Selasa, 12 Februari 2013

INFO MENGENAI JEPANG


Jepang merupakan negara yang terkenal akan keaneka-ragaman budayanya. Seiring perkembangan jaman, telah banyak bermunculan budaya-budaya baru yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat Jepang. Peran media massa yang berpengaruh besar dalam penyebaran informasi, mengakibatkan budaya-budaya baru yang bermunculan tersebut menimbulkan sebuah fenomena budaya populer. Hal ini menyebabkan timbulnya perilaku konsumtif, terutama dalam kehidupan anak mudanya.
Pada tahun 1995, muncul seorang penyanyi pop bernama Namie Amuro, yang berasal dari Okinawa dan menjadi sangat populer di Jepang. Pada awal kemunculannya, Amuro, yang berkulit sawo matang dan memiliki bentuk tubuh super model telah menjadi sesuatu yang didambakan bagi remaja putri Jepang pada saat itu. Penampilan Amuro pada saat itu, mengenakan rok mini dan sepatu boot dengan hak setebal 30 sentimeter Karena bagi para remaja putri penampilan Amuro ini sangatlah keren, maka penampilan Amuro pada akhirnya akan menjadi trend di seluruh Jepang, terutama di kota-kota besar.
Bagi para remaja putri di Jepang yang mengidolakan Amuro ini meniru segala hal yang ada pada seorang penyanyi ini yang sangat keren. Mereka bukan meniru warna kulit Amuro Namie, tetapi mereka meniru segala yang dikenakan oleh penyanyi ini, seperti make up, cara berpakaian, sampai pada gaya sepatu dengan hak tebal dan tinggi, dengan ketinggian mencapai sekitar 30 sentimeter. Penggemar Amuro disebut juga sebagai Amuraa. Karena Amuro berwajah mungil, maka pada akhirnya mempopulerkan Kogan boom. Kogan merupakan kependekan dari ko yang berarti kecil dan gan yang artinya wajah, sehingga artikata kogan adalah wajah mungil. Kulit gelap dan hitam bukanlah hal yang umum di Jepang. Sebaliknya orang Jepang sangat menyukai kulit mereka yang putih. Tetapi kulit yang putih, menyebabkan efek yang penuh pada wajah. Sehingga ganguro yang notabene penggemar Kogan, menyukai wajah mereka yang gelap dan mungil. Karena kulit wajah hitam dapat menimbulkan kesan wajah yang mungil. Dan pada akhirnya yang ada pada diri Amuro, ditiru oleh penggemar yang berasal dari kalangan remaja putri di Jepang.
Selain Amuro, yang menjadi inspirasi para remaja putri Jepang untuk bergaya ala Ganguro, adalah super model Naomi Campbell, dan penyanyi R&B Lauryn Hill. Dua orang yang disebut terakhir ini, merupakan super model kelas dunia, dan Lauryn Hill merupakan penyanyi yang mempopulerkan lagu “Killing Me Softly”. Ketiga orang ini, mempunyai gaya yang mirip, terutama kulit yang coklat dan gaya Afrika-Amerika, dan di Jepang disebut Afuro
Kata Ganguro berasal dari huruf kanji Gan yang berarti muka sedangkan guro berasal dari kata 黒 Kuro yang berarti hitam. Ganguro secara harafiah berarti “muka hitam”. Selain Ganguro ada istilah lainnya yaitu Ganguro yang berarti muka yang lebih hitam.
Selain dari kedua istilah tersebut, ada istilah lainnya yang diberikan kepada gaguro, yaitu kata Buriteri dan Yamamba. Buriteri berasal dari kata buri no teriyaki, yang artinya ikan goreng dengan saus teriyaki yang berwarna hitam. Sehingga buriteri artinya muka yang sangat hitam.
Sedangkan Yamamba, berasal dari kata yama, yang artinya gunung dan kata おばあさん obaasan yang artinya nenek. Sehingga yamamba secara harafiah artinya nenek gunung atau nenek yang bertempat tinggal di gunung, yang berwujud wanita tua buruk rupa. Yamamba ini merupakan mitos Jepang pada zaman dahulu laka. Yaitu tokoh nenek sihir jahat yang buruk rupa yang tinggal di pedalaman gunung-gunung. Sehingga para Yamamba mewarnai rambut mereka dengan warna putih sehingga mirip nenek-nenek. Dan dandanan wajah mereka bermake up sangat unik dengan perona bibir dan perona mata berwarna putih yang digambar melingkar di mata mereka.
Penampilan gaya Ganguro yang berkulit gelap ini dikarenakan mereka sengaja menghitamkan kulit mereka di salon khusus penghitam kulit yang disebut juga hiyake salon. Mereka mengkombinasikan kulit hitam mereka dengan mewarnai rambut mereka jadi pirang keemasan, ala boneka Barbie, bahkan terkadang abu-abu keperakan. Wajah mereka yang hitam tersebut diberi eyeliner hitam, eyeshadow biru dan ditambahkan highlight putih di sekeliling mata, juga memakai lipstick putih. Terkadang mereka juga menambahkan bulu mata palsu dan manik-manik mutiara untuk ditempelkan di wajah mereka.
Sedangkan untuk pakaiannya, mereka biasanya mengenakan pakaian berwarna mencolok, memakai rok mini dan sepatu atsuzoko. Sepatu atsuzoko adalah sepatu berhak tinggi dan ketebalan haknya tersebut mencapai 25-30 sentimeter. Sebagai tambahan, mereka memakai banyak aksesoris bertumpuk agar tampak lebih menyolok, seperti gelang, cincin, dan kalung.
Para Ganguro ini biasanya dapat ditemukan di beberapa bagian kota Tokyo, seperti di distrik Shibuya, Ikebukuro, dan Harajuku. Untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam berpenampilan, hal ini membuat mereka gemar shopping. Biasanya mereka mengincar pakaian, sepatu, ataupun aksesoris yang sedang trend. Trend fahion ini mereka dapat dari majalah-majalah remaja, dan terdapat juga majalah remaja yang memang khusus membahas fashion Ganguro.
Majalah fashion gaya Ganguro yang populer adalah Egg, Cawaii, Popteen dan Ego System. Majalah-majalah tersebut selalu mengikuti perkembangan trend Ganguro. Media memanfaatkan kesempatan ini dengan melibatkan langsung remaja Ganguro untuk membintangi sejumlah iklan sehingga remaja tersebut menjadi idola Ganguro. Salah satu model majalah Egg yang terkenal, yang bernama Buriteri, banyak mempengaruhi remaja putri yang ingin menjadi Ganguro karena Buriteri mempromosikan segala hal yang berkaitan dengan trend Ganguro.

