Perkenalkan, nama saya maruyama... BERDOA KEPADA TUHAN, PERCAYA KEPADA DIRI SENDIRI, REMUKKAN RINTANGAN, TERSENYUM MENUJU KEMENANGAN
Jumat, 15 Februari 2013
Selasa, 12 Februari 2013
INFO MENGENAI JEPANG
Jepang
merupakan negara yang terkenal akan keaneka-ragaman budayanya. Seiring
perkembangan jaman, telah banyak bermunculan budaya-budaya baru yang
mempengaruhi gaya hidup masyarakat Jepang. Peran media massa yang berpengaruh
besar dalam penyebaran informasi, mengakibatkan budaya-budaya baru yang
bermunculan tersebut menimbulkan sebuah fenomena budaya populer. Hal ini
menyebabkan timbulnya perilaku konsumtif, terutama dalam kehidupan anak
mudanya.
Pada
tahun 1995, muncul seorang penyanyi pop bernama Namie Amuro, yang berasal dari
Okinawa dan menjadi sangat populer di Jepang. Pada awal kemunculannya, Amuro,
yang berkulit sawo matang dan memiliki bentuk tubuh super model telah menjadi
sesuatu yang didambakan bagi remaja putri Jepang pada saat itu. Penampilan
Amuro pada saat itu, mengenakan rok mini dan sepatu boot dengan hak setebal 30
sentimeter Karena bagi para remaja putri penampilan Amuro ini sangatlah keren,
maka penampilan Amuro pada akhirnya akan menjadi trend di seluruh Jepang,
terutama di kota-kota besar.
Bagi
para remaja putri di Jepang yang mengidolakan Amuro ini meniru segala hal yang
ada pada seorang penyanyi ini yang sangat keren. Mereka bukan meniru warna
kulit Amuro Namie, tetapi mereka meniru segala yang dikenakan oleh penyanyi
ini, seperti make up, cara berpakaian, sampai pada gaya sepatu dengan hak tebal
dan tinggi, dengan ketinggian mencapai sekitar 30 sentimeter. Penggemar Amuro
disebut juga sebagai Amuraa. Karena Amuro berwajah mungil, maka pada akhirnya
mempopulerkan Kogan boom. Kogan merupakan kependekan dari ko yang berarti kecil
dan gan yang artinya wajah, sehingga artikata kogan adalah wajah mungil. Kulit
gelap dan hitam bukanlah hal yang umum di Jepang. Sebaliknya orang Jepang sangat
menyukai kulit mereka yang putih. Tetapi kulit yang putih, menyebabkan efek
yang penuh pada wajah. Sehingga ganguro yang notabene penggemar Kogan, menyukai
wajah mereka yang gelap dan mungil. Karena kulit wajah hitam dapat menimbulkan
kesan wajah yang mungil. Dan pada akhirnya yang ada pada diri Amuro, ditiru
oleh penggemar yang berasal dari kalangan remaja putri di Jepang.
Selain
Amuro, yang menjadi inspirasi para remaja putri Jepang untuk bergaya ala
Ganguro, adalah super model Naomi Campbell, dan penyanyi R&B Lauryn Hill.
Dua orang yang disebut terakhir ini, merupakan super model kelas dunia, dan
Lauryn Hill merupakan penyanyi yang mempopulerkan lagu “Killing Me Softly”.
Ketiga orang ini, mempunyai gaya yang mirip, terutama kulit yang coklat dan
gaya Afrika-Amerika, dan di Jepang disebut Afuro
Kata
Ganguro berasal dari huruf kanji 顔Gan yang berarti muka sedangkan guro berasal dari kata 黒 Kuro yang berarti hitam. Ganguro
secara harafiah berarti “muka hitam”. Selain Ganguro ada istilah lainnya yaitu
Ganguro yang berarti muka yang lebih hitam.
Selain
dari kedua istilah tersebut, ada istilah lainnya yang diberikan kepada gaguro,
yaitu kata Buriteri dan Yamamba. Buriteri berasal dari kata buri no teriyaki,
yang artinya ikan goreng dengan saus teriyaki yang berwarna hitam. Sehingga
buriteri artinya muka yang sangat hitam.
Sedangkan
Yamamba, berasal dari kata 山 yama, yang artinya gunung dan kata おばあさん obaasan yang artinya nenek. Sehingga
yamamba secara harafiah artinya nenek gunung atau nenek yang bertempat tinggal
di gunung, yang berwujud wanita tua buruk rupa. Yamamba ini merupakan mitos
Jepang pada zaman dahulu laka. Yaitu tokoh nenek sihir jahat yang buruk rupa
yang tinggal di pedalaman gunung-gunung. Sehingga para Yamamba mewarnai rambut
mereka dengan warna putih sehingga mirip nenek-nenek. Dan dandanan wajah mereka
bermake up sangat unik dengan perona bibir dan perona mata berwarna putih yang
digambar melingkar di mata mereka.
Penampilan
gaya Ganguro yang berkulit gelap ini dikarenakan mereka sengaja menghitamkan
kulit mereka di salon khusus penghitam kulit yang disebut juga hiyake salon.
Mereka mengkombinasikan kulit hitam mereka dengan mewarnai rambut mereka jadi
pirang keemasan, ala boneka Barbie, bahkan terkadang abu-abu keperakan. Wajah
mereka yang hitam tersebut diberi eyeliner hitam, eyeshadow biru dan
ditambahkan highlight putih di sekeliling mata, juga memakai lipstick putih.
Terkadang mereka juga menambahkan bulu mata palsu dan manik-manik mutiara untuk
ditempelkan di wajah mereka.
Sedangkan
untuk pakaiannya, mereka biasanya mengenakan pakaian berwarna mencolok, memakai
rok mini dan sepatu atsuzoko. Sepatu atsuzoko adalah sepatu berhak tinggi dan
ketebalan haknya tersebut mencapai 25-30 sentimeter. Sebagai tambahan, mereka
memakai banyak aksesoris bertumpuk agar tampak lebih menyolok, seperti gelang,
cincin, dan kalung.
Para
Ganguro ini biasanya dapat ditemukan di beberapa bagian kota Tokyo, seperti di
distrik Shibuya, Ikebukuro, dan Harajuku. Untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam
berpenampilan, hal ini membuat mereka gemar shopping. Biasanya mereka mengincar
pakaian, sepatu, ataupun aksesoris yang sedang trend. Trend fahion ini mereka dapat
dari majalah-majalah remaja, dan terdapat juga majalah remaja yang memang
khusus membahas fashion Ganguro.
Majalah
fashion gaya Ganguro yang populer adalah Egg, Cawaii, Popteen dan Ego System.
Majalah-majalah tersebut selalu mengikuti perkembangan trend Ganguro. Media
memanfaatkan kesempatan ini dengan melibatkan langsung remaja Ganguro untuk
membintangi sejumlah iklan sehingga remaja tersebut menjadi idola Ganguro.
