RIAK-RIAK KEHIDUPAN ATSUKI
Laut biru yang menaungi pepohonan terlihat begitu
menakjubkan
Deburan ombak dan sebagian besar pengunjung terlihat
menikmatinya
Perasaan kagum menyelimuti hati kami
Berhasil menaklukkan jalan berliku, menanjak dan menurun
memberikan tantangan tersendiri
Berhasil menapakkan kaki di pasir kekuningan pantai
sadranan
Membuat kami harus menerjang air di lautan lepas itu
Saling berlomba tiba lebih dulu
Meskipun matahari di langit menyengat dan sudah memasuki
tengah hari
Tak kunjung lelah berlarian
Tawa dan
canda merambat ke segala penjuru
Sejauh sepasang mata memandang, ucapan syukur terlahir
berkali-kali
Anugerah
dan pemberian Allah ini begitu indah dan syarat makna yang dalam
Keagungan
Allah memang tak terbatas jumlahnya
Duduk menikmati bekal makan siang dan saling mengobrol
berhasil memecahkan keheningan yang menyeruak
“Apa usulan dan komentar dari teman-teman mengenai
kegiatan yang dilakukan Atsuki selama ini?”
Salah satu pertanyaan itu menggelitik telinga kami
diiringi suara saling tumpang tindih mulai terdengar secara bergilirian
Hampir semua pendapat kami sama, “Fokus pada satu
kegiatan dulu sebelum melanjutkan yang lain dan harap tiba tepat waktu sesuai
peraturan yang pernah dibuat”
Permainan football berhasil
menaklukkan deru angin yang bertiup dan kelelahan
Meniru gaya pemain dalam dorama
eyeshield 21, dibagi dua kubu
Demi memperebutkan bola di tangan
seseorang
Dorongan dan tendangan tak dapat
dielakkan
Tujuan hanya satu : MENANG
Diiringi suara gitar dan lagu, kami kembali pulang dengan
membawa kebahagiaan, mengingat inilah pertama kalinya komunitas Atsuki
mengadakan ulang tahunnya yang ke-8 di pantai
JEJAK-JEJAK KEBERSAMAAN
Siluet foto di majalah itu telah membuat pikiranku terbang ke masa tahun
2011
Dengan
membawa kreasi origami burung bangau
Berdiri
bersampingan saling melontarkan gaya di depan kamera
Usai
melepaskan lelah di badan,
Kami,
keluarga besar komunitas Atsuki usai menggelar acara event solidaritas untuk
Jepang
Mempunyai
harapan agar semangat hidup masyarakat Jepang yang terkena musibah gempa dan
meletusnya reaktor nuklir segera kembali dan melancarkan kreatifitas seperti
biasa
Membuat
negara lain sanggup meliriknya dalam hitungan detik
Menjadi
pelajaran bagi masyarakat mengenai kerja keras dan kedisiplinan
Dan,
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
Bahwa
tidak ada yang mustahil untuk dilakukan selama kekuatan dan kesungguhan itu
masih membekas di tubuh
Bangkitlah
Jepang dari keterpurukan ini!
Lihatlah
matahari yang masih bersinar, diliputi oleh awan biru
Memanggil
kita untuk bersabar dan menghadapi cobaan ini dalam keteguhan hati
Kelak,
pelajaran berharga akan terbang menghampiri
Dibalik itu semua, rahasia kekuatan, doa, dukungan dan saran yang
kudapatkan dari keluarga dan teman pun sangat membantu
Dan, tentu saja percaya diri penting juga untuk mengusir rasa pesimis
Berkat kepercayaan dari mereka, semangat juang semakin membakar hatiku
Kelegaan seketika mengalir begitu meninggalkan ruang “pengadilan”,
mengingat telah terbebas dari jeratan berbagai pertanyaan
Masih terbayang lukisan bagaimana wajah dosen penguji tadi di benak
Mental fisik maupun psikisku diuji
Satu hal yang kusyukuri, jantungku tidak berdegup kencang akibat mengalami
sindrom takut akut ketika berhadapan di depan umum, seperti yang biasa terjadi
Meskipun rasa pegal, kelelahan dan rentetan pikiran memakan tubuh dan
kepalaku begitu berakhir yang pada akhirnya membuat diriku susah tidur
Kedua tanganku refleks mengambil handphone
dan seketika mengalir ucapan terima kasih untuk mbak rea, mbak titiek dan pak
budi purnomo yang telah membantuku selama ini di kantor pos
Tak lupa, kalimat yang sama juga kutujukan kepada Kak Li chan Ali Warkhan
yang kini telah berganti nama menjadi Li chan evolution disertai dengan doa
semoga dirinya sanggup berevolusi sebagai orang lebih baik lagi. Atsuki J-freak
tetap berjaya dan membara seperti filosofinya sejak komunitas tersebut dibentuk
dibawah penanggung jawab leadership Kak Li. Hingga kini, aku sendiri masih