Dalam komunitas gaya Ganguro, terdapat tarian populer yang disebut Para Para. Tarian yang dilakukan dengan gerakan yang sama pada saat bersamaan ini biasanya lebih banyak menggerakkan tangan dan tubuh saja. Dikarenakan mereka gemar mengenakan atsuzoko, hal ini membatasi mereka untuk menggerakkan kaki mereka. Mereka senang pergi ke club untuk memamerkan gerakan para para mereka, atau bekumpul untuk mempelajari tarian-tarian baru.
Hal lain yang digemari Ganguro adalah purikura. Purikura adalah singkatan dari kata bahasa Inggris, yaitu Print Club (Purinto Kurabu). Purikura adalah mesin foto otomatis yang biasanya dapat ditemukan di mal-mal. Mereka biasanya menggunakan ini untuk menghias handphone mereka, tas, dan aksesoris lainnya. Mereka juga memiliki buku khusus untuk menyimpan koleksi foto stiker mereka ini. Mereka juga suka saling bertukar foto stiker dengan teman-teman mereka sebagai penanda bahwa mereka sudah menjadi teman.
Bagi para Ganguro yang masih bersekolah, mereka gemar mengenakan Loose Socks (ruuzu sokkusu). Loose socks yang bermakna kaus kaki yang longgar, memiliki bentuk sangat panjang dan sangat lebar dibanding kaus kaki pada umumnya. Kebanyakan sekolah melarang muridnya mengenakan loose socks. Namun Ganguro yang masih bersekolah ini sengaja memilih untuk tetap mengenakan loose socks, memendekkan rok sekolah, dan mewarnai kulit serta rambutnya, semata-mata hanya untuk melawan peraturan sekolah. Hal ini bukan dikarenakan mereka ingin membangkang, tapi lebih pada keinginan untuk menunjukkan kebebasan pada diri mereka, dan modifikasi seragam tersebut hanya agar mereka tetap terlihat kawaii, atau imut-imut.
Sebenarnya terdapat beberapa gaya gal (gyaru), namun kebanyakan hanya mengetahui Ganguro saja, dan tidak mengetahui perbedaan dari berbagai macam gaya tersebut. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai beberapa gaya gyaru:

