi nya. Begitu pula dengan moachi aneka rasa dan warna yang penampilan kenyalnya menggoda lidah. Lucunya, ada beberapa moachi yang tampil tak hanya bulat, melainkan berwujud seperti hewan dan bentuk bentuk lainnya. Cantik sekali untuk bingkisan … hehehe …yaaa asal duitnya kuat, cocok sih untuk bingkisan wakakka … soalnya harganya lumayan melejit untuk ukuran kantongku …
Oya untuk sate yang kami beli … hadeeeh enak sekali. Kalau sahabat wisataseru pas kapan kapan liat toko ini, beli deh sate yang ati ampela ayam (saya ini nggak suka ati ampela, tapi makan sate ati ampela disini, doyan banget hehehe). Lalu beli juga kulit ayam … aduuuh lemaknya enak sekali nih sate kulit ayam. Ya … dari beberapa macam sate yang kami beli, 2 itulah yang paling kami berdua suka. Sate ini sendiri harganya mulai dari 165 yen – 350 yen pertusuknya (1 yen kira kira sekitar 105 rupiah) … Boleh dicoba!!!
Jepang, tiap sudutnya terawat indah
Sampai di Nagano, waaah saya sangat terpukau oleh keindahan kota ini. Taman taman di jalanan dan trotoar sungguh tertata sangat rapi dengan bunga yang warna warni. Selain itu, kebanyakan rumah, meski memiliki lahan yang kecil, mereka masih saja menyempatkan diri untuk menghias rumah mereka dengan bunga bunga kecil yang indah dan sangat rapi, sedap sekali dipandang mata. Terlihat sekali bahwa mereka sangat memperhatikan keindahan. Dan tentunya inilah yang membuat Jepang terlihat begitu indah di mata dunia internasional dan banyak orang tertarik untuk datang ke Jepang.
Kerapihan dan keindahan yang maksimal juga ditunjang dengan alam yang indah. Inilah yang terjadi di Nagano, ditempat saya bakal tinggal bersama suami. Nagano ini jika di Indonesia bisa dibandingkan dengan Bandung, namun gunung gunung di Nagano lebih terlihat jelas. Yup … nagano merupakan kota yang dikelilingi oleh gunung. Jadiii, sungguh melihat acak secara 360derajat, pemandangannya adalah gunung. Ya … seperti ketika saya di apartemen, maka ketika saya membuka jendela dapur atau jendela yang bagian manapun, maka yang terlihat adalah pemandangan gunung yang bertumpuk tumpuk indah. Apalagi jika sore hari tiba, dimana ketika matahari sudah mulai tenggelam, disana gunung terlihat berlapis lapir dengan warna yang samar bergradasi, sugoooiiii … indah sekali.
Hm ,… mungkin karena posisinya yang berada di lembah inilah, nagano memiliki cuaca yang cukup ekstreem *wakakaka ini hanya hipotesis saya tanpa penelitian. Soalnya jika musim panas tiba yaitu bulan agustus – oktober, suhu disini bisa mencapai 40 derajat celcius dan pada desember sampai maret saat musim salju, salju bisa bertumpuk hingga 1 meter. Cuaca terenak adalah pada april – juli. Pada april adalah waktunya sakura berkembang dan setelahnya cuaca adalah sejuk.
Oya,… Saking tebalnya salju dan konturnya yang pegunungan, Nagano pada tahun 1998, dijadikan tempat untuk olimpiade musim dingin. Ya … tiap musim salju tiba, Nagano memang tiba tiba akan berubah menjadi sebuah kota wisata bagi pecinta sky. naaah, siapa yang suka sky??? Tak usah jauh jauh ke Amrik, ke Nagano aja.
Oya omong omong soal jam … perbedaan waktu Jepang dan Indonesia adalah 2 jam lebih cepat Jepang. Penerbangan sendiri membutuhkan waktu sekitar 8 jam dengan pesawat langsung (tanpa transit) Jakarta – Narita. Dari Narita ke Tokyo dibutuhkan waktu 1,5 jam dengan menggunakan kereta dan dari Tokyo ke Nagano dibutuhkan waktu 1,5 jam dengan kereta cepat shinkansen.