bingung dengan hatiku. Apakah perasaanku ini kepadanya hanya sebatas mengagumi
inner beautynya atau benih-benih cinta mulai bersemi, mengingat belum pernah
sekali pun aku mengalami hal seperti ini. Apa arti kagum dengan suka?. Atau
apakah kehangatan dan kebahagiaan ini muncul ketika pertama kali mengenal
keluarga besar Atsuki ketika berkumpul di Taman Budaya Yogyakarta. Apa mungkin
dari situ awal mula aku merasa nyaman dan tanpa sadar meletakkan mereka pada
posisi paling penting kedua setelah keluargaku?. Bersama mereka, aku seperti
melihat kehidupan dan kenanganku ketika masih kecil yang dulu hilang,
perlahan-lahan mulai hadir kembali. Dimana, aku seperti dihujamkan tatapan
kebencian dan tak peduli dari orang-orang sekitar, selalu menempatkan diriku
diposisi paling akhir dalam daftar antrean. Dan, bersama Atsuki, aku seperti
merasa bebas melakukan hobiku, tertawa dan bercanda, saling membantu,
mendukung, menghargai serta memiliki minat yang sama di dunia jejepangan. Aku
pun membenarkan perkataan Yumaki dan Lasin ketika mengikuti ulang tahun mereka
yang ke-7 di TBY. Sempat terharu juga sih menyaksikan sendiri bagaimana kami
saling menyatukan tangan di bawah dan melemparkannya ke udara, berdoa dan iseng
memberikan kue ke mulut teman. Bahkan, hingga kini, aku masih belum percaya
sudah melebur ke dalam kegiatan dan menjadi bagian keluarga mereka. Padahal,
niat awalku hanya iseng-iseng mencoba berkumpul untuk menghentakkan rasa
penasaranku ketika tidak sengaja mendengarkan siaran Kak Li dan Kak Kira melalui
radio ketika memperkenalkan komunitas Atsuki, karena jeda iklan dari lagu
indonesia yang kudengarkan beberapa tahun lalu. Bagaimana sih rasanya dan
kegiatan apa yang dilakukan mereka pada setiap malam Minggu?. Dan, sejak saat
itu, tanpa sadar aku berubah aliran lebih memilih mendengarkan lagu Jepang dan
menyukai anime, dorama maupun tokusatsu dibanding Indonesia. Yah, meskipun
kecintaanku kepada Indonesia tidak luntur, dengan menyukai lagu-lagu religi.
Menurutku, dibanding dengan lagu Indonesia yang biasa-biasa, dari segi lagu dan
kreatifitas kurang menarik. Begitu pula dengan sinetron, aku sengaja
memilih-milihnya, kecuali drama Korea. Tapi, tunggu dulu: aku tidak membenci
negara kelahiranku yang bagaimana pun juga telah mengajarkan dan bertemu dengan
orang-orang dan teman-temanku sejak kecil. Entah kapan kami akan dipertemukan
kembali.
Di setiap sujud, doaku tak pernah pupus. Selalu meminta agar Allah
mengabulkan permintaanku dengan mempertemukan aku bersama keluarga, mbah Mi,
keluarga besar keluarga Atsuki, serta teman-temanku di Jayapura, baik yang
sudah meninggal maupun yang masih hidup juga guru-guruku di surga nanti,
meskipun tidak di dunia. Aku tidak tahu siapa lagi yang sudah mendahuluiku
“pergi” selain berita yang kuketahui selama ini.
Bulir-bulir cairan bening di kelopak mataku mengalir turun, sederas air
terjun di pegunungan
Menarik diri ke belakang, bekas luka itu tetap menganga
Semakin terlihat jelas jika dibaca oleh tatapan dan hati
Bayangan itu perlahan-lahan melebur menjadi pasir halus, berjatuhan dari
tangan yang belum sempat diraih
Hanya menyisakan kepedihan yang mungkin sulit diobati
Kerinduan, kasih sayang dan perhatian yang selama ini didapat dari
orang-orang sekitar telah pudar sejak kepergian itu
Maruyama.
Ada seorang teman penyuka Jepang yang menerjemahkan arti
namaku ini
Gunung kembar
Keningku berlipat mengetahui kalimat itu
Apakah ada gunung kembar di lautan dunia seluas ini?
Ideku seketika muncul untuk menambahi Fukuda di depan
nama itu
Kelak, aku ingin suatu saat bisa menjadi orang sukses dan
mencapai puncak karierku, seperti puncak pegunungan yang terbentang, dimana
sebagian besar orang sering berlomba-lomba untuk menaklukkannya
Meskipun, hal itu butuh perjuangan besar, aku ingin
meraihnya
Jepang juga mengajarkanku tentang semangat dan pantang
menyerah dalam menggapai sesuatu
Mereka terus berjuang hingga akhir
Demi mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan