Senin, 26 Desember 2011

Selasa, 29 November 2011


Kebiasaan Aneh Orang Jepang Yang Perlu Diketahui !

saya kok lebih senang menyebutnya sesuatu yang khas Jepang mungkin bagi kita bisa kelihatan baik/buruk, dari pengamatan saya :

toko-toko/ depato menampilkan display yang sangat menarik, mereka bukan hanya memajang produknya tetapi juga menampilkan contoh barang dalam kemasan itu seperti apa bentuknya, potongannya, isi dalamnya seperti apa kemudian dikemas ulang dalam kotak acrylic yang tembus pandang, saya jumpai di hampir tiap produk makanan dalam kemasan, permen, biskuit, teh, bahkan sampai di adult shop!

orang jepang sangat suka mengajak jalan anjing mereka tiap pagi atau sore dijalanan bahkan di mal-mal tertentu, yang juga menyedikan pet shop yang luar biasa. Jika hewan mereka buang kotoran maka pemiliknya akan mengambil kotoran itu, menyiramnya dengan air bahkan (maaf) mereka membersihkan pantat piaraan mereka itu dengan air dan mungkin tisu

orang jepang dalam membangun suatu bangunan pasti diberi celah mungkin 20-30 cm, jadi tiap bangunan berdiri sendiri, katanya sih biar kalo gempa struktur bangunan yang rapuh tidak menyebabkan yang lain ikut roboh

orang jepang walau dikata sangat modern, mereka sangat suka membeli semacam jimat di jinja/otera terutama ketika ia ingin mengikuti ujian dan sesuatu yang penting

saya pernah lihat beberapa film behind the scene-nya biasanya orang jepang mengadakan selamatan, mereka mengundang semua crew dan pendeta untuk berdoa agar sukses

yang paling aneh bagi saya adalah bagaimana mungkin orang jepang dapat mandi bersama-sama di onsen tanpa sehelai busanapun walaupun dipisah pria dan wanita ( tapi katanya di beberapa tempat ada yang campur)

saya pernah diceritai sensei saya, orang jepang menganggap agama sebagai hal yang praktis dan fleksibel jika lahir mereka pakai upacara budha, jika menikah mereka pakai cara kristen di gereja, dan jika ia meninggal mereka menggunakan upacara shinto

saya juga diceritai sensei saya, katanya orang jepang kalo pacaran mereka biasanya ketemuan di suatu tempat dan kemudian baru jalan bersama kemana..., tidak seperti di sini yang biasanya kita jemput/minta di jemput (mungkin mereka jarang yang punya kendaraan pribadi kali yah??)
dan supaya tidak ada balas budi yang berlebih katanya mereka BDD (bayar Dewe-dewe) atau mungkin gantian membayar belanjaanmereka, ( entah benar/tidak)

saya pernah makan di restoran jepang di sebuah ruko, walau ruko banyak pilihan makanannya, nihon-jin milih tempat makan karena yang punya katanya orang jepang jadi rasanya paling mendekati, yang menarik ketika mereka selesai makan, kebetulan mereka berlima, kelimanya sama-sama mengeluarkan dompet dan membayar tagihan mereka ( betsu betsu ni....) sendiri-sendiri bahkan saya lihat sampai uang seribuan! saya lihat mereka ada yang berseragam jadi pasti pegawai suatu kantor/pabrik yang sama. Bagi saya sih aneh kok tidak ada 1 orang yang inisiatif membayari baru dibelakang hitung-hitungan.

Mungkin dari satu kejadian saya tidak dapat mengeneralisir sebagai
suatu kebiasaan, mohon koreksinya