Salah satu model majalah Egg yang terkenal, yang bernama Buriteri, banyak
mempengaruhi remaja putri yang ingin menjadi Ganguro karena Buriteri
mempromosikan segala hal yang berkaitan dengan trend Ganguro.
Dalam komunitas gaya Ganguro, terdapat tarian populer yang disebut Para Para. Tarian yang dilakukan dengan gerakan yang sama pada saat bersamaan ini biasanya lebih banyak menggerakkan tangan dan tubuh saja. Dikarenakan mereka gemar mengenakan atsuzoko, hal ini membatasi mereka untuk menggerakkan kaki mereka. Mereka senang pergi ke club untuk memamerkan gerakan para para mereka, atau bekumpul untuk mempelajari tarian-tarian baru.
Dalam komunitas gaya Ganguro, terdapat tarian populer yang disebut Para Para. Tarian yang dilakukan dengan gerakan yang sama pada saat bersamaan ini biasanya lebih banyak menggerakkan tangan dan tubuh saja. Dikarenakan mereka gemar mengenakan atsuzoko, hal ini membatasi mereka untuk menggerakkan kaki mereka. Mereka senang pergi ke club untuk memamerkan gerakan para para mereka, atau bekumpul untuk mempelajari tarian-tarian baru.
Hal
lain yang digemari Ganguro adalah purikura. Purikura adalah singkatan dari kata
bahasa Inggris, yaitu Print Club (Purinto Kurabu). Purikura adalah mesin foto
otomatis yang biasanya dapat ditemukan di mal-mal. Mereka biasanya menggunakan
ini untuk menghias handphone mereka, tas, dan aksesoris lainnya. Mereka juga
memiliki buku khusus untuk menyimpan koleksi foto stiker mereka ini. Mereka
juga suka saling bertukar foto stiker dengan teman-teman mereka sebagai penanda
bahwa mereka sudah menjadi teman.
Bagi
para Ganguro yang masih bersekolah, mereka gemar mengenakan Loose Socks (ruuzu
sokkusu). Loose socks yang bermakna kaus kaki yang longgar, memiliki bentuk
sangat panjang dan sangat lebar dibanding kaus kaki pada umumnya. Kebanyakan
sekolah melarang muridnya mengenakan loose socks. Namun Ganguro yang masih
bersekolah ini sengaja memilih untuk tetap mengenakan loose socks, memendekkan
rok sekolah, dan mewarnai kulit serta rambutnya, semata-mata hanya untuk
melawan peraturan sekolah. Hal ini bukan dikarenakan mereka ingin membangkang,
tapi lebih pada keinginan untuk menunjukkan kebebasan pada diri mereka, dan
modifikasi seragam tersebut hanya agar mereka tetap terlihat kawaii, atau
imut-imut.
Sebenarnya
terdapat beberapa gaya gal (gyaru), namun kebanyakan hanya mengetahui Ganguro
saja, dan tidak mengetahui perbedaan dari berbagai macam gaya tersebut. Berikut
adalah penjelasan singkat mengenai beberapa gaya gyaru:
1. Amuraa
Para remaja putri yang memilih untuk mengikuti penampilan Namie Amuro. Biasanya menghitamkan kulitnya, mengecat rambutnya menjadi coklat keemasan, mengenakan rok mini dan sepatu atsuzoko.
2. B-Gyaru
Para remaja putri yang mengikuti artis R&B yang mayoritas orang Afrika- Amerika. Biasanya menghitamkan kulitnya menjadi sangat gelap, dan memiliki gaya rambut di kepang kecil-kecil (micro-braids, cornrows), dan biasanya selalu melakukan hair extensions.
3. Bamba
Gayanya lebih banyak mengacu pada aliran Rock. Ciri khasnya adalah sepatu boots dengan hak stiletto.
1. Amuraa
Para remaja putri yang memilih untuk mengikuti penampilan Namie Amuro. Biasanya menghitamkan kulitnya, mengecat rambutnya menjadi coklat keemasan, mengenakan rok mini dan sepatu atsuzoko.
2. B-Gyaru
Para remaja putri yang mengikuti artis R&B yang mayoritas orang Afrika- Amerika. Biasanya menghitamkan kulitnya menjadi sangat gelap, dan memiliki gaya rambut di kepang kecil-kecil (micro-braids, cornrows), dan biasanya selalu melakukan hair extensions.
3. Bamba
Gayanya lebih banyak mengacu pada aliran Rock. Ciri khasnya adalah sepatu boots dengan hak stiletto.
4. Baika / Bozosoku
Gaya ini lebih banyak menggunakan warna hitam, seperti jaket kulit. Sebagai tambahan menggunakan aksesoris berupa rantai. Wajahnya di make-up menggunakan highlight putih disekeliling mata. Gaya rambutnya biasanya mirip dengan Bamba.
5. Cocogyaru
Adalah gyaru yang sangat menyukai barang-barang bermerek Cocolulu.
Mereka selalu memakai jeans bermerek Cocolulu dan tas bergambar Cocolulu.
6. Ganguro
Salah satu dari jenis gaya gyaru yang mengawali trend menghitamkan kulit hingga gelap dan menggunakan make-up. Mereka selalu menggunakan barang-barang yang sedang trend. Rambutnya selain diwarnai pirang keemasan, memiliki gaya berombak. Melakukan perawatan kuku (manicure) dan memakai kuku palsu adalah suatu keharusan.
7. Ganjiro / Shiroi-gyaru
Mereka memilih untuk tidak menghitamkan kulitnya, namun tetap mengikuti trend fashion gyaru pada umumnya. Mereka senang disebut “bihaku” (beautifully white).
8. Gonguro
Memiliki gaya yang lebih gelap. Mereka menghitamkan kulit hingga menjadi sangat gelap, menggunakan make-up panda yang sangat putih, dan memakai lipstick putih. Biasanya mereka mewarnai rambut mereka menjadi putih atau keperakan.
9. Himegyaru
Adalah gyaru yang memiliki makna “putri” (princess). Mereka menggunakan make-up berwarna pink dan bulu mata yang panjang, serta mencerahkan kulit mereka. Penggunaan tas berwarna putih, hitam, atau pink, serta sepatu hak tinggi adalah suatu keharusan. Biasanya mewarnai rambutnya menjadi karamel, hitam, atau cokelat tua. Jarang sekali diwarnai putih atau warna yang tidak alami.
10. Kogal / kogyaru
Remaja putri yang masih sekolah menengah atas (SMU), yang mewarnai kulit dan rambutnya hanya untuk melawan aturan sekolah. Mereka selalu berusaha untuk tampak tetap “kawaii”.
11. Mago-gal
Remaja putri yang masih sekolah menengah pertama (SMP), yang sudah mengikuti trend fashion gyaru.
12. Mamba
Mamba adalah versi terbaru dari Yamamba. Kebanyakan tidak jauh berbeda dengan Yamamba, hanya saja make-up mereka lebih tebal. Sering mengenakan pakaian merk Alba Rosa dan Cocolulu. Biasanya mereka juga mengenakan sandal teplek dan celana capri.