1. Amuraa
Para remaja putri yang memilih untuk mengikuti penampilan Namie Amuro. Biasanya menghitamkan kulitnya, mengecat rambutnya menjadi coklat keemasan, mengenakan rok mini dan sepatu atsuzoko.
2. B-Gyaru
Para remaja putri yang mengikuti artis R&B yang mayoritas orang Afrika- Amerika. Biasanya menghitamkan kulitnya menjadi sangat gelap, dan memiliki gaya rambut di kepang kecil-kecil (micro-braids, cornrows), dan biasanya selalu melakukan hair extensions.
3. Bamba
Gayanya lebih banyak mengacu pada aliran Rock. Ciri khasnya adalah sepatu boots dengan hak stiletto.
4. Baika / Bozosoku
Gaya ini lebih banyak menggunakan warna hitam, seperti jaket kulit. Sebagai tambahan menggunakan aksesoris berupa rantai. Wajahnya di make-up menggunakan highlight putih disekeliling mata. Gaya rambutnya biasanya mirip dengan Bamba.
5. Cocogyaru
Adalah gyaru yang sangat menyukai barang-barang bermerek Cocolulu.
Mereka selalu memakai jeans bermerek Cocolulu dan tas bergambar Cocolulu.
6. Ganguro
Salah satu dari jenis gaya gyaru yang mengawali trend menghitamkan kulit hingga gelap dan menggunakan make-up. Mereka selalu menggunakan barang-barang yang sedang trend. Rambutnya selain diwarnai pirang keemasan, memiliki gaya berombak. Melakukan perawatan kuku (manicure) dan memakai kuku palsu adalah suatu keharusan.
7. Ganjiro / Shiroi-gyaru
Mereka memilih untuk tidak menghitamkan kulitnya, namun tetap mengikuti trend fashion gyaru pada umumnya. Mereka senang disebut “bihaku” (beautifully white).
8. Gonguro
Memiliki gaya yang lebih gelap. Mereka menghitamkan kulit hingga menjadi sangat gelap, menggunakan make-up panda yang sangat putih, dan memakai lipstick putih. Biasanya mereka mewarnai rambut mereka menjadi putih atau keperakan.
9. Himegyaru
Adalah gyaru yang memiliki makna “putri” (princess). Mereka menggunakan make-up berwarna pink dan bulu mata yang panjang, serta mencerahkan kulit mereka. Penggunaan tas berwarna putih, hitam, atau pink, serta sepatu hak tinggi adalah suatu keharusan. Biasanya mewarnai rambutnya menjadi karamel, hitam, atau cokelat tua. Jarang sekali diwarnai putih atau warna yang tidak alami.
10. Kogal / kogyaru
Remaja putri yang masih sekolah menengah atas (SMU), yang mewarnai kulit dan rambutnya hanya untuk melawan aturan sekolah. Mereka selalu berusaha untuk tampak tetap “kawaii”.
11. Mago-gal
Remaja putri yang masih sekolah menengah pertama (SMP), yang sudah mengikuti trend fashion gyaru.
12. Mamba
Mamba adalah versi terbaru dari Yamamba. Kebanyakan tidak jauh berbeda dengan Yamamba, hanya saja make-up mereka lebih tebal. Sering mengenakan pakaian merk Alba Rosa dan Cocolulu. Biasanya mereka juga mengenakan sandal teplek dan celana capri.
13. Oneegyaru
Oneegyaru adalah gyaru yang telah masuk ke usia 20 tahunan. Mereka berpenampilan lebih bergaya dan anggun (sophisticated). Kebanyakan mereka masih menghitamkan kulit dan mewarnai rambut menjadi pirang, tetapi mereka memilih menggunakan barang-barang bermerk, seperti Louis Vuitton, YSL, dan Chanel.
14. Rasuta
Gaya ini ditandai dengan bendera Jamaika, didominasi dengan warna merah-hijau-kuning, dan identik dengan Bob Marley.
15. Romamba
Memiliki gaya yang biasanya disebut juga dengan “Lolita Gal”, dikarenakan ro disini memiliki makna romantis, dan mamba adalah gaya yang banyak menggunakan warna pink. Mereka juga menggunakan banyak perhiasan mutiara dan bunga. Walaupun mirip dengan Lolita Style, namun tetap memiliki perbedaan, yaitu mereka selalu menghitamkan kulit mereka hingga sangat hitam dan menggunakan make-up.
16. Sentaagai / center guy
Adalah para remaja laki-laki yang mengacu pada gaya Mamba. Mereka juga menggunakan make-up, bahkan mengenakan pakaian berwarna pink. Perbedaannya hanya pada aksesoris, dan mereka lebih memilih mengenakan sandal.
17. Yanki
Memiliki gaya berpakaian mengenakan sepatu boots stiletto, celana longgar, dan jaket panjang yang sering bermotif militer.
18. Yamamba
Yamamba adalah gaya awal dari Mamba. Biasanya menggunakan make-up, dan gemar mengenakan stiker bergambar karakter populer dari Disney. Mereka juga gemar berpenampilan seolah-olah baru pulang dari Hawaii, lengkap mengenakan lei di pergelangan tangan, leher, kaki, bahkan dirambut. Biasanya memiliki rambut panjang dan berwarna putih.