Sekilas Tentang Kebiasaan kebiasaan di Jepang yang bikin Kagum

Posted by caturguna On June - 28 - 2011
Tanggal 18 Juni 2011 adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke negeri sakura ini. Suami yang sudah berada di Jepang, sudah menunggu di Bandara Narita. Ia langsung mengajak makan dan setelah itu kita pun menuju ke stasiun kereta api yang letaknya berada di bagian bawah bandara. Kami membeli tiket tujuan Tokyo dan lanjut dari Tokyo menuju ke Nagano, kota tempat suami tinggal.
Oke .. sebelum sampai pada cerita tentang kebiasaan di Jepang yang bikin kagum … saya ingin cerita sedikit tentang stasiun Tokyo yang luar biasa!!! Um,.. bukan luar biasa dalam arti keren … tapi luar biasa pada jualan yang ada disana hehehe … sepanjang mata memandang, anda akan menjumpai aneka macam makanan dengan bentuk dan aroma yang menggugah selera. Yaaa … stasiun Tokyo yang besar itu, sebagaian besar penjualnya adalah penjual makanan, mulai dari makanan berat sampai ringan dan minuman. Maaf, dikarenakan sangat terburu buru, saya nggak sempet motret motret kecuali sebuah kios kecil tempat kami membeli beberapa tusuk sate untuk dimakan di kereta nanti. Tapi saya akan mencoba menceritakan pada pembaca wisataseru, betapa indahnya stasiun ini bagi penggemar kuliner seperti saya hehehee …
Jepang yang perhatian dengan detail kemasan barang
Ada puluhan bahkan ratusan kios kios kecil yang nyaris semuanya memberikan penampilan terhebatnya. Contohnya, ada beberapa etalase yang saya kira adalah toko parfum dan toko emas. Oaaalaaah ternyata dia juga hanyalah kios penjual permen dan kue. Luar biasa bukan??? Saking elegant nya mereka menata kios mereka, sampai pada pandangan pertama, saya kira itu adalah toko emas dan parfum. Gimana tidak??? Kue kuenya dikemas dalam box yang mirip dengan box parfum. Sedangkan si toko permennya, juga mengemas permennya seperti kemasan emas dan berlian.
Ya … di Jepang, tampaknya kemasan memang jadi nomor 1. Lihatlah, tiap makanan dibungkus bak kado, yang mana ketika kita buka, di dalamnya juga sangat rapi dengan bungkus satu persatu yang sedap dipandang mata. Oya, soal kemasan ini, di Jepang tak hanya makanan yang dibungkus rapi, bahkan ketika anda berbelanja pernak pernik, barang belanjaan anda akan dikemas cantik rapi sekali. Sudah siap untuk diberikan sebagai oleh oleh tanpa harus pusing untuk membungkusnya lagi.
Ehem … tapi tentunya tak hanya soal kemasan … roti roti dan permen yang tampil pun, sungguh luar biasa mulus. Misalnya Cheese cake, cheese cake yang disajikan tampak memiliki tekstur sangat lembut, selembut marsmallow. Cara mereka memotong pun sangat halus … seperti kue tersebut tak tersentuh oleh pisau saking rapi nya. Begitu pula dengan moachi aneka rasa dan warna yang penampilan kenyalnya menggoda lidah. Lucunya, ada beberapa moachi yang tampil tak hanya bulat, melainkan berwujud seperti hewan dan bentuk bentuk lainnya. Cantik sekali untuk bingkisan … hehehe …yaaa asal duitnya kuat, cocok sih untuk bingkisan wakakka … soalnya harganya lumayan melejit untuk ukuran kantongku …
Oya untuk sate yang kami beli … hadeeeh enak sekali. Kalau sahabat wisataseru pas kapan kapan liat toko ini, beli deh sate yang ati ampela ayam (saya ini nggak suka ati ampela, tapi makan sate ati ampela disini, doyan banget hehehe). Lalu beli juga kulit ayam … aduuuh lemaknya enak sekali nih sate kulit ayam. Ya … dari beberapa macam sate yang kami beli, 2 itulah yang paling kami berdua suka. Sate ini sendiri harganya mulai dari 165 yen – 350 yen pertusuknya (1 yen kira kira sekitar 105 rupiah) … Boleh dicoba!!!
Jepang, tiap sudutnya terawat indah
Sampai di Nagano, waaah saya sangat terpukau oleh keindahan kota ini. Taman taman di jalanan dan trotoar sungguh tertata sangat rapi dengan bunga yang warna warni. Selain itu, kebanyakan rumah, meski memiliki lahan yang kecil, mereka masih saja menyempatkan diri untuk menghias rumah mereka dengan bunga bunga kecil yang indah dan sangat rapi, sedap sekali dipandang mata. Terlihat sekali bahwa mereka sangat memperhatikan keindahan. Dan tentunya inilah yang membuat Jepang terlihat begitu indah di mata dunia internasional dan banyak orang tertarik untuk datang ke Jepang.
Kerapihan dan keindahan yang maksimal juga ditunjang dengan alam yang indah. Inilah yang terjadi di Nagano, ditempat saya bakal tinggal bersama suami. Nagano ini jika di Indonesia bisa dibandingkan dengan Bandung, namun gunung gunung di Nagano lebih terlihat jelas. Yup … nagano merupakan kota yang dikelilingi oleh gunung. Jadiii, sungguh melihat acak secara 360derajat, pemandangannya adalah gunung. Ya … seperti ketika saya di apartemen, maka ketika saya membuka jendela dapur atau jendela yang bagian manapun, maka yang terlihat adalah pemandangan gunung yang bertumpuk tumpuk indah. Apalagi jika sore hari tiba, dimana ketika matahari sudah mulai tenggelam, disana gunung terlihat berlapis lapir dengan warna yang samar bergradasi, sugoooiiii … indah sekali.
Hm ,… mungkin karena posisinya yang berada di lembah inilah, nagano memiliki cuaca yang cukup ekstreem *wakakaka ini hanya hipotesis saya tanpa penelitian. Soalnya jika musim panas tiba yaitu bulan agustus – oktober, suhu disini bisa mencapai 40 derajat celcius dan pada desember sampai maret saat musim salju, salju bisa bertumpuk hingga 1 meter. Cuaca terenak adalah pada april – juli. Pada april adalah waktunya sakura berkembang dan setelahnya cuaca adalah sejuk.
Oya,… Saking tebalnya salju dan konturnya yang pegunungan, Nagano pada tahun 1998, dijadikan tempat untuk olimpiade musim dingin. Ya … tiap musim salju tiba, Nagano memang tiba tiba akan berubah menjadi sebuah kota wisata bagi pecinta sky. naaah, siapa yang suka sky??? Tak usah jauh jauh ke Amrik, ke Nagano aja.
Oya omong omong soal jam … perbedaan waktu Jepang dan Indonesia adalah 2 jam lebih cepat Jepang. Penerbangan sendiri membutuhkan waktu sekitar 8 jam dengan pesawat langsung (tanpa transit) Jakarta – Narita. Dari Narita ke Tokyo dibutuhkan waktu 1,5 jam dengan menggunakan kereta dan dari Tokyo ke Nagano dibutuhkan waktu 1,5 jam dengan kereta cepat shinkansen.
Rahasia disiplin orang Jepang