13. Oneegyaru
Oneegyaru adalah gyaru yang telah masuk ke usia 20 tahunan. Mereka berpenampilan lebih bergaya dan anggun (sophisticated). Kebanyakan mereka masih menghitamkan kulit dan mewarnai rambut menjadi pirang, tetapi mereka memilih menggunakan barang-barang bermerk, seperti Louis Vuitton, YSL, dan Chanel.
14. Rasuta
Gaya ini ditandai dengan bendera Jamaika, didominasi dengan warna merah-hijau-kuning, dan identik dengan Bob Marley.
15. Romamba
Memiliki gaya yang biasanya disebut juga dengan “Lolita Gal”, dikarenakan ro disini memiliki makna romantis, dan mamba adalah gaya yang banyak menggunakan warna pink. Mereka juga menggunakan banyak perhiasan mutiara dan bunga. Walaupun mirip dengan Lolita Style, namun tetap memiliki perbedaan, yaitu mereka selalu menghitamkan kulit mereka hingga sangat hitam dan menggunakan make-up.
16. Sentaagai / center guy
Adalah para remaja laki-laki yang mengacu pada gaya Mamba. Mereka juga menggunakan make-up, bahkan mengenakan pakaian berwarna pink. Perbedaannya hanya pada aksesoris, dan mereka lebih memilih mengenakan sandal.
17. Yanki
Memiliki gaya berpakaian mengenakan sepatu boots stiletto, celana longgar, dan jaket panjang yang sering bermotif militer.
Gaya ini lebih banyak menggunakan warna hitam, seperti jaket kulit. Sebagai tambahan menggunakan aksesoris berupa rantai. Wajahnya di make-up menggunakan highlight putih disekeliling mata. Gaya rambutnya biasanya mirip dengan Bamba.
5. Cocogyaru
Adalah gyaru yang sangat menyukai barang-barang bermerek Cocolulu.
Mereka selalu memakai jeans bermerek Cocolulu dan tas bergambar Cocolulu.
6. Ganguro
Salah satu dari jenis gaya gyaru yang mengawali trend menghitamkan kulit hingga gelap dan menggunakan make-up. Mereka selalu menggunakan barang-barang yang sedang trend. Rambutnya selain diwarnai pirang keemasan, memiliki gaya berombak. Melakukan perawatan kuku (manicure) dan memakai kuku palsu adalah suatu keharusan.
7. Ganjiro / Shiroi-gyaru
Mereka memilih untuk tidak menghitamkan kulitnya, namun tetap mengikuti trend fashion gyaru pada umumnya. Mereka senang disebut “bihaku” (beautifully white).
8. Gonguro
Memiliki gaya yang lebih gelap. Mereka menghitamkan kulit hingga menjadi sangat gelap, menggunakan make-up panda yang sangat putih, dan memakai lipstick putih. Biasanya mereka mewarnai rambut mereka menjadi putih atau keperakan.
9. Himegyaru
Adalah gyaru yang memiliki makna “putri” (princess). Mereka menggunakan make-up berwarna pink dan bulu mata yang panjang, serta mencerahkan kulit mereka. Penggunaan tas berwarna putih, hitam, atau pink, serta sepatu hak tinggi adalah suatu keharusan. Biasanya mewarnai rambutnya menjadi karamel, hitam, atau cokelat tua. Jarang sekali diwarnai putih atau warna yang tidak alami.
10. Kogal / kogyaru
Remaja putri yang masih sekolah menengah atas (SMU), yang mewarnai kulit dan rambutnya hanya untuk melawan aturan sekolah. Mereka selalu berusaha untuk tampak tetap “kawaii”.
11. Mago-gal
Remaja putri yang masih sekolah menengah pertama (SMP), yang sudah mengikuti trend fashion gyaru.
12. Mamba
Mamba adalah versi terbaru dari Yamamba. Kebanyakan tidak jauh berbeda dengan Yamamba, hanya saja make-up mereka lebih tebal. Sering mengenakan pakaian merk Alba Rosa dan Cocolulu. Biasanya mereka juga mengenakan sandal teplek dan celana capri.
13. Oneegyaru
Oneegyaru adalah gyaru yang telah masuk ke usia 20 tahunan. Mereka berpenampilan lebih bergaya dan anggun (sophisticated). Kebanyakan mereka masih menghitamkan kulit dan mewarnai rambut menjadi pirang, tetapi mereka memilih menggunakan barang-barang bermerk, seperti Louis Vuitton, YSL, dan Chanel.
14. Rasuta
Gaya ini ditandai dengan bendera Jamaika, didominasi dengan warna merah-hijau-kuning, dan identik dengan Bob Marley.
15. Romamba
Memiliki gaya yang biasanya disebut juga dengan “Lolita Gal”, dikarenakan ro disini memiliki makna romantis, dan mamba adalah gaya yang banyak menggunakan warna pink. Mereka juga menggunakan banyak perhiasan mutiara dan bunga. Walaupun mirip dengan Lolita Style, namun tetap memiliki perbedaan, yaitu mereka selalu menghitamkan kulit mereka hingga sangat hitam dan menggunakan make-up.
16. Sentaagai / center guy
Adalah para remaja laki-laki yang mengacu pada gaya Mamba. Mereka juga menggunakan make-up, bahkan mengenakan pakaian berwarna pink. Perbedaannya hanya pada aksesoris, dan mereka lebih memilih mengenakan sandal.
17. Yanki
Memiliki gaya berpakaian mengenakan sepatu boots stiletto, celana longgar, dan jaket panjang yang sering bermotif militer.
18. Yamamba
Yamamba adalah gaya awal dari Mamba. Biasanya menggunakan make-up, dan gemar mengenakan stiker bergambar karakter populer dari Disney. Mereka juga gemar berpenampilan seolah-olah baru pulang dari Hawaii, lengkap mengenakan lei di pergelangan tangan, leher, kaki, bahkan dirambut. Biasanya memiliki rambut panjang dan berwarna putih.
Yamamba adalah gaya awal dari Mamba. Biasanya menggunakan make-up, dan gemar mengenakan stiker bergambar karakter populer dari Disney. Mereka juga gemar berpenampilan seolah-olah baru pulang dari Hawaii, lengkap mengenakan lei di pergelangan tangan, leher, kaki, bahkan dirambut. Biasanya memiliki rambut panjang dan berwarna putih.
Menurut
Gini S.Frings, mengemukakan konsep fashion yang lain, berdasarkan pemahaman akan
cara penampilan. Menurutnya fashion adalah suatu gaya yang populer pada suatu
kurun waktu tertentu. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa konsep ini
menyangkut 3 hal yaitu: gaya, penerimaan dan kurun waktu. Gaya adalah
karakteristik tertentu dalam hal penampilan berpakaian atau penggunaan
aksesoris. Penerimaan menyangkut pemakain atau pembeli suatu gaya oleh
konsumen. Sedangkan kurun waktu mengindikasikan adanya perubahan dalam hal gaya
berpenampilan tersebut. (Miles, 1998:5)
Adapun
pengertian “Populer”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III dibagi
menjadi tiga bagian. Pertama, disukai banyak orang, contohnya lagu dan fashion.