Menurut Gini S.Frings, mengemukakan konsep fashion yang lain, berdasarkan pemahaman akan cara penampilan. Menurutnya fashion adalah suatu gaya yang populer pada suatu kurun waktu tertentu. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa konsep ini menyangkut 3 hal yaitu: gaya, penerimaan dan kurun waktu. Gaya adalah karakteristik tertentu dalam hal penampilan berpakaian atau penggunaan aksesoris. Penerimaan menyangkut pemakain atau pembeli suatu gaya oleh konsumen. Sedangkan kurun waktu mengindikasikan adanya perubahan dalam hal gaya berpenampilan tersebut. (Miles, 1998:5)
Adapun pengertian “Populer”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, disukai banyak orang, contohnya lagu dan fashion. Kedua, sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami orang banyak, contohnya ilmu pengetahuan. Ketiga, disukai dan dikagumi orang banyak, contohnya pahlawan.
Dengan kata lain, kata “populer”, salah satunya disukai orang banyak karena diciptakan untuk dapat diberikan kepada masyarakat umum agar dapat menyenangkan dan menjadi terkenal di tengah-tengah masyarakat. Budaya tersebut menjadi populer karena disukai banyak orang dan sesuai dengan kebutuhan mayarakat pada umumnya.
Menurut William budaya populer adalah: “banyak disukai orang, jenis kerja rendahan, karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang, budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri.” (diambil dari John Storey, Teori Budaya dan Budaya Pop,2003:10)
Maksudnya, budaya populer itu memang budaya yang menyenangkan atau banyak disukai orang. Kemudian hasil dari budaya tersebut dapat diproduksi dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan. Misalnya: pertunjukan konser, pertunjukan fashion show atau pesta olahraga, yang dilihat dari banyaknya audiens yang menonton.
Menurut Yoshio Sugimoto, dalam bukunya An Introduction to Japanese Society, ada tiga kategori budaya populer. Pertama, budaya rakyat yang berdasarkan pada kaidah adap istiadat dan tradisi, contohnya festival. Kedua, budaya alternatif, yaitu budaya yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang secara spontan menentang kebudayaan itu sendiri, contohnya teater jalanan, geng (kelompok) pengendara motor. Ketiga, budaya massa, yaitu budaya yang dapat berkembang berkat minat pasar dan perkembangan media komunikasi seperti televisi, majalah, radio, dan lain-lain.
Kegiatan Geng Motor Jepang yang Wajib Dicontoh!
Ternyata tidak semua kegiatan geng motor itu berhubungan dengan kriminal, merusak dan rusuh. Di Jepang ada sekelompok Bosozoku (bikers gang) yang memiliki kegiatan unik di taman sekitar Harajuku, Tokyo. Kegiatan unik ini didokumentasikan dalam video klip band pop asal swedia "Peter Bjorn and John" yang berjudul "Nothing to Worry About".
Para Bosozoku dari berbagai geng motor ini berkumpul untuk saling adu kemampuan dancing. Walaupun muka mereka sangar, badan isinya irezumi (tato jepang) semua udah kaya Yakuza, mereka tidak malu untuk turun ke jalan bergerombol untuk berdansa. Walau kerjaannya joged-joged doang tapi jangan coba macem2 ama mereka gan, mereka asli geng motor. bedanya kegiatan mereka bagus lah dan bikin badan sehat. Gini nih yang bener buat para geng motor kalo lagi gathering, bukan cuma ngumpul-ngumpul gak jelas di trotoar atau trek-trekan di jalan.
Seharusnya kegiatan positif ini dicontoh sama geng-geng motor di seluruh dunia terutama Indonesia yang kerjanya rusuh sama ribut doang.
Itu yang harus kita contoh, sebuah tindakan positif yang mendatangkan keuntungan dan tidak merugikan orang lain!

FESTIVAL DI JEPANG

Bōnenkai

Bōnenkai (忘年会?) adalah pesta akhir tahun di Jepang yang diadakan untuk melupakan semua kesukaran dan kerja keras pada tahun itu.[1] Pesta ini sama sekali tidak memiliki makna religius dan tidak memiliki standar tata cara pelaksanaan, namun sudah menjadi salah satu tradisi khas Jepang.[2]
Acara serupa bōnenkai juga terdapat dalam kebudayaan Asia Timur seperti di Taiwan, Republik Rakyat Cina, dan Korea Selatan. Berbeda dari pesta perayaan Natal dalam kebudayaan Barat, bōnenkai adalah acara yang sama sekali tidak berhubungan dengan agama. Dalam bahasa Inggris pesta ini kadang-kadang diterjemahkan sebagai Year End Party, Forget Year Party, atau tidak diterjemahkan sama sekali dan tetap ditulis sebagai Bounenkai. Pesta ini dapat dikatakan sudah menjadi tradisi unik Jepang.[3]
Tidak ada ketentuan khusus tentang waktu dan tempat pesta ini dilangsungkan, tapi biasanya dilangsungkan pada bulan Desember. Bōnenkai dapat saja dilangsungkan sebagai bentuk pesta tutup tahun sebuah perusahaan hingga pesta kumpul-kumpul akhir tahun antarteman atau antarsanak keluarga.[4]