Yang membuat saya terpukau dengan Nagano, ternyata tak hanya pemandangannya yang indah, tapi juga kebiasaan kebiasaan yang ada disini. Hm … setelah saya pikir pikir, mengapa orang Jepang bisa begitu disiplin??? Lagi lagi melalui hipotesis tanpa penelitian, saya menyimpulkan, karena mereka diajar teratur bahkan untuk hal hal yang sangat sepele, yaitu soal sampah.
Mungkin banyak negara yang telah memberlakukan pemilahan sampah, namun mungkin tak sedetail di Jepang. Lihatlah … tiap rumah diberi jadwal untuk membuang sampah lengkap dengan petunjuknya. Jadwal??? Yaaa … untuk membuang tiap macam jenis sampah, ada jadwalnya. Senin merupakan jadwal untuk membuang sampah dengan bungkus plastik warna kuning dan hijau (kuning untuk sampah plastik dan hijau untuk sampah dapur dan taman), selasa untuk membuang sampah kaleng, kamis jadwal untuk membuang sampah dengan plastik hijau dan sebulan sekali di hari selasa, terdapat jadwal membuang sampah elektronik dan atau baju atau sampah perkakas rumah tangga lainnya.
Hebatnya lagi … mereka tak hanya diajar untuk memilah dan teratur dengan jadwal, tapi dibiasakan juga untuk selalu bersih dengan sampah. Ya … seperti botol minuman, ternyata tak hanya dipisah begitu saja dari sampah lainnya, melainkan botol tersebut harus dibersihkan dari tutup dan stiker atau pun kertas yang menempel pada botol. Tutup botol dimasukkan dalamkategori sampah plastik, sedangkan merek yang biasanya melekat seperti tulisan coca cola, harus dibuang ke keranjang sampah kategori sampah dapur / plastik tergantung terbuat dari apa materinya.
Begitu juga dengan sampah kaleng. Warga harus mencuci bersih kaleng bekas tersebut sebelum dimasukkan dalam kantong plastik yang khusus berisi sampah kaleng. Hal ini tentunya untuk menghindari tumbuhnya bakteri yang mungkin saja tumbuh, mengingat mereka hanya diperbolehkan membuang sampah sesuai kategorinya seminggu sekali. So??? Tak heran jika Jepang bersih … mereka begitu disiplin dalam mengurusi sampahnya. Tak heran juga jika warga Jepang memiliki sikap disiplin … karena sedari kecil mereka telah dibiasakan untuk hidup teratur dengan jadwal.
Hm … dan ketika saya mengikuti pola mereka ini. Ternyata cukup menyenangkan. Rumah jadi bersih, tidak ada aroma sampah dan secara tak langsung, mengubah kebiasaan yang lainnya juga. Aku jadi lebih teratur dalam hidup. Yaa … kebiasaan kecil yang dilakukan terus menerus, akan berdampak besar.
Selain itu, tampaknya disiplin juga diajarkan pada soal ‘kembalian’. Di jepang, kita tidak diwajibkan memberikan tips kepada pelayan restaurant atau pun supir taxi atau tempat perbelanjaan manapun. Bahkan pemerintah mewajibkan seluruh warganya yang memiliki usaha untuk memberikan kembalian secara benar kepada pembeli. Ya. .. kenyataannya kembalian 1 yen pun akan diberikan utuh kepada kita. Tak ada embel embel diganti permen atau disumbangkan sehingga kembalian di bulatkan. Benar benar disiplin yang diajarkan pada hal hal sepele akan membuat kita menjadi disiplin secara keseluruhan.
Jepang yang Ramah
Indonesia adalah negara yang ramah. Ternyata keramahan yang didengungkan pada zaman Presiden Soeharto itu, masih dikalahkan dengan kenyataan yang melekat pada budaya Jepang. Hm … saya tak pernah mendengar slogan “Jepang Ramah”. Tapi kenyataannya, mereka sangat ramah dan terlalu ramah. Lagi lagi saya terpukau!!!
Sebelum ke Jepang, saya sempat mendengar teman saya bercerita, bahwa ia sempat tersesat dan tidak tahu jalan pulang ke hotel. Kemudian di jalan ia bertanya pada seorang remaja, jalan menuju ke hotel. Remaja tersebut tak hanya menunjukkan jalan, tapi bahkan mengantarnya sampai di depan hotel. Yang mengejutkan, ternyata dari tempat bertanya menuju ke hotel, bukanlah sebuah perjalanan yang dekat, melainkan mereka harus ganti bus 2 kali. Setelah sampai mengantar teman saya tersebut sampai tepat di depan hotel, remaja yang mengantar tersebut kemudian kembali lagi dengan menggunakan bus yang sama kearah sebaliknya (ups itu artinya remaja tersebut kembali lagi ke tempat asal ketika teman saya bertanya, um bisa jadi).
Daaann … ternyata cerita tersebut bukan hanya karangan teman saya tersebut. Karena saya sendiri mengalami. Ketika itu saya hendak menuju ke stasiun nagano. Sudah mencari taxi tapi tidak dapat juga,… karena ternyata taxi memang tak bertebaran bebas di nagano shi sini, ya maklum nagano shi hanya sebuah kota kecil, Jadi kalau mau naek taxi ternyata harus telepon. Akhirnya saya bertanya pada gadis usia kuliahan sepertinya, bagaimana caranya menuju ke stasiun nagano menggunakan bus. Wooow … gadis tersebut taka hanya mengantar saya pada halte yang tepat, mengajari bagaimana cara membaca papan petunjuk waktu bus ke nagano stasiun, tapi juga menunggu sampai bus datang (sekitar 15 menit). Ketika bus datang, ia pun menitip pesan pada supir bus dengan bahasa yang saya tak mengerti tentunya, setelah itu ia turun dengan sebelumnya menegok ke saya dan membungkuk. Luar biasa!!! Ia rela menyisihkan waktunya 15 menit untuk menemani sampai bis datang, padahal perkiraan saya, dia sedang terburu buru … karena ketika saya mencegatnya untuk bertanya, dia sedang berjalan cepat. Dan ketika menemani saya, saya lihat dia beberapa kali melakukan SMS. Saya jadi nggak enak … saya suruh dia duluan saja, dia berkata “Daijoubu … ” – tak apa apa … dia berkata lagi jika dia kuatir dengan saya. Hm …. arigatou ne
Pejalan Kaki dan Pengendara Sepeda adalah Raja Jalanan
Yang mengejutkan lagi … ternyata di Nagano, pejalan kaki dan pengguna sepeda, sangat dihargai. Tak seperti di Indonesia yang pejalan kaki dan pengguna sepeda sering kali tak memiliki tempat, disini tak hanya diberi tempat sendiri, tapi juga diutamakan. Seperti ketika berada di perempatan atau pertigaan jalan, maka jika di Indonesia, sepeda yang mengalah memberi jalan untuk si mobil, maka disini dari jauh sang mobil sudah berhenti untuk memberi kita jalan. Bahkan ketika kita jalannya lambat pun, mereka akan menunggu dengan sabar tanpa membunyikan klakson.
Benar benar aman berkendara disini. Tak hanya aman dalam artian di jalan, tampaknya pencuri juga nyaris tak ada disini. Hal ini terbukti dari sepeda sepeda diparkir di luar rumah dan tak ada yang hilang. Bahkan ketika pulang ke Indonesia, sepeda suami diparkir di stasiun dan baru diambil sebulan kemudian ketika balik ke Jepang, sepedanya masih tetap ada.

Ada beberapa kebiasaan orang Jepang saat berada di atas kereta api (berdasar pengamatan pribadi).

1. Mendengarkan iPod (atau alat musik portabel digital yang lain)

Biasanya anak-anak kecil muda yang seperti ini. Fenomena iPod dan alat musik digital memang sepertinya sudah menjadi hal yang biasa. Harga sebuah iPod shuffle 1 GB yang saya tahu dari teman saya (karena dia baru saja beli) adalah sekitar 7800 yen. Sedangkan harga makanan sederhana (bento) yang sering ditemui di beberapa konbini adalah sekitar 300-500 yen (mari kita ambil tengah2 saja, 400 yen). Perbandingan antara harga makanan dengan iPod bisa dihitung yaitu sekitar 1:20 (mendekati).

Sedangkan di Indonesia, harga iPod shuffle 1 GB adalah sekitar $ 85 (berdasarkan situs http://bhinneka.com ). Dengan nilai tukar dolar sebesar Rp 9100,00 per 1 dolar, harga iPod shuffle 1GB berarti sekitar Rp 773.500,00 . Sedangkan, ambil saja biaya makan sekali di Indonesia sekitar 4000-5000 rupiah. Rasionya berarti sekitar 1:170 an.

Jadi, tidak heran orang Jepang banyak menggunakan alat musik digital macam iPod shuffle :D Untuk membeli iPod itu, seorang mahasiswa di Jepang mungkin cukup gak makan 20 kali, kalo diitung sekali sehari, maka cukup menunggu 20 hari udah bisa beli tuh iPod Shuffle. Tapi kalo mahasiswa ITB Indonesia, harus menunggu 170 hari, atau mendekati setengah tahun.

2. Membaca

Membaca dilakukan oleh orang lintas usia dan generasi. Dari yang muda sampai tua. Yang mereka baca pun bermacam2. Contohnya adalah membaca iklan di kereta koran, buku, maupun brosur2 yang didapat di jalan. Bahkan saat berdiri pun mereka membaca. Jadi begitu masuk kereta, duduk (atau berdiri), buka tas, dan buka buku. Biasanya di dalamnya sudah ada pembatas buku yang menandakan di situlah mereka terakhir membaca. Nampaknya, budaya membaca memang sudah sangat mengakar bagi para penumpang kereta.
3. Membuka HP

Sama seperti membaca, membuka HP juga dilakukan oleh orang dengan berbagai macam usia. Kebanyakan sih memang anak-anak muda. Tapi tak jarang pula orang-orang tua yang memakai pakaian kerja membuka HP di atas kereta. Saya sering melirik orang di sebelah saya kalau mereka membuka HP. Penasaran. Kebanyakan orang yang saya lirik menulis SMS di atas kereta. Beberapa browsing internet, melihat video (streaming?), maen Sudoku, dan mendengarkan musik. Saya tidak pernah menemui orang yang mengambil gambar orang di depannya dengan diam-diam (pura2 buka HP, padahal mau ngambil foto). Ini tidak baik, mengganggu privasi orang :D

4. Bermain games

Ada 2 mesin game portabel yang sering saya temui, yaitu Nintendo DS dan Sony PSP. Kalau bicara masalah kuantitas secara kualitatif (halah, bahasa opo iki), kebanyakan yang saya temui adalah Nintendo DS. Ini jelas mainannya anak muda, anak-anak usia SMA ke bawah. Sesekali saya melirik sebentar saja game apa yang mereka mainkan. Sayangnya, saya tidak bisa melihat dengan jelas (karena percuma juga, kalo ngelihat gak tau judul game-nya apa).