Rahasia disiplin orang Jepang
Yang membuat saya terpukau dengan Nagano, ternyata tak hanya pemandangannya yang indah, tapi juga kebiasaan kebiasaan yang ada disini. Hm … setelah saya pikir pikir, mengapa orang Jepang bisa begitu disiplin??? Lagi lagi melalui hipotesis tanpa penelitian, saya menyimpulkan, karena mereka diajar teratur bahkan untuk hal hal yang sangat sepele, yaitu soal sampah.
Mungkin banyak negara yang telah memberlakukan pemilahan sampah, namun mungkin tak sedetail di Jepang. Lihatlah … tiap rumah diberi jadwal untuk membuang sampah lengkap dengan petunjuknya. Jadwal??? Yaaa … untuk membuang tiap macam jenis sampah, ada jadwalnya. Senin merupakan jadwal untuk membuang sampah dengan bungkus plastik warna kuning dan hijau (kuning untuk sampah plastik dan hijau untuk sampah dapur dan taman), selasa untuk membuang sampah kaleng, kamis jadwal untuk membuang sampah dengan plastik hijau dan sebulan sekali di hari selasa, terdapat jadwal membuang sampah elektronik dan atau baju atau sampah perkakas rumah tangga lainnya.
Hebatnya lagi … mereka tak hanya diajar untuk memilah dan teratur dengan jadwal, tapi dibiasakan juga untuk selalu bersih dengan sampah. Ya … seperti botol minuman, ternyata tak hanya dipisah begitu saja dari sampah lainnya, melainkan botol tersebut harus dibersihkan dari tutup dan stiker atau pun kertas yang menempel pada botol. Tutup botol dimasukkan dalamkategori sampah plastik, sedangkan merek yang biasanya melekat seperti tulisan coca cola, harus dibuang ke keranjang sampah kategori sampah dapur / plastik tergantung terbuat dari apa materinya.
Begitu juga dengan sampah kaleng. Warga harus mencuci bersih kaleng bekas tersebut sebelum dimasukkan dalam kantong plastik yang khusus berisi sampah kaleng. Hal ini tentunya untuk menghindari tumbuhnya bakteri yang mungkin saja tumbuh, mengingat mereka hanya diperbolehkan membuang sampah sesuai kategorinya seminggu sekali. So??? Tak heran jika Jepang bersih … mereka begitu disiplin dalam mengurusi sampahnya. Tak heran juga jika warga Jepang memiliki sikap disiplin … karena sedari kecil mereka telah dibiasakan untuk hidup teratur dengan jadwal.
Hm … dan ketika saya mengikuti pola mereka ini. Ternyata cukup menyenangkan. Rumah jadi bersih, tidak ada aroma sampah dan secara tak langsung, mengubah kebiasaan yang lainnya juga. Aku jadi lebih teratur dalam hidup. Yaa … kebiasaan kecil yang dilakukan terus menerus, akan berdampak besar.
Selain itu, tampaknya disiplin juga diajarkan pada soal ‘kembalian’. Di jepang, kita tidak diwajibkan memberikan tips kepada pelayan restaurant atau pun supir taxi atau tempat perbelanjaan manapun. Bahkan pemerintah mewajibkan seluruh warganya yang memiliki usaha untuk memberikan kembalian secara benar kepada pembeli. Ya. .. kenyataannya kembalian 1 yen pun akan diberikan utuh kepada kita. Tak ada embel embel diganti permen atau disumbangkan sehingga kembalian di bulatkan. Benar benar disiplin yang diajarkan pada hal hal sepele akan membuat kita menjadi disiplin secara keseluruhan.
Jepang yang Ramah
Indonesia adalah negara yang ramah. Ternyata keramahan yang didengungkan pada zaman Presiden Soeharto itu, masih dikalahkan dengan kenyataan yang melekat pada budaya Jepang. Hm … saya tak pernah mendengar slogan “Jepang Ramah”. Tapi kenyataannya, mereka sangat ramah dan terlalu ramah. Lagi lagi saya terpukau!!!
Sebelum ke Jepang, saya sempat mendengar teman saya bercerita, bahwa ia sempat tersesat dan tidak tahu jalan pulang ke hotel. Kemudian di jalan ia bertanya pada seorang remaja, jalan menuju ke hotel. Remaja tersebut tak hanya menunjukkan jalan, tapi bahkan mengantarnya sampai di depan hotel. Yang mengejutkan, ternyata dari tempat bertanya menuju ke hotel, bukanlah sebuah perjalanan yang dekat, melainkan mereka harus ganti bus 2 kali. Setelah sampai mengantar teman saya tersebut sampai tepat di depan hotel, remaja yang mengantar tersebut kemudian kembali lagi dengan menggunakan bus yang sama kearah sebaliknya (ups itu artinya remaja tersebut kembali lagi ke tempat asal ketika teman saya bertanya, um bisa jadi).
Daaann … ternyata cerita tersebut bukan hanya karangan teman saya tersebut. Karena saya sendiri mengalami. Ketika itu saya hendak menuju ke stasiun nagano. Sudah mencari taxi tapi tidak dapat juga,… karena ternyata taxi memang tak bertebaran bebas di nagano shi sini, ya maklum nagano shi hanya sebuah kota kecil, Jadi kalau mau naek taxi ternyata harus telepon. Akhirnya saya bertanya pada gadis usia kuliahan sepertinya, bagaimana caranya menuju ke stasiun nagano menggunakan bus. Wooow … gadis tersebut taka hanya mengantar saya pada halte yang tepat, mengajari bagaimana cara membaca papan petunjuk waktu bus ke nagano stasiun, tapi juga menunggu sampai bus datang (sekitar 15 menit). Ketika bus datang, ia pun menitip pesan pada supir bus dengan bahasa yang saya tak mengerti tentunya, setelah itu ia turun dengan sebelumnya menegok ke saya dan membungkuk. Luar biasa!!! Ia rela menyisihkan waktunya 15 menit untuk menemani sampai bis datang, padahal perkiraan saya, dia sedang terburu buru … karena ketika saya mencegatnya untuk bertanya, dia sedang berjalan cepat. Dan ketika menemani saya, saya lihat dia beberapa kali melakukan SMS. Saya jadi nggak enak … saya suruh dia duluan saja, dia berkata “Daijoubu … ” – tak apa apa … dia berkata lagi jika dia kuatir dengan saya. Hm …. arigatou ne
Pejalan Kaki dan Pengendara Sepeda adalah Raja Jalanan
Yang mengejutkan lagi … ternyata di Nagano, pejalan kaki dan pengguna sepeda, sangat dihargai. Tak seperti di Indonesia yang pejalan kaki dan pengguna sepeda sering kali tak memiliki tempat, disini tak hanya diberi tempat sendiri, tapi juga diutamakan. Seperti ketika berada di perempatan atau pertigaan jalan, maka jika di Indonesia, sepeda yang mengalah memberi jalan untuk si mobil, maka disini dari jauh sang mobil sudah berhenti untuk memberi kita jalan. Bahkan ketika kita jalannya lambat pun, mereka akan menunggu dengan sabar tanpa membunyikan klakson.
Benar benar aman berkendara disini. Tak hanya aman dalam artian di jalan, tampaknya pencuri juga nyaris tak ada disini. Hal ini terbukti dari sepeda sepeda diparkir di luar rumah dan tak ada yang hilang. Bahkan ketika pulang ke Indonesia, sepeda suami diparkir di stasiun dan baru diambil sebulan kemudian ketika balik ke Jepang, sepedanya masih tetap ada.
Ada beberapa kebiasaan orang Jepang saat berada di atas kereta api (berdasar pengamatan pribadi).
1. Mendengarkan iPod (atau alat musik portabel digital yang lain)
Biasanya anak-anak kecil muda yang seperti ini. Fenomena iPod dan alat musik digital memang sepertinya sudah menjadi hal yang biasa. Harga sebuah iPod shuffle 1 GB yang saya tahu dari teman saya (karena dia baru saja beli) adalah sekitar 7800 yen. Sedangkan harga makanan sederhana (bento) yang sering ditemui di beberapa konbini adalah sekitar 300-500 yen (mari kita ambil tengah2 saja, 400 yen). Perbandingan antara harga makanan dengan iPod bisa dihitung yaitu sekitar 1:20 (mendekati).
Sedangkan di Indonesia, harga iPod shuffle 1 GB adalah sekitar $ 85 (berdasarkan situs http://bhinneka.com ). Dengan nilai tukar dolar sebesar Rp 9100,00 per 1 dolar, harga iPod shuffle 1GB berarti sekitar Rp 773.500,00 . Sedangkan, ambil saja biaya makan sekali di Indonesia sekitar 4000-5000 rupiah. Rasionya berarti sekitar 1:170 an.
Jadi, tidak heran orang Jepang banyak menggunakan alat musik digital macam iPod shuffle :D Untuk membeli iPod itu, seorang mahasiswa di Jepang mungkin cukup gak makan 20 kali, kalo diitung sekali sehari, maka cukup menunggu 20 hari udah bisa beli tuh iPod Shuffle. Tapi kalo mahasiswa ITB Indonesia, harus menunggu 170 hari, atau mendekati setengah tahun.
2. Membaca
Membaca dilakukan oleh orang lintas usia dan generasi. Dari yang muda sampai tua. Yang mereka baca pun bermacam2. Contohnya adalah membaca iklan di kereta koran, buku, maupun brosur2 yang didapat di jalan. Bahkan saat berdiri pun mereka membaca. Jadi begitu masuk kereta, duduk (atau berdiri), buka tas, dan buka buku. Biasanya di dalamnya sudah ada pembatas buku yang menandakan di situlah mereka terakhir membaca. Nampaknya, budaya membaca memang sudah sangat mengakar bagi para penumpang kereta.
3. Membuka HP
Sama seperti membaca, membuka HP juga dilakukan oleh orang dengan berbagai macam usia. Kebanyakan sih memang anak-anak muda. Tapi tak jarang pula orang-orang tua yang memakai pakaian kerja membuka HP di atas kereta. Saya sering melirik orang di sebelah saya kalau mereka membuka HP. Penasaran. Kebanyakan orang yang saya lirik menulis SMS di atas kereta. Beberapa browsing internet, melihat video (streaming?), maen Sudoku, dan mendengarkan musik. Saya tidak pernah menemui orang yang mengambil gambar orang di depannya dengan diam-diam (pura2 buka HP, padahal mau ngambil foto). Ini tidak baik, mengganggu privasi orang :D
4. Bermain games
Ada 2 mesin game portabel yang sering saya temui, yaitu Nintendo DS dan Sony PSP. Kalau bicara masalah kuantitas secara kualitatif (halah, bahasa opo iki), kebanyakan yang saya temui adalah Nintendo DS. Ini jelas mainannya anak muda, anak-anak usia SMA ke bawah. Sesekali saya melirik sebentar saja game apa yang mereka mainkan. Sayangnya, saya tidak bisa melihat dengan jelas (karena percuma juga, kalo ngelihat gak tau judul game-nya apa).
5. Diam (dan tidur)
Tidur adalah hal yang umum, namun tidak dengan diam. Saya tidak yakin mereka bisa menikmati tidur di atas kereta api, karena pasti dalam hati khawatir kalo kelewatan stasiun. Entah bagaimana cara mereka mengeset waktu tidurnya di atas kereta api supaya pas bangun di stasiun tujuan. Saya pernah mencoba tidur, dan kelewatan 3 stasiun langsung Tapi kalau sudah biasa, saya rasa tubuh akan membentuk semacam “jadwal”nya sendiri (teori ngawur) :D
Kalau ada orang diam di atas kereta api, itu adalah saya. Saya masih bingung mau ngapain di atas kereta api. Kalau tidur, khawatir kelewatan. Main games dan buka HP nggak mungkin, karena nggak punya. Baca buku? Boleh, tapi rasanya masih aneh soalnya tanggung bener baca buku cuman beberapa menit (ah, alasan aja, bilang males aja susah :D ).. Ndengerin musik? Kadang ngerasa ribet sama kabel handset yang panjang. Selain itu, bagi saya, orang yang ndengerin musik di tengah keramaian itu kurang baik, karena seakan-akan dunia milik berdua dia sendiri, cuek, nggak denger kan kalo ada yang minta tolong karena kemalingan. Hehehe… Jangan dianggap serius pendapat ini, hanya bercanda saja :D Saya sendiri kalau disuruh milih, mending ndengerin podcast di iPod daripada membaca..
2 komentar:
Thanks infonya.
lumayan bvuat referensi
Posting Komentar