
Sepanjang tahun di Jepang dipenuhi dengan festival-festival
yang menarik. Kita tentu telah sangat akrab dengan banyaknya hari libur di
Indonesia. Di Jepang kita akan menjumpai jumlah hari libur yang kurang lebih
sama banyaknya. Sebagian besar hari libur itu adalah untuk memperingati
festival yang secara rutin digelar tiap tahun secara turun temurun, yang slah
satunya adalah festival musim panas. Sebuah perpaduan yang sangat indah antara
masa lampau dengan masa kini, manakala melihat rombongan gadis berkimono
melenggang di tengah rimbunan gedung pencakar langit, dan ribuan orang berjas
rapi di kawasan kota Tokyo.
1. Tanabata
Asal-usul festival ini sangat menarik untuk diceritakan, bermula di Tiongkok
dan diperkenalkan kepada masyarakat Jepang pada jaman Nara. Kisahnya bermula
pada cerita cinta dua manusia bernama Altair (Hikoboshi) dan Vega (Orihime),
bintang tercerah dalam rasi bintang Lyra.
Hikoboshi adalah seorang penggembala sapi, sedangkan Orihime adalah seorang
putri yang memiliki kepandaian menenun. Mereka menelantarkan pekerjaan mereka
karena cinta tersebut, dan hal ini membuat Raja Langit marah sehingga
memisahkan mereka berdua menggunakan sungai Amanogawa. Orihime dan Hikoboshi
hanya dapat bertemu pada malam ketujuh bulan ketujuh setiap tahunnya, melewati
sebuah jembatan ajaib. Jika pada malam tersebut terjadi hujan, sungai yang
memisahkan mereka akan meluap dan mereka harus menunggu hingga tahun depan
untuk kembali bertemu.
Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah menulis tanzaku, permohonan dan
impian yang dituliskan di atas selembar kertas atau potongan kayu dan
digantungkan pada batangan bambu. Setelahnya, permohonan-permohonan ini akan
diapungkan di sungai atau dibakar pada tengah malam, dengan tujuan agar segala
sesuatu yang buruk segera berlalu. Harapan mereka dipercaya akan terkabul
apabila pada hari itu hujan tidak turun
2. Hanabi (Kembang api)
Perayaan khas di musim panas, bermula dari zaman Edo (1600-1868). Merupakan
pesta kembang api yang diadakan di seluruh wilayah Jepang pada pertengahan
bulan Agustus. Selain itu, ada juga permainan-permainan seru seperti menangkap
ikan mas koki menggunakan kawat berlapis kertas tipis, dan banyak kedai-kedai
yang menjual berbagai macam makanan seperti permen apel, manisan, dan
lain-lain. Di sekitar tempat dimana berlangsung pesta kembang api terdapat
berbagai kios-kios hiburan yang menyediakan makanan, minuman, permainan anak
tersebut. Mereka datang bersama keluarga, sebagian ada yang mengenakan yukata
(kimono dari katun, sederhana) sambil membawa kipas kertas pengusir udara panas
di musim panas
3. O-Bon
Merupakan peristiwa keagamaan Budhis dimana setiap keluarga di Jepang
menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut datangnya arwah para leluhur yang
tinggal untuk beberapa hari lamanya di rumah mereka. Sejumlah penerangan api
yang dipasang di sekitar rumah merupakan sambutan selamat datang. Selama masa
O-bon, keluarga meletakkan sesajen buah-buahan dll, di meja sajen. Di beberapa
daerah juga, dilakukan tarian massal O-bon dengan iringan sejumlah instrumen
musik tradisional seperti tambur taiko, sruling, dll dengan irama yang dinamis.
Sebagai penutup perayaan, dilakukan pelarungan lentera-lentera kecil
berwarna-warni di sungai terdekat secara beramai-ramai
4. Tsukimi
Merupakan pesta menikmati indahnya bulan purnama di musim panas sekitar
pertengahan bulan Agustus. Di Jendela dimana terlihat bulan purnama, diletakkan
sesajen khusus. Hal ini sebenarnya merupakan wujud pemujaan alam oleh
masyarakat pertanian untuk memperoleh panen yang berlimpah
5. Hakata Gion Yamakasa (1-15 Juli) di Hakata (prefektur Fukuoka)
Perayaan ini dimulai sejak zaman Kamakura (1185-1333), dalam rangka mengusir
bencana penyakit. Kuil-kuil kecil (Shinto) gotongan (O-mikoshi) diarak
beramai-ramai, beriringan dengan kendaraan-kendaraan hias yang disebut Kazari
Yamagasa dengan boneka-boneka besar yang menggambarkan tokoh-tokoh legenda atau
sejarah
6. Tenjin Matsuri (24-25 Juli) di Osaka
Merupakan salah satu festival besar dan terkenal di Jepang, dimulai sekitar
tahun 1000. Ribuan orang berarakan menggotong kuil-kuil kecil o-mikoshi dari
kuil Temmangu ke Jembatan Tenjin, kemudian naik perahu-perahu hias dan
selanjutnya dilakukan pesta kembang api
7. Awa Odori (12-15 Agustus, mulai senja)
Merupakan bagian dari perayaan O-bon dalam rangka menyambut dan mengantarkan
kembali arwah para leluhur. Tarian massal ini konon dimulai lebih dari 400tahun
yang lalu, dan dewasa ini diikuti oleh ratusan ribu peserta yang menari berirama
dengan iringan alat music tradisional shamisen, tambur, seruling, dan lonceng.
Biasanya ada pembimbing tari yang memimpin agar para peserta dapat menari
secara sinkron
8. Akita Kanto Matsuri (3-6 Agustus, mulai jam 7 malam) di kota Akita
Merupakan salah satu dari tiga festival terbesar Jepang utara. Yang menjadi
ciri khasnya adalah 46 lentera yang dipasang pada kerangka besar yang dibuat
dari batang-batang bambu (kanto) setinggi 12 meter. Para pembawa kanto ini
menunjukkan kepiawaian mereka menjaga keseimbangan, meletakkan kanto di telapak
tangan, dahi, bahu, atau pinggang. Setiap kanto bermotif khusus, biasanya
melambangkan panjang umur dan panen berlimpah
9. Nebuta Matsuri (1-7 Agustus)
Diadakan di Aomori dan Hirosaki. Iring-iringan kendaraan hias bergambar makhluk
raksasa penyebab kantuk di musim panas. Festival ini dimaksudkan untuk mengusir
makhluk ini. Kata “nebuta” berasal dari “nemuri” (kantuk). Banyak sekali orang
yang ikut menyaksikan festival ini setiap tahunnya