5. Diam (dan tidur)

Tidur adalah hal yang umum, namun tidak dengan diam. Saya tidak yakin mereka bisa menikmati tidur di atas kereta api, karena pasti dalam hati khawatir kalo kelewatan stasiun. Entah bagaimana cara mereka mengeset waktu tidurnya di atas kereta api supaya pas bangun di stasiun tujuan. Saya pernah mencoba tidur, dan kelewatan 3 stasiun langsung Tapi kalau sudah biasa, saya rasa tubuh akan membentuk semacam “jadwal”nya sendiri (teori ngawur) :D

Kalau ada orang diam di atas kereta api, itu adalah saya. Saya masih bingung mau ngapain di atas kereta api. Kalau tidur, khawatir kelewatan. Main games dan buka HP nggak mungkin, karena nggak punya. Baca buku? Boleh, tapi rasanya masih aneh soalnya tanggung bener baca buku cuman beberapa menit (ah, alasan aja, bilang males aja susah :D ).. Ndengerin musik? Kadang ngerasa ribet sama kabel handset yang panjang. Selain itu, bagi saya, orang yang ndengerin musik di tengah keramaian itu kurang baik, karena seakan-akan dunia milik berdua dia sendiri, cuek, nggak denger kan kalo ada yang minta tolong karena kemalingan. Hehehe… Jangan dianggap serius pendapat ini, hanya bercanda saja :D Saya sendiri kalau disuruh milih, mending ndengerin podcast di iPod daripada membaca..


Hal – Hal Unik dan Kebiasaan Di Jepang
Berikut ini adalah hal-hal unik yang mungkin dirasa unik buat yang bukan orang jepang:
1. Di Jepang, angka “4″ dan “9″ tidak disukai, sehingga sering tidak ada nomer kamar “4″ dan “9″. “4″ dibaca “shi” yang sama bunyinya dengan yang berarti “mati”, sedang “9″ dibaca “ku”, yang sama bunyinya dengan yang berarti “kurushii / sengsara.
2. Orang Jepang menyukai angka “8″. Harga-harga barang kebanyakan berakhiran “8″. Susu misalnya 198 yen. Tapi karena aturan sekarang ini mengharuskan harga barang yang dicantumkan sudah harus memasukkan pajak, jadi mungkin kebiasaan ini akan hilang. (Pasar = Yaoya = tulisan kanjinya berbunyi happyaku-ya atau toko 800).
3. Kalau musim panas, drama di TV seringkali menampilkan hal-hal yang seram (hantu).
4. Cara baca tulisan Jepang ada dua style : yang sama dengan buku berhuruf Roman alphabet huruf dibaca dari atas ke bawah, dan yang kedua adalah dari kolom paling kanan ke arah kiri. Sehingga bagian depan dan belakang buku berlawanan dengan buku Roman alphabet (halaman muka berada di “bagian belakang”).
5. Tanda tangan di Jepang hampir tidak pernah berlaku untuk keperluan formal, melainkan harus memakai hanko/inkan/ cap. Jenis hanko di Jepang ada beberapa, a.l. jitsu-in, ginko-in, dan mitome-in. Jadi satu orang kadang memiliki beberapa jenis inkan, untuk berbagai keperluan. Jitsu-in adalah inkan yang dipakai untuk keperluan yang sangat penting, seperti beli rumah, beli mobil, untuk jadi guarantor, dsb. jenis ini diregisterkan ke shiyakusho. Ginko-in adalah jenis inkan yang dipakai untuk khusus membuat account di bank. inkan ini diregisterkan ke bank. Mitome-in dipakai untuk keperluan sehari-hari, dan tidak diregisterkan.
6. Kalau kita membubuhkan tanda tangan, kadang akan ditanya orang Jepang: ini bacanya bagaimana ? Kalau di Jepang saat diperlukan tanda tangan (misalnya di paspor, dsb.) umumnya menuliskan nama mereka dalam huruf Kanji, sehingga bisa terbaca dengan jelas. Sedangkan kita biasanya membuat singkatan atau coretan sedemikian hingga tidak bisa ditiru/dibaca oleh orang lain.
7. Acara TV di Jepang didominasi oleh masak memasak.
8. Fotocopy di Jepang self-service, sedangkan di Indonesia di-service.
9. Jika naik taxi di Jepang, pintu dibuka dan ditutup oleh supir. Penumpang dilarang membuka dan menutupnya sendiri.
10. Pernah nggak melihat cara orang Jepang menghitung “satu”, “dua”, “tiga”…. dengan jari tangannya ? Kalau agan-agan perhatiin, ada perbedaan dengan kebiasaan orang Indonesia. Orang Indonesia umumnya mulai dari tangan dikepal dan saat menghitung “satu”, jari kelingking ditegakkan. Menghitung “dua”, jari manis ditegakkan, dst. Kalau orang Jepang, setahu saya, kebalikannya. Mereka selalu mulai dari telapak tangan terbuka, dan cara menghitungnya kebalikan orang Indonesia. Saat bilang “satu”, maka jarinya akan ditekuk/ditutupkan ke telapak tangan. Kalo nggak percaya, coba deh… jikken dengan teman Jepang anda.
11. Sepeda tidak boleh dipakai boncengan, kecuali yang memboncengkannya berusia lebih dari 16 tahun dan anak yang diboncengkan berusia kurang dari satu tahun dan hanya seorang saja yang diboncengkan. Bila dilanggar, dendanya maksimal 20 ribu yen.
12. Kalo naik eskalator di Tokyo, kita harus berdiri di sebelah kiri, karena sebelah kanan adalah untuk orang yang terburu-buru. Jangan sekali-kali berdiri di kanan kalo kita ga langsung naik.
13. Pacaran di Jepang sungguh hemat, traktir2an bukan budaya pacaran Jepang. Jadi selama belum jadi suami-istri, siapin duit buat bayar sendiri-sendiri.
14. Nganter jemput pacar juga bukan budaya orang Jepang. Kalo mau ketemuan, ya ketemuan di stasiun.
15. Jangan pernah sekali-kali bilang ke orang jepang : “Gue maen ke rumah lu ya”. Karena itu dianggap ga sopan. Ke rumahnya cuma kalo udah diijinin.
16. “Aishiteru” yang berarti aku cinta kamu, jarang dipake sama orang pacaran, kecuali kalo mereka bener-bener udah mau nikah. Biasanya mereka make “Daisuke desu” buat ngungkapin kalo mereka sayang sama pacarnya.
17. Sebelum bepergian, biasanya orang Jepang selalu ngecek ramalan cuaca. Dan 90% ramalan cuaca itu akurat. Itu sebabnya kalo ada orang bawa payung, pasti kita bakal liat orang yang lainnya lagi bawa payung juga. Dan perempatan Shibuya adalah tempat yang paling menarik ketika hujan, karena dari atas kita akan melihat lautan payung yang berwarna-warni.
18. Bunga sakura adalah bunga yang spesial di Jepang, karena bunganya hanya tumbuh 2 minggu selama setahun. Ketika tumbuh, bunganya memenuhi seluruh pohon, tanpa daun. Setelah 2 minggu, ga ada satupun bunga sakura, yang ada hanyalah daun-daun hijau, tanpa bunga, dan jadi ga menarik lagi.
19. Di Indonesia, kita bakal dapet duit kalo kita ngejual barang bekas kita ke toko jual-beli. Tapi di Jepang, kita malah harus bayar kalo mau naro barang kita di toko jual-beli. Itulah sebabnya kenapa orang Jepang lebih milih ninggalin TV bekas mereka gitu aja kalo mo pindah apartemen.
20. Di perempatan jalan Kyoto, perempatan jalan yang kecil, ga ada mobil sama sekali, tapi ada lampu merah, pejalan kaki selalu berhenti ketika lampu tanda pejalan kaki menunjukkan warna merah. Mereka santai aja, baca koran, ngobrol, ngerokok, dan kemudian jalan lagi ketika lampu sudah hijau. Padahal ga ada mobil yang lewat satupun. Mungkin kalo mereka ngelanggar peraturan juga ga akan celaka.
21. Mereka ga percaya Tuhan (mayoritas atheis), tapi mereka bisa disiplin dan taat sama peraturan. Mungkin karena itu negara mereka maju. Entahlah…
Tahun baru (正月, shōgatsu?) di Jepang dirayakan tanggal 1 Januari dan berlangsung hingga tanggal 3 Januari. Dalam bahasa Jepang, kata "shōgatsu" dulunya dipakai untuk nama bulan pertama dalam setahun, tapi sekarang hanya digunakan untuk menyebut tiga hari pertama di awal tahun.
Istilah "shōgatsu" juga digunakan untuk periode matsu no uchi (松の内?) atau masa hiasan daun pinus (matsu) boleh dipajang. Di daerah Kanto, Matsu no uchi berlangsung dari tanggal 1 Januari hingga 7 Januari, sedangkan di daerah Kansai berlangsung hingga koshōgatsu (小正月?, tahun baru kecil) tanggal 15 Januari.
Tanggal 1 Januari adalah hari libur resmi di Jepang, tapi kantor pemerintah dan perusahaan swasta tutup sejak tanggal 29 Desember hingga 3 Januari. Bank dan lembaga perbankan tutup dari tanggal 31 Desember hingga 3 Januari, kecuali sebagian ATM yang masih melayani transaksi.
Sampai tahun 1970-an, sebagian besar toko dan pedagang eceran di daerah Kanto tutup hingga tanggal 5 Januari atau 7 Januari. Perubahan gaya hidup dan persaingan dari toko yang buka 24 jam membuat kebiasaan libur berlama-lama ditinggalkan. Mulai tahun 1990-an, hampir semua mal dan pertokoan hanya tutup tanggal 1 Januari dan mulai buka keesokan harinya tanggal 2 Januari, tapi biasanya dengan jam buka yang diperpendek. Hari pertama penjualan barang (hatsu-uri) di pusat pertokoan dimeriahkan dengan penjualan fukubukuro (kantong keberuntungan). Penjualan barang di semua mal dan pertokoan sudah normal kembali sekitar tanggal 4 Januari.