Kedua, sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami orang
banyak, contohnya ilmu pengetahuan. Ketiga, disukai dan dikagumi orang banyak,
contohnya pahlawan.
Dengan
kata lain, kata “populer”, salah satunya disukai orang banyak karena diciptakan
untuk dapat diberikan kepada masyarakat umum agar dapat menyenangkan dan
menjadi terkenal di tengah-tengah masyarakat. Budaya tersebut menjadi populer
karena disukai banyak orang dan sesuai dengan kebutuhan mayarakat pada umumnya.
Menurut
William budaya populer adalah: “banyak disukai orang, jenis kerja rendahan,
karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang, budaya yang memang dibuat oleh
orang untuk dirinya sendiri.” (diambil dari John Storey, Teori Budaya dan
Budaya Pop,2003:10)
Maksudnya,
budaya populer itu memang budaya yang menyenangkan atau banyak disukai orang.
Kemudian hasil dari budaya tersebut dapat diproduksi dan dipasarkan untuk
mendapatkan keuntungan. Misalnya: pertunjukan konser, pertunjukan fashion show
atau pesta olahraga, yang dilihat dari banyaknya audiens yang menonton.
Menurut
Yoshio Sugimoto, dalam bukunya An Introduction to Japanese Society, ada tiga
kategori budaya populer. Pertama, budaya rakyat yang berdasarkan pada kaidah
adap istiadat dan tradisi, contohnya festival. Kedua, budaya alternatif, yaitu
budaya yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang secara spontan menentang
kebudayaan itu sendiri, contohnya teater jalanan, geng (kelompok) pengendara
motor. Ketiga, budaya massa, yaitu budaya yang dapat berkembang berkat minat
pasar dan perkembangan media komunikasi seperti televisi, majalah, radio, dan
lain-lain.
Kegiatan Geng Motor Jepang yang Wajib
Dicontoh!
Ternyata
tidak semua kegiatan geng motor itu berhubungan dengan kriminal, merusak dan
rusuh. Di Jepang ada sekelompok Bosozoku (bikers gang) yang memiliki kegiatan
unik di taman sekitar Harajuku, Tokyo. Kegiatan unik ini didokumentasikan dalam
video klip band pop asal swedia "Peter Bjorn and John" yang berjudul
"Nothing to Worry About".
Para
Bosozoku dari berbagai geng motor ini berkumpul untuk saling adu kemampuan
dancing. Walaupun muka mereka sangar, badan isinya irezumi (tato jepang) semua
udah kaya Yakuza, mereka tidak malu untuk turun ke jalan bergerombol untuk
berdansa. Walau kerjaannya joged-joged doang tapi jangan coba macem2 ama mereka
gan, mereka asli geng motor. bedanya kegiatan mereka bagus lah dan bikin badan
sehat. Gini nih yang bener buat para geng motor kalo lagi gathering, bukan cuma
ngumpul-ngumpul gak jelas di trotoar atau trek-trekan di jalan.
Seharusnya
kegiatan positif ini dicontoh sama geng-geng motor di seluruh dunia terutama
Indonesia yang kerjanya rusuh sama ribut doang.
Itu
yang harus kita contoh, sebuah tindakan positif yang mendatangkan keuntungan
dan tidak merugikan orang lain!
FESTIVAL DI JEPANG
Bōnenkai
Bōnenkai (忘年会?)
adalah pesta akhir
tahun di Jepang
yang diadakan untuk melupakan semua kesukaran dan kerja keras pada tahun itu.[1]
Pesta ini sama sekali tidak memiliki makna religius dan tidak
memiliki standar tata cara pelaksanaan, namun sudah menjadi salah satu tradisi
khas Jepang.[2]
Acara serupa bōnenkai juga
terdapat dalam kebudayaan Asia Timur seperti di Taiwan, Republik Rakyat Cina, dan Korea
Selatan. Berbeda dari pesta perayaan Natal dalam
kebudayaan Barat, bōnenkai adalah acara yang sama sekali tidak berhubungan
dengan agama. Dalam bahasa Inggris pesta ini kadang-kadang diterjemahkan
sebagai Year End Party, Forget Year Party, atau tidak
diterjemahkan sama sekali dan tetap ditulis sebagai Bounenkai. Pesta ini
dapat dikatakan sudah menjadi tradisi unik Jepang.[3]
Tidak ada ketentuan khusus
tentang waktu dan tempat pesta ini dilangsungkan, tapi biasanya dilangsungkan
pada bulan Desember.
Bōnenkai dapat saja dilangsungkan sebagai bentuk pesta tutup tahun sebuah
perusahaan hingga pesta kumpul-kumpul akhir tahun antarteman atau antarsanak
keluarga.[4]
Sejarah
Asal mula tradisi bōnenkai tidak diketahui secara
jelas, namun diperkirakan berasal dari berbagai jenis acara kumpul-kumpul yang
dilakukan pada akhir tahun oleh berbagai kelompok dan kalangan.[5]
Kata toshiwasure (melupakan tahun) pertama
kali dipakai oleh Pangeran Fushiminomiya Sadafusa asal zaman
Muromachi dalam buku harian berjudul Kanmon Nikki. Pada
entri tanggal 21 bulan 12 tahun 1439, ia menulis tentang pesta para pujangga renka yang
begitu meriah sehingga bagaikan acara kumpul-kumpul melupakan tahun. Oleh
karena itu diperkirakan, istilah toshiwasure sudah dikenal sejak masa
itu sebagai pesta minum sake
dan menari-nari.[6][7][8]
Pada zaman Edo,
pesta akhir tahun dikenal oleh kalangan samurai yang mengadakannya
untuk melupakan kepenatan pada tahun itu. [9]
Sejak zaman Meiji,
bōnenkai berubah menjadi layaknya sebuah matsuri. Dalam
acara bōnenkai juga dikenal istilah bureikō (無礼講?).
Bila atasan menyebut pesta akhir tahun itu sebagai bureikō, maka
karyawan yang sehari-harinya harus hormat kepada atasan diizinkan untuk santai
dan bertingkah laku semaunya.[9]
Bureikō adalah
pesta makan yang tidak mengenal pangkat, posisi, dan kedudukan, serta atasan
dan bawahan. Sebagai masyarakat agraris yang makanan pokoknya adalah serealia (beras). Orang Jepang
percaya bahwa padi
(dan serealia) memiliki jiwa
karena ditinggali oleh roh. Setelah setiap hari beras dikukus atau ditanak
menjadi nasi, tenaga roh dari beras dikhawatirkan akan menjadi lemah sehingga
jiwa orang yang memakan ikut lemah. Oleh karena itu, orang Jepang mengadakan
matsuri untuk memulihkan kekuatan roh beras. Beras ketan ditumbuk menjadi mochi, dan beras
dibuat sake.
Keduanya lalu dimakan dan diminum agar kekuatan jiwa manusia yang memakannya
menjadi kuat.[10]
Sewaktu mengadakan matsuri, mochi dan sake dijadikan sajen di kuil Shinto.
Upacara Naorai (直会?)
atau Reikō (礼講?)
berupa makan mochi dan minum sake yang dijadikan sajen dipercaya dapat
mendekatkan manusia dengan dewa-dewa karena manusia dan dewa makan mochi dan
minum sake yang sama.[10]
Orang yang meminum sake menjadi gembira sehingga dipercaya menjadi dekat dengan
dewa-dewa. Upacara Naorai (Reikō) memiliki serangkaian tata cara formal, dan
harus dilakukan secara tertib. Setelah upacara Reikō selesai, peserta upacara
lalu mengadakan acara sendiri yang disebut Bureikō. Upacara Reikō dan Bureikō
biasanya berbeda tempat dan mangkuk sake yang dipakai juga diganti. Di antara
kedua upacara juga diadakan pergelaran menyanyi Utai. Pada acara Bureikō mangkuk sake
menjadi besar. Kalau sake yang diminum pada Reikō adalah hiyazake (sake
yang tidak dihangatkan), sake yang diminum pada acara Bureikō adalah kanzake
(sake yang dihangatkan). Sewaktu minum sake pada acara Bureikō, peserta acara
Bureikō juga boleh bertingkah laku dengan bebas.[10][11]
Perusahaan yang ingin mengadakan
bōnenkai biasanya sudah memperhitungkan banyak hal sebelum merencanakan pesta
tersebut. Salah satu di antaranya adalah memastikan semua karyawan dan pihak
manajemen mau menghadiri pesta. Pihak perusahaan juga mencoba menekan biaya
bōnenkai agar tidak melebihi 5.000 yen per orang, sehingga tidak ada karyawan
yang tidak datang karena terlalu mahal.[12]
Hatsume Miku
Hatsume Miku (初音ミク?)
adalah produk perangkat lunak yang menghasilkan suara nyanyian
wanita, dirilis 31 Agustus 2007 oleh salah satu anak perusahaan Yamaha Corporation, Crypton Future Media. Nama Hatsune Miku
sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti pertama (初 hatsu?),
suara (音 ne?),
dan masa depan Miku (ミク?)
yang merupakan nanori dari mirai (未来?).[1]
Penggabungan kata-kata tersebut secara harfiah berarti "Suara Pertama Dari
Masa Depan" karena dia adalah penyanyi pertama dari serangkaian penyanyi
"Character Vocal Series" yang diproduksi oleh Crypton. Suara Miku
berasal dari sampling suara Saki Fujita (藤田 咲 Fujita
Saki?),
seorang pengisi suara
dari Jepang.
Hatsune Miku juga melakukan konser-konser di atas panggung sebagai proyeksi hologram.[2]
Hatsune Miku adalah Vocaloid
generasi kedua yang dianggap paling populer di seluruh dunia. Sebuah versi
update dari Miku yang disebut Hatsune Miku Append
dirilis pada 30 April 2010, berisi 6 macam model suara dari Miku: soft
(lembut), sweet (kekanakan), dark (dewasa), vivid
(bersemangat), solid (tinggi), dan light (polos).
Sejarah
Sebelum Miku dirilis, Vocaloid
tidak lebih dari sebuah program yang tidak dikenal. Nico Nico Douga, sebuah
situs video di Jepang yang mirip YouTube memiliki peranan penting hingga perangkat lunak ini
menjadi terkenal. Segera setelah dirilis, pengguna Nico Nico Douga mulai
menampilkan video yang berisi lagu yang dibuat dari perangkat lunak tersebut.
Menurut Crypton, sebuah video populer yang merupakan parodi, berisi Miku
memegang daun
bawang dan menyanyikan lagu Ievan Polkka, menunjukkan
bahwa aplikasi ini bisa mempunyai banyak kemungkinan penerapan, meskipun pada
awalnya Miku hanya dirilis untuk menyanyikan lagu-lagu berbahasa Jepang.
Melalui situs NND (Nico Nico Douga), para pengguna Miku mulai bekerja sama,
saling bertukar ide, menampilkan karya mereka yang masih setengah jadi, dan
akhirnya diperbaiki oleh pengguna lain.
Pada 18 Oktober 2007, sebuah
forum Internet melaporkan bahwa Miku diduga menjadi korban sensor oleh Google dan Yahoo!, karena
gambar Miku tidak tampil dalam hasil pencarian. Namun hal ini segera dibantah
oleh Google dan Yahoo, dan mereka menyatakan telah terjadi masalah dengan
sistem yang mengakibatkan tidak hanya kata kunci "Hatsune Miku",
tetapi kata kunci lainnya tidak dapat ditampilkan. Kedua perusahaan menunjukan
niat mereka untuk segera memperbaiki dan mencari solusi untuk masalah ini. Pada
19 Oktober, gambar dari Hatsune Miku mulai ditampilkan pada halaman pencarian
Yahoo.
Pada
tahun 2012, Hatsune Miku menjadi pemenang dari ajang Olimpiade London 2012
"Idola dan Ikon Virtual Yang Kamu Idolakan" tetapi dengan kemenangan
itu Hatsune Miku juga menjadi korban penghapusan massal video-video yang
berkaitan di Youtube, karena video Hatsune Miku dinilai
tidak pantas. Tetapi sebenarnya tidak, maksud penghapusan tersebut adalah untuk
membalas kekalahan yang dialami idol mereka yang ikut nominasi tersebut.[rujukan?] Para pecinta
Vocaloid-pun berupaya mengunggah kembali video-video yang dihapus dan
memberikan pesan untuk tersangka dibalik peristiwa itu untuk tidak mengusik
Hatsune Miku lagi.
Permainan Anak-anak di Jepang
Fukuwarai (福笑い?) adalah permainan tradisional yang dimainkan saat tahun baru di Jepang. Permainan dilakukan dengan menggunakan gambar wanita berwajah lucu (disebut okame atau otafuku). Namun gambar bagian-bagian wajah, seperti alis, mata, hidung, dan bibir berada pada guntingan-guntingan kertas yang terpisah. Permainan ini serupa dengan permainan Tempel Ekor Keledai.
Dengan memakai kain penutup mata, pemain berusaha meletakkan bagian-bagian wajah pada tempatnya. Peletakan bagian-bagian wajah di tempat yang bukan semestinya, kemungkinan dapat menghasilkan gambar lucu yang mengundang tawa. Pemenang permainan ini adalah pemain yang dianggap membuat gambar paling lucu, atau pemain yang berhasil meletakkan bagian-bagian wajah di tempat yang benar.
Asal usul permainan ini tidak jelas.[1] Namun permainan ini diperkirakan dimainkan karena sesuai dengan peribahasa Warau kado ni wa fuku kitaru (Keberuntungan datang di keluarga yang tidak berhenti tertawa) yang merupakan harapan orang Jepang untuk tahun yang baru.[1] Permainan ini kemungkinan mulai dimainkan sejak paruh kedua zaman Edo, dan melekat sebagai tradisi tahun baru sejak zaman Meiji. Dari zaman Meiji hingga pertengahan zaman Showa, permainan ini banyak dimainkan orang Jepang sewaktu merayakan tahun baru di rumah bersama keluarga.
Permainan Anak-anak di Jepang
Fukuwarai (福笑い?) adalah permainan tradisional yang dimainkan saat tahun baru di Jepang. Permainan dilakukan dengan menggunakan gambar wanita berwajah lucu (disebut okame atau otafuku). Namun gambar bagian-bagian wajah, seperti alis, mata, hidung, dan bibir berada pada guntingan-guntingan kertas yang terpisah. Permainan ini serupa dengan permainan Tempel Ekor Keledai.
Dengan memakai kain penutup mata, pemain berusaha meletakkan bagian-bagian wajah pada tempatnya. Peletakan bagian-bagian wajah di tempat yang bukan semestinya, kemungkinan dapat menghasilkan gambar lucu yang mengundang tawa. Pemenang permainan ini adalah pemain yang dianggap membuat gambar paling lucu, atau pemain yang berhasil meletakkan bagian-bagian wajah di tempat yang benar.
Asal usul permainan ini tidak jelas.[1] Namun permainan ini diperkirakan dimainkan karena sesuai dengan peribahasa Warau kado ni wa fuku kitaru (Keberuntungan datang di keluarga yang tidak berhenti tertawa) yang merupakan harapan orang Jepang untuk tahun yang baru.[1] Permainan ini kemungkinan mulai dimainkan sejak paruh kedua zaman Edo, dan melekat sebagai tradisi tahun baru sejak zaman Meiji. Dari zaman Meiji hingga pertengahan zaman Showa, permainan ini banyak dimainkan orang Jepang sewaktu merayakan tahun baru di rumah bersama keluarga.
Darumasan ga koronda (だるまさんがころんだ?) adalah permainan rakyat Jepang yang dimainkan oleh tiga orang pemain atau lebih. Penjaga pos yang disebut Oni) berusaha menangkap semua pemain yang tidak dalam keadaan diam ketika kalimat Daruma-san ga koronda ("Boneka Daruma jatuh") selesai diucapkan. Peserta berusaha mendekati penjaga pos ketika kalimat Daruma-san ga koronda
sedang diucapkan. Semua pemain lari bila punggung penjaga pos berhasil
ditepuk. Bila sudah ada pemain yang tertangkap dan digandeng oleh
penjaga pos, tawanan dapat dibebaskan dengan cara memutuskan gandengan
tangan mereka.
Kalimat Daruma-san ga koronda dapat diucapkan oleh penjaga pos dengan kecepatan dan irama yang berbeda-beda. Peserta sedapat mungkin dibuat agar tidak bisa menebak saat Daruma-san ga koronda selesai diucapkan, dan merasa terlalu berbahaya untuk bergerak.
Permainan serupa di Korea menggunakan kalimat bahasa Korea, Mugunghwa kkoci pieot seumnida (무궁화 꽃이 피었습니다, arti: Bunga Mugung sudah mekar). Di beberapa daerah di Jepang, seperti di Kansai, kalimat Daruma-san ga koronda digantikan oleh kalimat lain dalam dialek setempat.[1] Di negara-negara berbahasa Inggris, permainan serupa disebut Red Light, Green Light (lampu merah, lampu hijau).[2] Permainan serupa Red Light, Green Light dikenal orang Perancis sebagai Un, deux, trois, soleil (Satu, dua, tiga, Matahari), dan dikenal orang Spanyol sebagai Un, dos, tres, chocolate inglés.
Penjaga pos menghadap ke pos jaga ketika mengucapkan Daruma-san ga koronda, dan tidak dapat melihat pemain yang mendekatinya dari belakang. Para pemain berlari atau berjalan sedikit demi sedikit mendekati penjaga pos, ketika penjaga pos sedang meneriakkan kalimat Daruma-san ga koronda. Setelah suku kata terakhir selesai diucapkan, penjaga pos berbalik ke arah pemain, dan mencari pemain yang masih bergerak. Ketika penjaga pos sedang melihat, pemain harus menghentikan semua gerakan dan diam seperti patung. Bila ada pemain yang bergerak, penjaga pos menangkap pemain tersebut dengan mengucapkan namanya.
Peserta yang sudah tertangkap harus pergi ke pos sebagai tawanan, dan menunggu hingga dibebaskan. Tawanan pertama harus bergandengan sebelah tangan dengan penjaga pos, sementara sebelah tangan lainnya memegangi tawanan kedua. Begitu seterusnya hingga semua pemain tertangkap. Pemain lainnya dapat membebaskan pemain yang tertawan dengan cara menepuk gandengan tangan pemain tersebut sambil berteriak "Kitta!" ("Putus!"). Kecuali tawanan yang belum dibebaskan, semua bekas tawanan dalam "mata rantai" harus berlari menjauh dengan sekencang-kencangnya. Penjaga pos memerintahkan mereka untuk berhenti dengan mengucapkan kata "Stop!" Kepada pemain yang baru saja berhasil membebaskan tawanan, penjaga pos menanyakan jumlah langkah yang boleh dilakukannya. Berdasarkan jawaban pemain (biasanya antara 3 hingga 10 langkah), penjaga pos melangkahkan kaki lebar-lebar untuk mendekati para pemain. Pemain yang berada di dekatnya ditepuk untuk dijadikan penjaga pos yang baru.
Hana Ichi Monme (はないちもんめ atau 花一匁?) adalah permainan anak-anak di Jepang yang dimainkan oleh dua kelompok pemain yang saling memperebutkan anak milik kelompok lawan. Masing-masing kelompok menyanyi bersahut-sahutan sambil bergandengan tangan melangkah maju atau mundur. Permainan ini biasanya dimainkan kelompok kecil yang terdiri dari 4 hingga 10 orang anak. Arti Hana Ichi Monme adalah Bunga Satu Monme, dan monme (匁?) adalah satuan ukur lama (1 monme setara dengan 3,75 gram).
Lirik lagu berisi permintaan untuk memberikan salah seorang anak kepada kelompok lawan. Masing-masing kelompok menyebut nama anak yang diminta, dan kedua anak tersebut mengadu janken. Anak yang kalah adu janken menjadi milik kelompok lawan. Kelompok yang kalah adalah kelompok yang kehabisan anggota.
Hanetsuki (羽根突き, 羽子突き arti harfiah: tepuk bulu?) adalah permainan tradisional Jepang berupa saling berbalasan memukul kok tanpa jaring. Permainan mirip bulu tangkis ini dimainkan dengan raket yang disebut hagoita. Kok dibuat dari biji buah mukuroji (pohon familia Sapindaceae) yang dicucuk dengan bulu unggas berwarna-warni. Tradisi bermain hanetsuki di kalangan anak perempuan dipercaya membawa nasib baik, dan merupakan salah satu tradisi tahun baru di Jepang.
Permainan sepak menyepak bulu unggas yang diberi pemberat uang logam dikenal di Cina sekitar abad ke-14. Di Jepang, permainan tersebut mulai dikenal pada zaman Muromachi, dan diperkirakan sebagai asal usul permainan hanetsuki yang dikenal sekarang ini. Menurut buku harian Kanmon Nikki dari zaman Muromachi, kalangan aristokrat dan pelayan wanita dilaporkan senang bermain hanetsuki di dalam istana kaisar. Pemain yang kalah harus menghidangkan sake kepada pemain yang menang.
Asal kata Robot
Robot Pertama Buatan Jepang
Kalimat Daruma-san ga koronda dapat diucapkan oleh penjaga pos dengan kecepatan dan irama yang berbeda-beda. Peserta sedapat mungkin dibuat agar tidak bisa menebak saat Daruma-san ga koronda selesai diucapkan, dan merasa terlalu berbahaya untuk bergerak.
Permainan serupa di Korea menggunakan kalimat bahasa Korea, Mugunghwa kkoci pieot seumnida (무궁화 꽃이 피었습니다, arti: Bunga Mugung sudah mekar). Di beberapa daerah di Jepang, seperti di Kansai, kalimat Daruma-san ga koronda digantikan oleh kalimat lain dalam dialek setempat.[1] Di negara-negara berbahasa Inggris, permainan serupa disebut Red Light, Green Light (lampu merah, lampu hijau).[2] Permainan serupa Red Light, Green Light dikenal orang Perancis sebagai Un, deux, trois, soleil (Satu, dua, tiga, Matahari), dan dikenal orang Spanyol sebagai Un, dos, tres, chocolate inglés.
Peraturan
Penjaga pos adalah seorang pemain yang kalah dalam janken. Pos jaga dapat berupa batang pohon atau dinding. Permainan dimulai pemain dari garis start yang ditentukan bersama. Para pemain berteriak, "Hajime no ippo" ("Langkah pertama"), dan meloncat satu langkah ke arah yang diingini, biasanya menuju ke arah penjaga pos.Penjaga pos menghadap ke pos jaga ketika mengucapkan Daruma-san ga koronda, dan tidak dapat melihat pemain yang mendekatinya dari belakang. Para pemain berlari atau berjalan sedikit demi sedikit mendekati penjaga pos, ketika penjaga pos sedang meneriakkan kalimat Daruma-san ga koronda. Setelah suku kata terakhir selesai diucapkan, penjaga pos berbalik ke arah pemain, dan mencari pemain yang masih bergerak. Ketika penjaga pos sedang melihat, pemain harus menghentikan semua gerakan dan diam seperti patung. Bila ada pemain yang bergerak, penjaga pos menangkap pemain tersebut dengan mengucapkan namanya.
Peserta yang sudah tertangkap harus pergi ke pos sebagai tawanan, dan menunggu hingga dibebaskan. Tawanan pertama harus bergandengan sebelah tangan dengan penjaga pos, sementara sebelah tangan lainnya memegangi tawanan kedua. Begitu seterusnya hingga semua pemain tertangkap. Pemain lainnya dapat membebaskan pemain yang tertawan dengan cara menepuk gandengan tangan pemain tersebut sambil berteriak "Kitta!" ("Putus!"). Kecuali tawanan yang belum dibebaskan, semua bekas tawanan dalam "mata rantai" harus berlari menjauh dengan sekencang-kencangnya. Penjaga pos memerintahkan mereka untuk berhenti dengan mengucapkan kata "Stop!" Kepada pemain yang baru saja berhasil membebaskan tawanan, penjaga pos menanyakan jumlah langkah yang boleh dilakukannya. Berdasarkan jawaban pemain (biasanya antara 3 hingga 10 langkah), penjaga pos melangkahkan kaki lebar-lebar untuk mendekati para pemain. Pemain yang berada di dekatnya ditepuk untuk dijadikan penjaga pos yang baru.
Hana Ichi Monme (はないちもんめ atau 花一匁?) adalah permainan anak-anak di Jepang yang dimainkan oleh dua kelompok pemain yang saling memperebutkan anak milik kelompok lawan. Masing-masing kelompok menyanyi bersahut-sahutan sambil bergandengan tangan melangkah maju atau mundur. Permainan ini biasanya dimainkan kelompok kecil yang terdiri dari 4 hingga 10 orang anak. Arti Hana Ichi Monme adalah Bunga Satu Monme, dan monme (匁?) adalah satuan ukur lama (1 monme setara dengan 3,75 gram).
Lirik lagu berisi permintaan untuk memberikan salah seorang anak kepada kelompok lawan. Masing-masing kelompok menyebut nama anak yang diminta, dan kedua anak tersebut mengadu janken. Anak yang kalah adu janken menjadi milik kelompok lawan. Kelompok yang kalah adalah kelompok yang kehabisan anggota.
Hanetsuki (羽根突き, 羽子突き arti harfiah: tepuk bulu?) adalah permainan tradisional Jepang berupa saling berbalasan memukul kok tanpa jaring. Permainan mirip bulu tangkis ini dimainkan dengan raket yang disebut hagoita. Kok dibuat dari biji buah mukuroji (pohon familia Sapindaceae) yang dicucuk dengan bulu unggas berwarna-warni. Tradisi bermain hanetsuki di kalangan anak perempuan dipercaya membawa nasib baik, dan merupakan salah satu tradisi tahun baru di Jepang.
Permainan sepak menyepak bulu unggas yang diberi pemberat uang logam dikenal di Cina sekitar abad ke-14. Di Jepang, permainan tersebut mulai dikenal pada zaman Muromachi, dan diperkirakan sebagai asal usul permainan hanetsuki yang dikenal sekarang ini. Menurut buku harian Kanmon Nikki dari zaman Muromachi, kalangan aristokrat dan pelayan wanita dilaporkan senang bermain hanetsuki di dalam istana kaisar. Pemain yang kalah harus menghidangkan sake kepada pemain yang menang.
Perkembangan Robot Jepang
Kata robot pertama kali diperkenalakan oleh seorang penulis dari Czech
yang bernama Karel pada tahun 1921. Kata Robot berasal dari kata ‘robota’
yang berarti: Pekerja Sendiri, Kata robot diperkenalkan kepada
masyarakat dalam permainannya RUR (Rossum's Universal Robot), yang
diterbitkan pada tahun 1920.
Robot Pertama Buatan Jepang
Gakutensoku,
robot pertama yang dibangun di Jepang, telah dibuat di Osaka pada tahun
1929. Robot ini dirancang dan diproduksi oleh ahli biologi Makoto
Nishimura (1883-1956)
Namun sayang robot pertama buatan Makoto Nishimura ini hilang saat pameran dijerman pada tahun 1939.
Gakutensoku bisa mengubah ekspresi wajah dan menggerakkan kepala dan
tangan melalui mekanisme tekanan udara. Ia memiliki panah Sinyal
berbentuk pena di tangan kanan dan lampu bernama Reikantō (霊 感 灯,
"cahaya inspirasi") di tangan kirinya. Bertengger di atas Gakutensoku
adalah robot berbentuk burung bernama Kokukyōchō. Ketika Kokukyōchō
menangis, maka mata Gakutensoku tertutup dan ekspresinya menjadi
termenung. Ketika lampu bersinar, Gakutensoku mulai menulis kata dengan
pena.
Namun sayang robot pertama buatan Makoto Nishimura ini hilang saat pameran dijerman pada tahun 1939.
Robot Acroid
Actroid merupakan sebuah robot humanoid
(Teknologi yang dibuat memiliki kemiripan dengan bentuk manusia) yang
dikembangkan oleh Universitas Osaka dan diproduksi oleh Kokoro Company
Ltd. Pertama kali diperkenalkan tahun 2003 pada Pameran Robot
Internasional di Tokyo, Jepang. Beberapa versi yang berbeda dari produk
yang telah diproduksi sejak saat itu. Pembuatan robot ini diciptakan
layaknya seorang wanita muda beketurunan Jepang.
Actroid merupakan contoh pelopor mesin nyata yang disebut dengan istilah fiksi ilmiah android atau gynoid, sejauh ini hanya digunakan untuk robot fiksi. Rabot ini dapat meniru fungsi-fungsi manusia seperti berkedip, berbicara, dan bernapas. The "Repliee" model robot interaktif dengan kemampuan untuk merespon, mengenali dan berpidato.
Teknologi biasa membuat saya gigit jari dengan perubahan-perubahan yang sangat signifikan, hal yang menurut kita mustahil pun bisa terjawab dengan adanya perkembangan teknologi robot tersebut.
Actroid merupakan contoh pelopor mesin nyata yang disebut dengan istilah fiksi ilmiah android atau gynoid, sejauh ini hanya digunakan untuk robot fiksi. Rabot ini dapat meniru fungsi-fungsi manusia seperti berkedip, berbicara, dan bernapas. The "Repliee" model robot interaktif dengan kemampuan untuk merespon, mengenali dan berpidato.
Teknologi biasa membuat saya gigit jari dengan perubahan-perubahan yang sangat signifikan, hal yang menurut kita mustahil pun bisa terjawab dengan adanya perkembangan teknologi robot tersebut.
Perkembangan robotika pada awalnya bukan dari disiplin elektronika
melainkan berasal dari ilmuwan biologi dan pengarang cerita novel maupun
pertunjukan drama pada sekitar abad XVIII.
Kata robot pertama kali diperkenalkan oleh seorang penulis dari Czech yang bernama Wright Karel Capek pada tahun 1921. Kata Robot berasal dari kata ‘robota’ yang berarti: pekerja sendiri.
Para ilmuwan biologi pada saat itu ingin menciptakan makhluk yang mempunyai karakteristik seperti yang mereka inginkan dan menuruti segala apa yang mereka perintahkan, dan sampai sekarang makhluk yang mereka ciptakan tersebut tidak pernah terwujud menjadi nyata, tapi marak menjadi bahan pada novel-novel maupun naskah sandiwara panggung maupun film.
Baru sekitar abad XIX robot mulai dikembangkan oleh insinyur teknik, pada saat itu berbekal keahlian mekanika untuk membuat jam mekanik mereka membuat boneka tiruan manusia yang bisa bergerak pada bagian tubuhnya.
Kata robot pertama kali diperkenalkan oleh seorang penulis dari Czech yang bernama Wright Karel Capek pada tahun 1921. Kata Robot berasal dari kata ‘robota’ yang berarti: pekerja sendiri.
Para ilmuwan biologi pada saat itu ingin menciptakan makhluk yang mempunyai karakteristik seperti yang mereka inginkan dan menuruti segala apa yang mereka perintahkan, dan sampai sekarang makhluk yang mereka ciptakan tersebut tidak pernah terwujud menjadi nyata, tapi marak menjadi bahan pada novel-novel maupun naskah sandiwara panggung maupun film.
Baru sekitar abad XIX robot mulai dikembangkan oleh insinyur teknik, pada saat itu berbekal keahlian mekanika untuk membuat jam mekanik mereka membuat boneka tiruan manusia yang bisa bergerak pada bagian tubuhnya.
Pada tahun 1920 robot mulai berkembang dari
disilin ilmu elektronika, lebih spesifiknya pada cabang kajian disiplin
ilmu elektronika yaitu teknik kontrol otomatis, tetapi pada masa-masa
itu komputer yang merupakan komponen utama pada sebuah robot yang
digunakan untuk pengolaan data masukan dari sensor dan kendali aktuator
belum memiliki kemampuan komutasi yang cepat selain ukuran fisik
komputer pada masa itu masih cukup besar.
Robot-robot cerdas mulai berkembang pesat seiring berkembagnya
komputer pada sekitar tahun1950-an. Dengan semakin cepatya kemampuan
komputasi komputer dan semakin kecilnya ukuran fisiknya,maka robot-robot
yang dibuat semakin memiliki kecerdasan yang cukup baik untuk melakukan
pekerjan-pekerjan yang biasa dilakukan olaeh manusia. Pada awal
diciptakaanya, komputer sebagai alat hitung saja, perkembangan algoritma
pemrograman menjadikan komputer sebagai instrumentasi yang memiliki
kemampuan-kemampuan seperti otak manusia. Artificial intelegent atau
kecerdasan buatan adalah algoritma pemrograman yang membuat komputer
memiliki kecerdasan seperti manusia yang mampu menalar, mengambil
kesimpulan dan keputusan berdasarkan pengalaman yang dimiliki.
Sejarah robot :
Sejarah robot :
- Bermula ketika sistem otomatis dibuat oleh Jacques de Vaucanson
- Tahun 1796, Hisashine Tanaga di Jepang berhasil membuat mainan mekanik yang dapat menghidangkan teh dan menulis huruf kanji.
- Lalu 1926, Nikola Tesla mendemontrasikan perahu bot yang dapat dikontrol dengan radio.
- Tahun 1928, Makoto Nishimura membuat robot pertama di Jepang.(Sejalan dengan perkembangan teknologi Elektronika, maka perkembangan robot ini melaju pesat, )
- Tahun 1938, yang membuat bebek mekanik yang dapat memakan dan mencincang biiji bijian, membuka dan menutup sayapnya.
- Tahun 1948, William Grey Walter membuat robot elektronik otomatis pertama dimana robot ini dapat merespon cahaya dan dapat melakukan kontak dengan objek dari luar.
- Tahun 1954, saat dimulainya zaman digital, sebuah robot digital yang dapat diprogram ditemukan oleh George Devol.
Pada abad modern ini sudah bermacam-macam
robot yang dicipta dan digunakan seperti dalam industri, rumah sakit,
transportasi, pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Seperti robot yang
digunakan untuk mengecat mobil, robot yang digunakan untuk merakit
komponen elektronik dan juga humanoid robot yaitu robot yang memiliki
muka, yang mampu berjalan dan bertindak seperti manusia.
Langganan:
Postingan (Atom)