Sejarah

Asal mula tradisi bōnenkai tidak diketahui secara jelas, namun diperkirakan berasal dari berbagai jenis acara kumpul-kumpul yang dilakukan pada akhir tahun oleh berbagai kelompok dan kalangan.[5]
Kata toshiwasure (melupakan tahun) pertama kali dipakai oleh Pangeran Fushiminomiya Sadafusa asal zaman Muromachi dalam buku harian berjudul Kanmon Nikki. Pada entri tanggal 21 bulan 12 tahun 1439, ia menulis tentang pesta para pujangga renka yang begitu meriah sehingga bagaikan acara kumpul-kumpul melupakan tahun. Oleh karena itu diperkirakan, istilah toshiwasure sudah dikenal sejak masa itu sebagai pesta minum sake dan menari-nari.[6][7][8]
Pada zaman Edo, pesta akhir tahun dikenal oleh kalangan samurai yang mengadakannya untuk melupakan kepenatan pada tahun itu. [9]
Sejak zaman Meiji, bōnenkai berubah menjadi layaknya sebuah matsuri. Dalam acara bōnenkai juga dikenal istilah bureikō (無礼講?). Bila atasan menyebut pesta akhir tahun itu sebagai bureikō, maka karyawan yang sehari-harinya harus hormat kepada atasan diizinkan untuk santai dan bertingkah laku semaunya.[9]
Bureikō adalah pesta makan yang tidak mengenal pangkat, posisi, dan kedudukan, serta atasan dan bawahan. Sebagai masyarakat agraris yang makanan pokoknya adalah serealia (beras). Orang Jepang percaya bahwa padi (dan serealia) memiliki jiwa karena ditinggali oleh roh. Setelah setiap hari beras dikukus atau ditanak menjadi nasi, tenaga roh dari beras dikhawatirkan akan menjadi lemah sehingga jiwa orang yang memakan ikut lemah. Oleh karena itu, orang Jepang mengadakan matsuri untuk memulihkan kekuatan roh beras. Beras ketan ditumbuk menjadi mochi, dan beras dibuat sake. Keduanya lalu dimakan dan diminum agar kekuatan jiwa manusia yang memakannya menjadi kuat.[10] Sewaktu mengadakan matsuri, mochi dan sake dijadikan sajen di kuil Shinto. Upacara Naorai (直会?) atau Reikō (礼講?) berupa makan mochi dan minum sake yang dijadikan sajen dipercaya dapat mendekatkan manusia dengan dewa-dewa karena manusia dan dewa makan mochi dan minum sake yang sama.[10] Orang yang meminum sake menjadi gembira sehingga dipercaya menjadi dekat dengan dewa-dewa. Upacara Naorai (Reikō) memiliki serangkaian tata cara formal, dan harus dilakukan secara tertib. Setelah upacara Reikō selesai, peserta upacara lalu mengadakan acara sendiri yang disebut Bureikō. Upacara Reikō dan Bureikō biasanya berbeda tempat dan mangkuk sake yang dipakai juga diganti. Di antara kedua upacara juga diadakan pergelaran menyanyi Utai. Pada acara Bureikō mangkuk sake menjadi besar. Kalau sake yang diminum pada Reikō adalah hiyazake (sake yang tidak dihangatkan), sake yang diminum pada acara Bureikō adalah kanzake (sake yang dihangatkan). Sewaktu minum sake pada acara Bureikō, peserta acara Bureikō juga boleh bertingkah laku dengan bebas.[10][11]
Perusahaan yang ingin mengadakan bōnenkai biasanya sudah memperhitungkan banyak hal sebelum merencanakan pesta tersebut. Salah satu di antaranya adalah memastikan semua karyawan dan pihak manajemen mau menghadiri pesta. Pihak perusahaan juga mencoba menekan biaya bōnenkai agar tidak melebihi 5.000 yen per orang, sehingga tidak ada karyawan yang tidak datang karena terlalu mahal.[12]

Hatsume Miku

Hatsume Miku (初音ミク?) adalah produk perangkat lunak yang menghasilkan suara nyanyian wanita, dirilis 31 Agustus 2007 oleh salah satu anak perusahaan Yamaha Corporation, Crypton Future Media. Nama Hatsune Miku sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti pertama ( hatsu?), suara ( ne?), dan masa depan Miku (ミク?) yang merupakan nanori dari mirai (未来?).[1] Penggabungan kata-kata tersebut secara harfiah berarti "Suara Pertama Dari Masa Depan" karena dia adalah penyanyi pertama dari serangkaian penyanyi "Character Vocal Series" yang diproduksi oleh Crypton. Suara Miku berasal dari sampling suara Saki Fujita (藤田 Fujita Saki?), seorang pengisi suara dari Jepang. Hatsune Miku juga melakukan konser-konser di atas panggung sebagai proyeksi hologram.[2]
Hatsune Miku adalah Vocaloid generasi kedua yang dianggap paling populer di seluruh dunia. Sebuah versi update dari Miku yang disebut Hatsune Miku Append dirilis pada 30 April 2010, berisi 6 macam model suara dari Miku: soft (lembut), sweet (kekanakan), dark (dewasa), vivid (bersemangat), solid (tinggi), dan light (polos).