Tanggal 1 Januari disebut ganjitsu (元日?, hari pertama), sedangkan pagi hari 1 Januari disebut gantan (元旦?, pagi pertama). Perayaan tahun baru berlangsung selama tiga hari yang disebut sanganichi (三が日?, 3 hari).
Bagi sebagian orang, tahun baru belum berakhir sampai tanggal 20 Januari yang disebut hatsuka shōgatsu (二十日正月?, tahun baru tanggal 20), saat semua hiasan tahun baru sudah harus disimpan. Di daerah Kansai, Hatsuka shōgatsu dikenal sebagai honeshōgatsu (骨正月?, tahun baru tulang) karena biasanya pada hari tersebut, ikan masakan tahun baru sudah habis dimakan sampai ke tulang-tulangnya.
Kegiatan menyambut tahun baru sudah dimulai sejak dua atau tiga minggu sebelum pergantian tahun. Di daerah Kanto, hari persiapan tahun baru yang disebut o-koto hajime (お事始め?, awal kegiatan) jatuh pada 8 Desember, sedangkan di daerah Kansai pada 13 Desember.

Tradisi

Di zaman dulu, kalender Jepang didasarkan pada kalender Tionghoa, sehingga orang Jepang merayakan tahun baru pada awal musim semi, bersamaan dengan Tahun baru Imlek, Tahun baru Korea, dan Tahun baru Vietnam. Di tahun 1873, pemerintah Jepang mulai menggunakan kalender Gregorian sehingga tahun baru ikut dirayakan tanggal 1 Januari.
Di Jepang, penghormatan terhadap arwah leluhur dilakukan sebanyak dua kali, di musim panas sewaktu merayakan obon dan di awal tahun baru. Sewaktu merayakan tahun baru, arwah leluhur dipercaya datang sebagai Toshigami (年神?, dewa tahun) yang memberi berkah dan kelimpahan sepanjang tahun.
Tahun baru pernah digunakan untuk merayakan bertambahnya usia. Tradisi ini dilakukan semasa orang Jepang masih mengikuti cara perhitungan usia yang disebut kazoedoshi. Bayi dianggap sudah berumur 1 tahun sewaktu dilahirkan dan usia bertambah setahun pada tanggal 1 Januari. Di tahun 1902, perhitungan cara kazoedoshi digantikan sistem umur bertambah sewaktu berulang tahun (man-nenrei) yang lazim digunakan di seluruh dunia.

Malam tahun baru

Hari tanggal 31 Desember atau malam tahun baru disebut ōmisoka (大晦日?). Di malam tahun baru, orang Jepang mempunyai tradisi memakan soba yang disebut toshikoshi soba (年越しそば?, soba melewati tahun).
Stasiun televisi di Jepang bersaing memperebutkan pemirsa dengan berbagai acara malam tahun baru. NHK mempunyai tradisi menayangkan acara Kōhaku Uta Gassen, berupa kompetisi lagu antarpenyanyi terkenal yang dibagi menjadi kubu merah dan kubu putih.
Menjelang pukul 12 malam, genta yang terdapat di berbagai kuil agama Buddha di Jepang dibunyikan. Tradisi memukul genta menjelang pergantian tahun disebut joya no kane (除夜の鐘?). Genta dibunyikan sebanyak 108 kali sebagai perlambang 108 jenis nafsu jahat manusia yang harus dihalau.

Kunjungan ke kuil

Hari-hari di awal tahun baru ditandai dengan hatsumōde berupa kunjungan pertama ke kuil agama Shinto dan Buddha. Di depan kuil-kuil besar, selepas pergantian tahun sudah bisa dijumpai kerumunan orang yang menunggu pintu kuil dibuka. Doa yang disampaikan biasanya berupa harapan agar sehat dan selamat sepanjang tahun.

Makanan tahun baru

Osechi adalah sebutan untuk masakan istimewa yang dimakan di tahun baru. Sup zōni dari kuah dashi yang berisi mochi dan sayuran merupakan salah satu masakan osechi. Berbagai macam lauk masakan osechi dimasak berhari-hari sebelumnya dan diatur di dalam kotak kayu bersusun yang disebut jūbako (重箱?). Toko swalayan besar sejak beberapa minggu sebelum tahun baru juga sudah membuka pemesanan osechi. Lauk pada masakan osechi biasanya sangat manis atau asin, seperti: kuromame, tatsukuri (gomame), kombumaki, kamaboko, kurikinton, kazunoko, dan datemaki. Makanan tahun baru diharapkan bisa tahan lama, karena tahun baru merupakan kesempatan libur memasak bagi ibu rumah tangga di Jepang.
Ikan yang dimasak berbeda menurut daerahnya, di Jepang bagian timur digunakan ikan salem sedangkan di Jepang bagian barat digunakan ikan sunglir (buri). Beberapa daerah juga memiliki masakan khas yang tidak bisa dinikmati di tempat lain. Daerah Kansai memiliki masakan khas berupa ikan cod kering (bōdara) yang dimasak dengan gula pasir dan shōyu.
Penutupan perayaan tahun baru ditandai dengan memakan bubur nanakusa yang dimasak dengan 7 jenis sayuran dan rumput. Bubur ini dimakan tanggal 7 atau 15 Januari agar perut bisa beristirahat setelah dipenuhi makanan tahun baru.

Mochi

Acara menumbuk mochi (mochitsuki) merupakan salah satu tradisi menjelang tahun baru. Ketan yang sudah ditanak dimasukkan ke dalam lesung dan ditumbuk dengan alu. Satu orang bertugas menumbuk, sedangkan seorang lagi bertugas membolak-balik beras ketan dengan tangan yang sudah dibasahi air. Beras ketan ditumbuk hingga lengket dan membentuk gumpalan besar mochi berwarna putih.
Selain dimakan sebagai pengganti nasi selama tahun baru, mochi juga dibuat hiasan tahun baru yang disebut kagami mochi. Secara tradisional, kagami mochi dibuat dengan cara menyusun dua buah mochi berukuran bundar, ditambah sebuah jeruk di atasnya sebagai hiasan.

Kartu pos tahun baru

Alat tulis untuk menulis kartu pos tahun baru
Orang Jepang mempunyai tradisi berkiriman kartu pos nengajō (年賀状?, ucapan tahun baru) yang tiba persis tanggal 1 Januari. Kartu pos ucapan tahun baru dijamin sampai ke alamat yang dituju pada tanggal 1 Januari, asalkan dikirim tidak melewati jangka waktu penerimaan yang ditetapkan kantor pos. Penerimaan kartu pos biasanya dimulai pertengahan Desember hingga beberapa hari terakhir sebelum penutupan tahun. Kantor pos membutuhkan pegawai ekstra yang direkrut dari kalangan pelajar, agar semua kartu pos bisa disampaikan tanggal 1 Januari.
Sebagai penghormatan terhadap orang yang meninggal, anggota keluarga yang baru ditinggalkan tidak merayakan tahun baru dan tidak mengirim kartu pos tahun baru. Sebagai gantinya, anggota keluarga yang baru ditimpa musibah mengirim kartu pos berisi pemberitahuan tidak bisa mengirim kartu pos ucapan tahun baru.
Setiap tahunnya, Kantor Pos Jepang memiliki tradisi mencetak kartu pos dengan tema yang berbeda-beda. Kartu pos dihiasi dengan lukisan tempat terkenal di Jepang dan gambar binatang Shio untuk tahun yang baru. Kartu pos tahun baru yang diterbitkan kantor pos juga memiliki nomor undian yang diundi di awal tahun. Penerima kartu pos yang beruntung bisa memenangkan berbagai hadiah berupa barang. Selain di kantor pos, kartu pos ucapan tahun baru juga bisa dibeli di berbagai tempat. Kartu pos yang dijual di toko buku memiliki pilihan gambar yang lebih banyak, tapi sering masih perlu ditempeli prangko.
Kartu pos ucapan tahun baru bisa ditulisi sendiri dengan berbagai pesan dan ucapan. Gambar binatang atau kalimat ucapan standar bisa ditambahkan dengan menggunakan stempel karet beraneka warna yang dijual di toko buku atau stempel yang disediakan di kantor pos. Kartu pos ucapan tahun baru sering digunakan untuk memamerkan kemampuan menulis indah bagi pengirim yang pandai menulis kaligrafi. Pemilik komputer pribadi bisa menggunakan perangkat lunak khusus untuk mencetak kartu pos. Bagi orang yang memiliki banyak kenalan dan relasi, kartu pos biasanya sudah ditulisi sejak awal bulan Desember.
Berbagai ucapan selamat tahun baru yang umum:
  • Kotoshi mo yoroshiku onegai shimasu (今年もよろしくお願いします?)
  • Akemashite omedetō gozaimasu (あけましておめでとうございます?, Selamat tahun baru)
  • Kin-ga shinnen (謹賀新年?, Mengucapkan tahun baru)

Otoshidama

Amplop untuk otoshidama
Orang Jepang mempunyai tradisi memberikan angpao yang dikenal dengan sebutan otoshidama (お年玉?). Sewaktu memberikan otoshidama untuk anak-anak, sejumlah uang kertas yang masih baru atau uang logam dimasukkan ke amplop kecil bernama pochibukuro (otoshidama-bukuro) yang berhiaskan aneka gambar kesukaan anak-anak. Otoshidama sangat ditunggu-tunggu anak-anak di Jepang, terutama bila memiliki paman atau bibi yang murah hati.

Kesenian dan permainan

Perayaan tahun baru juga dimeriahkan dengan menulis aksara kanji pertama untuk tahun tersebut. Tradisi menulis aksara kanji yang dilakukan tanggal 2 Januari disebut kakizome (kaligrafi pertama).
Tahun baru juga dirayakan dengan berbagai permainan, seperti: permainan fukuwarai (meletakkan gambar bagian-bagian wajah, seperti hidung, alis mata, dan mulut pada tempat yang tepat dengan mata tertutup), hanetsuki (bulutangkis tradisional), menaikkan layang-layang (takoage), gasing (koma), bermain dadu (sugoroku), dan permainan memungut kartu yang disebut karuta.

Malam tahun baru adalah petang hingga malam hari tanggal 31 Desember yang merupakan hari terakhir dalam tahun kalender Gregorian, sehari sebelum Tahun Baru. Dalam kebudayaan Barat, malam tahun baru dirayakan dengan pesta-pesta dan acara berkumpul bersama kerabat, teman, atau keluarga menanti saat pergantian tahun.
Di sejumlah kota besar di dunia, malam tahun baru dirayakan dengan pesta bersama di lapangan terbuka untuk menanti detik-detik pergantian tahun. Kota besar di dunia dengan pesta malam tahun baru yang sering diliput jaringan televisi dan kantor berita, di antaranya Edinburgh, Sydney, Toronto, Tokyo, Moskwa, London, Berlin, Rio de Janeiro, Paris, dan New York City.
Tanggal 31 Desember adalah hari libur di sejumlah negara, termasuk Argentina, Brazil, Meksiko, Yunani, Filipina, dan Venezuela.