Sejarah

Sebelum Miku dirilis, Vocaloid tidak lebih dari sebuah program yang tidak dikenal. Nico Nico Douga, sebuah situs video di Jepang yang mirip YouTube memiliki peranan penting hingga perangkat lunak ini menjadi terkenal. Segera setelah dirilis, pengguna Nico Nico Douga mulai menampilkan video yang berisi lagu yang dibuat dari perangkat lunak tersebut. Menurut Crypton, sebuah video populer yang merupakan parodi, berisi Miku memegang daun bawang dan menyanyikan lagu Ievan Polkka, menunjukkan bahwa aplikasi ini bisa mempunyai banyak kemungkinan penerapan, meskipun pada awalnya Miku hanya dirilis untuk menyanyikan lagu-lagu berbahasa Jepang. Melalui situs NND (Nico Nico Douga), para pengguna Miku mulai bekerja sama, saling bertukar ide, menampilkan karya mereka yang masih setengah jadi, dan akhirnya diperbaiki oleh pengguna lain.
Pada 18 Oktober 2007, sebuah forum Internet melaporkan bahwa Miku diduga menjadi korban sensor oleh Google dan Yahoo!, karena gambar Miku tidak tampil dalam hasil pencarian. Namun hal ini segera dibantah oleh Google dan Yahoo, dan mereka menyatakan telah terjadi masalah dengan sistem yang mengakibatkan tidak hanya kata kunci "Hatsune Miku", tetapi kata kunci lainnya tidak dapat ditampilkan. Kedua perusahaan menunjukan niat mereka untuk segera memperbaiki dan mencari solusi untuk masalah ini. Pada 19 Oktober, gambar dari Hatsune Miku mulai ditampilkan pada halaman pencarian Yahoo.
Pada tahun 2012, Hatsune Miku menjadi pemenang dari ajang Olimpiade London 2012 "Idola dan Ikon Virtual Yang Kamu Idolakan" tetapi dengan kemenangan itu Hatsune Miku juga menjadi korban penghapusan massal video-video yang berkaitan di Youtube, karena video Hatsune Miku dinilai tidak pantas. Tetapi sebenarnya tidak, maksud penghapusan tersebut adalah untuk membalas kekalahan yang dialami idol mereka yang ikut nominasi tersebut.[rujukan?] Para pecinta Vocaloid-pun berupaya mengunggah kembali video-video yang dihapus dan memberikan pesan untuk tersangka dibalik peristiwa itu untuk tidak mengusik Hatsune Miku lagi.

Permainan Anak-anak di Jepang

Fukuwarai (福笑い?) adalah permainan tradisional yang dimainkan saat tahun baru di Jepang. Permainan dilakukan dengan menggunakan gambar wanita berwajah lucu (disebut okame atau otafuku). Namun gambar bagian-bagian wajah, seperti alis, mata, hidung, dan bibir berada pada guntingan-guntingan kertas yang terpisah. Permainan ini serupa dengan permainan Tempel Ekor Keledai.
Dengan memakai kain penutup mata, pemain berusaha meletakkan bagian-bagian wajah pada tempatnya. Peletakan bagian-bagian wajah di tempat yang bukan semestinya, kemungkinan dapat menghasilkan gambar lucu yang mengundang tawa. Pemenang permainan ini adalah pemain yang dianggap membuat gambar paling lucu, atau pemain yang berhasil meletakkan bagian-bagian wajah di tempat yang benar.
Asal usul permainan ini tidak jelas.[1] Namun permainan ini diperkirakan dimainkan karena sesuai dengan peribahasa Warau kado ni wa fuku kitaru (Keberuntungan datang di keluarga yang tidak berhenti tertawa) yang merupakan harapan orang Jepang untuk tahun yang baru.[1] Permainan ini kemungkinan mulai dimainkan sejak paruh kedua zaman Edo, dan melekat sebagai tradisi tahun baru sejak zaman Meiji. Dari zaman Meiji hingga pertengahan zaman Showa, permainan ini banyak dimainkan orang Jepang sewaktu merayakan tahun baru di rumah bersama keluarga.
 Darumasan ga koronda (だるまさんがころんだ?) adalah permainan rakyat Jepang yang dimainkan oleh tiga orang pemain atau lebih. Penjaga pos yang disebut Oni) berusaha menangkap semua pemain yang tidak dalam keadaan diam ketika kalimat Daruma-san ga koronda ("Boneka Daruma jatuh") selesai diucapkan. Peserta berusaha mendekati penjaga pos ketika kalimat Daruma-san ga koronda sedang diucapkan. Semua pemain lari bila punggung penjaga pos berhasil ditepuk. Bila sudah ada pemain yang tertangkap dan digandeng oleh penjaga pos, tawanan dapat dibebaskan dengan cara memutuskan gandengan tangan mereka.
Kalimat Daruma-san ga koronda dapat diucapkan oleh penjaga pos dengan kecepatan dan irama yang berbeda-beda. Peserta sedapat mungkin dibuat agar tidak bisa menebak saat Daruma-san ga koronda selesai diucapkan, dan merasa terlalu berbahaya untuk bergerak.
Permainan serupa di Korea menggunakan kalimat bahasa Korea, Mugunghwa kkoci pieot seumnida (무궁화 꽃이 피었습니다, arti: Bunga Mugung sudah mekar). Di beberapa daerah di Jepang, seperti di Kansai, kalimat Daruma-san ga koronda digantikan oleh kalimat lain dalam dialek setempat.[1] Di negara-negara berbahasa Inggris, permainan serupa disebut Red Light, Green Light (lampu merah, lampu hijau).[2] Permainan serupa Red Light, Green Light dikenal orang Perancis sebagai Un, deux, trois, soleil (Satu, dua, tiga, Matahari), dan dikenal orang Spanyol sebagai Un, dos, tres, chocolate inglés.

Peraturan

Penjaga pos adalah seorang pemain yang kalah dalam janken. Pos jaga dapat berupa batang pohon atau dinding. Permainan dimulai pemain dari garis start yang ditentukan bersama. Para pemain berteriak, "Hajime no ippo" ("Langkah pertama"), dan meloncat satu langkah ke arah yang diingini, biasanya menuju ke arah penjaga pos.
Penjaga pos menghadap ke pos jaga ketika mengucapkan Daruma-san ga koronda, dan tidak dapat melihat pemain yang mendekatinya dari belakang. Para pemain berlari atau berjalan sedikit demi sedikit mendekati penjaga pos, ketika penjaga pos sedang meneriakkan kalimat Daruma-san ga koronda. Setelah suku kata terakhir selesai diucapkan, penjaga pos berbalik ke arah pemain, dan mencari pemain yang masih bergerak. Ketika penjaga pos sedang melihat, pemain harus menghentikan semua gerakan dan diam seperti patung. Bila ada pemain yang bergerak, penjaga pos menangkap pemain tersebut dengan mengucapkan namanya.
Peserta yang sudah tertangkap harus pergi ke pos sebagai tawanan, dan menunggu hingga dibebaskan. Tawanan pertama harus bergandengan sebelah tangan dengan penjaga pos, sementara sebelah tangan lainnya memegangi tawanan kedua. Begitu seterusnya hingga semua pemain tertangkap. Pemain lainnya dapat membebaskan pemain yang tertawan dengan cara menepuk gandengan tangan pemain tersebut sambil berteriak "Kitta!" ("Putus!"). Kecuali tawanan yang belum dibebaskan, semua bekas tawanan dalam "mata rantai" harus berlari menjauh dengan sekencang-kencangnya. Penjaga pos memerintahkan mereka untuk berhenti dengan mengucapkan kata "Stop!" Kepada pemain yang baru saja berhasil membebaskan tawanan, penjaga pos menanyakan jumlah langkah yang boleh dilakukannya. Berdasarkan jawaban pemain (biasanya antara 3 hingga 10 langkah), penjaga pos melangkahkan kaki lebar-lebar untuk mendekati para pemain. Pemain yang berada di dekatnya ditepuk untuk dijadikan penjaga pos yang baru.

Hana Ichi Monme (はないちもんめ atau 花一匁?) adalah permainan anak-anak di Jepang yang dimainkan oleh dua kelompok pemain yang saling memperebutkan anak milik kelompok lawan. Masing-masing kelompok menyanyi bersahut-sahutan sambil bergandengan tangan melangkah maju atau mundur. Permainan ini biasanya dimainkan kelompok kecil yang terdiri dari 4 hingga 10 orang anak. Arti Hana Ichi Monme adalah Bunga Satu Monme, dan monme (?) adalah satuan ukur lama (1 monme setara dengan 3,75 gram).
Lirik lagu berisi permintaan untuk memberikan salah seorang anak kepada kelompok lawan. Masing-masing kelompok menyebut nama anak yang diminta, dan kedua anak tersebut mengadu janken. Anak yang kalah adu janken menjadi milik kelompok lawan. Kelompok yang kalah adalah kelompok yang kehabisan anggota.

Hanetsuki (羽根突き, 羽子突き arti harfiah: tepuk bulu?) adalah permainan tradisional Jepang berupa saling berbalasan memukul kok tanpa jaring. Permainan mirip bulu tangkis ini dimainkan dengan raket yang disebut hagoita. Kok dibuat dari biji buah mukuroji (pohon familia Sapindaceae) yang dicucuk dengan bulu unggas berwarna-warni. Tradisi bermain hanetsuki di kalangan anak perempuan dipercaya membawa nasib baik, dan merupakan salah satu tradisi tahun baru di Jepang.
Permainan sepak menyepak bulu unggas yang diberi pemberat uang logam dikenal di Cina sekitar abad ke-14. Di Jepang, permainan tersebut mulai dikenal pada zaman Muromachi, dan diperkirakan sebagai asal usul permainan hanetsuki yang dikenal sekarang ini. Menurut buku harian Kanmon Nikki dari zaman Muromachi, kalangan aristokrat dan pelayan wanita dilaporkan senang bermain hanetsuki di dalam istana kaisar. Pemain yang kalah harus menghidangkan sake kepada pemain yang menang.

Perkembangan Robot Jepang

Asal kata Robot

Kata robot pertama kali diperkenalakan oleh seorang penulis dari Czech yang bernama Karel pada tahun 1921. Kata Robot berasal dari kata ‘robota’ yang berarti: Pekerja Sendiri, Kata robot diperkenalkan kepada masyarakat dalam permainannya RUR (Rossum's Universal Robot), yang diterbitkan pada tahun 1920.

Robot Pertama Buatan Jepang 
 Gakutensoku, robot pertama yang dibangun di Jepang, telah dibuat di Osaka pada tahun 1929. Robot ini dirancang dan diproduksi oleh ahli biologi Makoto Nishimura (1883-1956)
Gakutensoku bisa mengubah ekspresi wajah dan menggerakkan kepala dan tangan melalui mekanisme tekanan udara. Ia memiliki panah Sinyal berbentuk pena di tangan kanan dan lampu bernama Reikantō (霊 感 灯, "cahaya inspirasi") di tangan kirinya. Bertengger di atas Gakutensoku adalah robot berbentuk burung bernama Kokukyōchō. Ketika Kokukyōchō menangis, maka mata Gakutensoku tertutup dan ekspresinya menjadi termenung. Ketika lampu bersinar, Gakutensoku mulai menulis kata dengan pena.

Namun sayang robot pertama buatan Makoto Nishimura ini hilang saat pameran dijerman pada tahun 1939. 
Robot Acroid 
Actroid merupakan sebuah robot humanoid (Teknologi yang dibuat memiliki kemiripan dengan bentuk manusia) yang dikembangkan oleh Universitas Osaka dan diproduksi oleh Kokoro Company Ltd. Pertama kali diperkenalkan tahun 2003 pada Pameran Robot Internasional di Tokyo, Jepang. Beberapa versi yang berbeda dari produk yang telah diproduksi sejak saat itu. Pembuatan robot ini diciptakan layaknya seorang wanita muda beketurunan Jepang.
Actroid merupakan contoh pelopor mesin nyata yang disebut dengan istilah fiksi ilmiah android atau gynoid, sejauh ini hanya digunakan untuk robot fiksi. Rabot ini dapat meniru fungsi-fungsi manusia seperti berkedip, berbicara, dan bernapas. The "Repliee" model robot interaktif dengan kemampuan untuk merespon, mengenali dan berpidato.

Teknologi biasa membuat saya gigit jari dengan perubahan-perubahan yang sangat signifikan, hal yang menurut kita mustahil pun bisa terjawab dengan adanya perkembangan teknologi robot tersebut.
 Perkembangan robotika pada awalnya bukan dari disiplin elektronika melainkan berasal dari ilmuwan biologi dan pengarang cerita novel maupun pertunjukan drama pada sekitar abad XVIII.
Kata robot pertama kali diperkenalkan oleh seorang penulis dari Czech yang bernama Wright Karel Capek pada tahun 1921. Kata Robot berasal dari kata ‘robota’ yang berarti: pekerja sendiri.
Para ilmuwan biologi pada saat itu ingin menciptakan makhluk yang mempunyai karakteristik seperti yang mereka inginkan dan menuruti segala apa yang mereka perintahkan, dan sampai sekarang makhluk yang mereka ciptakan tersebut tidak pernah terwujud menjadi nyata, tapi marak menjadi bahan pada novel-novel maupun naskah sandiwara panggung maupun film.
Baru sekitar abad XIX robot mulai dikembangkan oleh insinyur teknik, pada saat itu berbekal keahlian mekanika untuk membuat jam mekanik mereka membuat boneka tiruan manusia yang bisa bergerak pada bagian tubuhnya.
Pada tahun 1920 robot mulai berkembang dari disilin ilmu elektronika, lebih spesifiknya pada cabang kajian disiplin ilmu elektronika yaitu teknik kontrol otomatis, tetapi pada masa-masa itu komputer yang merupakan komponen utama pada sebuah robot yang digunakan untuk pengolaan data masukan dari sensor dan kendali aktuator belum memiliki kemampuan komutasi yang cepat selain ukuran fisik komputer pada masa itu masih cukup besar. Robot-robot cerdas mulai berkembang pesat seiring berkembagnya komputer pada sekitar tahun1950-an. Dengan semakin cepatya kemampuan komputasi komputer dan semakin kecilnya ukuran fisiknya,maka robot-robot yang dibuat semakin memiliki kecerdasan yang cukup baik untuk melakukan pekerjan-pekerjan yang biasa dilakukan olaeh manusia. Pada awal diciptakaanya, komputer sebagai alat hitung saja, perkembangan algoritma pemrograman menjadikan komputer sebagai instrumentasi yang memiliki kemampuan-kemampuan seperti otak manusia. Artificial intelegent atau kecerdasan buatan adalah algoritma pemrograman yang membuat komputer memiliki kecerdasan seperti manusia yang mampu menalar, mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan pengalaman yang dimiliki.
Sejarah robot :
  • Bermula ketika sistem otomatis dibuat oleh Jacques de Vaucanson
  • Tahun 1796, Hisashine Tanaga di Jepang berhasil membuat mainan mekanik yang dapat menghidangkan teh dan menulis huruf kanji.
  • Lalu 1926, Nikola Tesla mendemontrasikan perahu bot yang dapat dikontrol dengan radio.
  • Tahun 1928, Makoto Nishimura membuat robot pertama di Jepang.(Sejalan dengan perkembangan teknologi Elektronika, maka perkembangan robot ini melaju pesat, )
  • Tahun 1938, yang membuat bebek mekanik yang dapat memakan dan mencincang biiji bijian, membuka dan menutup sayapnya.
  • Tahun 1948, William Grey Walter membuat robot elektronik otomatis pertama dimana robot ini dapat merespon cahaya dan dapat melakukan kontak dengan objek dari luar.
  • Tahun 1954, saat dimulainya zaman digital, sebuah robot digital yang dapat diprogram ditemukan oleh George Devol.
Pada abad modern ini sudah bermacam-macam robot yang dicipta dan digunakan seperti dalam industri, rumah sakit, transportasi, pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Seperti robot yang digunakan untuk mengecat mobil, robot yang digunakan untuk merakit komponen elektronik dan juga humanoid robot yaitu robot yang memiliki muka, yang mampu berjalan dan bertindak seperti manusia.